Jakarta Valentino Rossi pantas disebut legenda hidup MotoGP. Pasalnya, pembalap Italia itu telah berkiprah di ajang MotoGP selama kurang lebih 20 tahun.
Pembalap telah berganti dari generasi ke generasi, tapi Valentino Rossi masih bertahan. Pada usia yang telah mencapai 41 tahun, Rossi masih bersaing di sirkuit dari pekan ke pekan dengan gairah yang meluap-luap.Â
Baca Juga
Pratama Arhan Jadi Pemain Timnas Indonesia Pertama yang Capai 50 Penampilan di Era Shin Tae-yong
Pemain Tengah Newcastle United Tegaskan Tak Punya Keturunan Malaysia, Minta Agar Tak Dikaitkan Lagi dengan Timnas Negara
Jay Idzes Ungkap Karakter Suporter di Indonesia dan Italia Punya Perbedaan, Apa itu?
Padahal rekan seangkatannya semuanya telah pensiun, menikmati hari-harinya sebagai masyarakat umum, berbisnis, atau menjadi komentator. Rossi malah memilih jalan yang terjal, dengan bersaing melawan pembalap-pembalap yang jauh lebih muda daripada dirinya.Â
Advertisement
Rossi bisa dibilang salah satu pembalap tersukses dalam sejarah MotoGP. Ia telah mengantongi sembilan gelar juara dunia di berbagai kategori.Â
Namun, ada kenyataan yang tak bisa dipungkiri. Sudah lebih dari satu dekade ia tidak merasakan manisnya gelar juara dunia.Â
Meski begitu Rossi belum ingin berhenti. Dia masih membalap di MotoGP 2020, yang belum juga bergulir karena pandemi virus corona. The Doctor juga memberikan sinyal masih ingin membalap pada musim 2021 meskipun kemungkinan harus memperkuat tim satelit Yamaha.Â
Tahun lalu Rossi hanya finis di peringkat keenam klasemen akhir MotoGP. Meski begitu fans MotoGP masih ingin melihatnya membalap pada 2020, bahkan 2021.Â
Mengapa masih banyak fans MotoGP yang masih tergila-gila terhadap Valentino Rossi meskipun prestasinya tak semoncer dulu? Berikut enam alasannya seperti dilansir BBC.Â
1. Rossi Masih Punya Gairah Besar untuk Balapan, walaupun Tak Sesukses Dulu
Valentino Rossi sangat mengesankan pada sembilan musim pertama di MotoGP (2002-2010) dengan memenangi enam gelar juara dunia, termasuk empat kali beruntun pada 2002-2005. Tapi, Rossi hanya finis ketujuh pada MotoGP 2019.Â
Namun, yang istimewa dari Rossi, gairahnya masih menggebu-gebu di setiap balapan. Padahal usianya sudah tak lagi muda dan tak sekompetitif dulu.Â
Bahkan ketika cedera parah, The Doctor tak menyerah. Salah satu yang diingat adalah dia membalap pada MotoGP Aragon 2017, hanya 21 hari setelah mengalami patah tulang kaki dan perlu kruk untuk berjalan. Ia finis kelima pada balapan itu.Â
Direktur fan club resmi Rossi, Flavio Fratesi, mengatakan semangat The Doctor yang menggebu-gebu itu membuat fans tetap mengaguminya.Â
"Bahkan setelah memenangi segalanya dan setelah bertahun-tahun, Valentino masih berlatih dan membalap dengan gairah dan energi yang sama seperti di awal kariernya," ujar Fratesi.Â
"Meskipun tak banyak menang dalam beberapa tahun terakhir, orang-orang tetap mencintainya dan mengikutinya karena sekarang ia menjadi simbol fundamental dari olahraga ini," imbuh dia. Â
Â
Advertisement
2. Tavullia, Kampung Halaman Rossi yang Jadi Tempat Sakral bagi Fansnya
"Tavullia dilihat sebagai tempat sakral bagi banyak fans MotoGP. Bahkan, ada yang datang untuk berbulan madu. Ketika mereka datang, mereka melihat tempat di mana Valentino tumbuh, di mana dia tinggal, dan tempatnya berlatih," ujar Fratesi.Â
Lebih dari 20.000 orang penggemar MotoGP mengunjungi kampung halaman Rossi setiap tahun. Mereka berasal dari Eropa, Asia, dan Amerika Selatan.Â
Bendera VR46 terpasang di berbagai sudut kota tersebut. Ada juga toko Rossi yang menjual merchandise, ada fan klub resmi, restoran yang memakai nama Rossi, serta bar dan toko es krim.Â
"Banyak fans mengambol foto simbol-simbol Tavulia dan gabung ke fan klub dan makan di restoran."Â
"Jika Anda berkunjung ke tokonya, hal paling gila yang bisa dibeli adalah pasir dari Sirkuit Laguna Secca, setelah aksi menyalip Casey Stoner yang legendaris pada 2008," urai Fratesi.Â
Â
3 Karier Panjang: Rossi Jadi Inspirasi bagi Rival-rivalnya
Bradley Smith pernah mengungkapkan bagaimana rasanya tak percaya bisa balapan melawan Rossi. Ia masih berusia enam tahun ketika Rossi memenangi Grand Prix pertamanya.Â
"Rasanya seperti tidak nyata berada di trek bersamanya karena ia telah berusia lebih dari 40 tahun. Kita bicara tentang pembalap yang memenangi grand prix pertamanya ketika saya berusia enam tahun," kata Smith, yang musim lalu membalap untuk Aprilia. Â
"Tahun pertama saya benar-benar melihat MotoGP adalah ketika ia memenangi balapan 2004 di Afrika Selatan. Sejak itu dia selau berada di sana."Â
"Dua atau tiga generasi telah berganti sejak dia di MotoGP, jadi levelnya kian tinggi dan tinggi dan dia masih berdiri di sana. Benar-benar impresif," sambung Smith.Â
Pembanding lainnya adalah Marc Marquez. Juara dunia MotoGP 2019 itu masih berusia tiga tahun ketika Rossi memenangi Grand Prix pertamanya. Selang 24 tahun kemudian Marquez telah menjelma menjadi superstar di MotoGP.Â
Â
Advertisement
4. Rossi Juga Berseteru dengan Rival-rivalnya
Fans selalu menyukai rivalitas dan Rossi punya rival-rival sengit sepanjang kariernya.Â
Rossi mungkin menjadi idola pembalap-pembalap muda, tapi jika sudah bersaing untuk memperebutkan gelar juara dunia, ia bisa berubah menjadi musuh yang paling buruk. Â
Rossi pernah memiliki rivalitas sengit dengan Max Biaggi, Sete Giberneu, Casey Stoner, Jorge Lorenzo, hinga Marc Marquez.Â
Â
5. Rossi Punya Selebrasi-selebrasi Unik
The Doctor tak pernah malu-malu saat di dalam maupun luar lapangan. "Dia mendulang kesuksesan besar berkat kepribadiannya, karismanya, dan gairah terhadap apa yang dilakukannya," ujar Fratesi.Â
Ciri khas Rossi lainnya adalah selebrasi kemenangan yang unik dan kadang nyeleneh. Ia pernah mengenakan kostum Robin Hood di podium, berpura-pura menjadi narapidana, bermain boling, dan lain-lain.Â
Rossi adalah salah satu pembalap pertama yang benar-benar melibatkan diri dalam kerumunan fans. Manuver itu membuat jumlah fansnya terus tumbuh.
"Di setiap pekan jumlah bendera kuning VR46 di tribune sirkuit selalu sangat besar," kata Bradley Smith.
"Itulah yang dia miliki di seluruh dunia. Ia telah menangkap imajinasi banyak orang dan seseorang seperti itu telah melakukan banyak hal untuk olahraga," imbuh Smith.Â
Advertisement
6. Ranch dan Akademi Valentino Rossi
Valentino Rossi punya tim balap di kelas Moto2 dan Moto3. Ranch balapnya di Tavullia menjadi markas bagi akademi balapnya. Ia memiliki dirt track sepanjang 1,5 mil. The Doctor sangat suka menghabiskan waktu di sana, bertarung melawan pembalap-pembalap masa depan di akademinya.Â
"Ranch milik Rossi tak seperti yang saya bayangkan. Dia memiliki gudang di pinggir kota setempat dan itu adalah di sebidang tanah pertanian besar.," kata pembalap Moto3, John McPee.Â
"Untuk makanan secara umum mereka punya barbeque, sedangkan untuk minuman ada mesin kopi dan air putih. Itu bukan tempat yang mewah, lebih seperti tempat membalap, benar-benar tentang motor," imbuh McPee.Â
"Dia punya ketertarikan kepada pembalap-pembalap Moto3 dan membawanya ke sana. Dia selalu menjadi dirinya tetap bugar semaksimal mungkin."Â
Sumber: BBCÂ
Disadur dari: Bola.com (penulis/editor, Yus Mei Sawitri, published 11/6/2020)
Â