Bola Ganjil: Kiper Pembunuh Teman, Simpatisan Nazi, dan Pembasmi Penalti

Glaser hanya kemasukan 21 kali dari 94 penalti yang dihadapinya. Namun, statistik impresif itu tidak ada apa-apanya dibanding kisah hidupnya. Simak ceritanya.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 15 Sep 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2020, 15:00 WIB
Franjo Glaser
Franjo Glaser. (Twitter)

Liputan6.com, Jakarta - Hakim di pengadilan bertanya alasan Meursault membunuh seorang warga Aljazair yang tidak dikenalnya. Sang terdakwa hanya menjawab singkat. "Karena panas matahari," katanya.

Juga memiliki kepribadian unik dan tidak menunjukkan tanda penyesalan atas perilakunya, tokoh utama dalam novel The Stranger karangan Albert Camus itu menjadi salah satu karakter kontroversial dalam sejarah literasi modern.

Namun, Camus tidak pernah menjelaskan inspirasi di balik cerita karangannya. Meski begitu, ada kemungkinan seluruh ciptaannya, termasuk Meursault, merupakan representasi peristiwa nyata.

Maka, patut dipertanyakan apakah Camus mengetahui kisah hidup Franjo Glaser, kiper Yugoslavia berdarah Kroasia.

Pasalnya, enam tahun sebelum Meursault menghiasi rak buku, Glaser sedang menjalani persidangan terkait kasus pembunuhan yang ceritanya mirip seperti tokoh fiksi karangan Camus tersebut.

Saksikan Video Kiper Berikut Ini

Berdarah Dingin

Franjo Glaser
Pemberitaan dari koran terkait persidangan Franjo Glaser. (Twitter)

Pada satu hari di musim panas 1936 di Beograd, masyarakat setempat berbondong-bondong pergi ke Sungai Sava untuk menyegarkan diri. Termasuk juga pemain BSK, tim tersukses Yugoslavia sebelum Perang Dunia II. Salah satunya adalah Glaser.

Sedang bersantai di panggung terapung, seorang anggota staf teknis muda bernama Radomir Stokic mencoba bergurau dengan sang kiper. Namun, bukannya balik bercanda atau memintanya berhenti, Glaser justru mendorong Stokic ke air.

Dia melakukannya meski sadar remaja berusia 17 tahun itu tidak bisa berenang. Stokic kemudian sempat berteriak meminta tolong sebelum menghilang tenggelam dan tidak pernah muncul lagi.

Glaser sama sekali tidak terganggu akan tewasnya teman yang membawakan seluruh anggota tim BSK makan siang beberapa jam sebelum kejadian. Keesokannya dia pergi ke Novi Sad untuk menyaksikan BSK menghadapi Vojvodina dalam laga persahabatan.

Ketika polisi datang, Glaser juga tidak menunjukkan emosi sedih atas meninggalnya Stokic. Dia juga mengklaim tidak bersalah. Namun, dalam persidangan yang dipenuhi jurnalis dan suporter BSK beberapa hari berselang, pembelaan Glaser tidak mendapat dukungan. Rekan setim memberikan keterangan berlawanan.

"Franjo yakin Stokic akan muncul ke permukaan sewaktu-waktu," ujar salah satu saksi.

Glaser pun sadar dia bakal divonis karena melakukan pembunuhan. Dia akhirnya mengakui perbuatan dan dijatuhi hukuman penjara dua tahun. Glaser diklaim hanya tersenyum mendengar itu.

"Mungkin dia menerima hukuman percobaan jika jujur sejak awal sudah terlibat akan kematian temannya," tulis harian Politika.

Dimaafkan Tito

ilustrasi Sepak Bola
ilustrasi Sepak Bola (Liputan6.com/Abdillah)

Dalam bayangan hukuman berat, Glaser nyatanya masih memiliki manuver andalan. Dia sukses meminta otoritas untuk menjalankan vonis di Kroasia. Di sana Glaser langsung bebas dan bisa melanjutkan karier bersama klub berbasis Zagreb, HASK Gradanski, hingga awal Perang Dunia II.

Pada periode 1941-1944, dia tampil 11 kali membela Kroasia yang saat itu berstatus negara boneka bentukan Nazi dengan nama resmi Independent State of Croatia (ISC). Dalam kurun ini, Glaser dilaporkan menikmati momen dan biasa melakukan salam hormat Nazi kepada suporter dan pimpinan ISC Ante Pavelic.

Asosiasi dengan Nazi membuatnya terjepit ketika Josip Tito membebaskan Yugoslavia. Nyatanya tidak demikian. Entah sangat beruntung atau piawai berpindah kubu, Glaser menyaksikan dosa-dosanya di masa lalu dimaafkan.

Dia bahkan dipercaya menjadi pemain dan pelatih klub sepak bola bentukan Angkata Bersenjata Yugoslavia, FK Partizan Belgrade. Beberapa rekan di timnas ISC seperti Stjepan Bobek, Franjo Sostaric, dan Florijan Matekalo, kemudian diajaknya bergabung.

 

Spesialis Penalti

Ilustrasi Sepak Bola
Ilustrasi sepak bola (Abdillah/Liputan6.com)

Terlepas kehidupan pribadi yang gelap dan kontroversial, Glaser menghabiskan sisa hidupnya dan hidup damai di Zagreb hingga meninggal pada 2003 di usia 90 tahun.

Kepiawaiannya sebagai penjaga gawang tidak perlu diragukan. Statistik mencatat dia tampil 1.225 kali dalam periode 1933 hingga 1949.

Glaser membangun reputasi sebagai penumpas algojo penalti. Dia hanya kemasukan 21 kali dari 94 tendangan 12 pas yang dihadapinya, sebuah rekor luar biasa di dunia sepak bola.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya