Â
Liputan6.com, Jakarta Wacana Kongres Luar Biasa (KLB) di PSSI menyeruak. Ini menyusul keluarnya rekomendasi dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) soal tragedi Kanjuruhan.
Mantan Anggota Komite Etik FIFA, Dali Tahir, ketika ditanyai pendapatnya pun menyampaikan komentar. Dali, yang juga eks Exco AFF ini mengajak semua pihak untuk bersikap arif dalam melihat konteks permasalahan.
Advertisement
Menurut pria 75 tahun ini, selama 40 tahun pengalamannya berkecimpung di kepengurusan sepak bola, aturan serta proses dalam mendorong sebuah KLB harus diperhatikan.
Dia menjelaskan, pada dasarnys KLB bukan hal dilarang untuk dilakukan di tengah jalannya sebuah periode kepengurusan PSSI. Namun, ia mengatakan, PSSI adalah organisasi yang menjadikan statuta FIFA sebagai pedoman dalam melangkah.
Untuk itu, ia mengajak semua pihak turut berpegang kepada pedoman tersebut. Hal ini agar sepak bola Indonesia tidak melanggar aturan FIFA yang bisa berujung sanksi.
"Kita ikuti aturan FIFA. Bila besok harus ada KLB, lusa KLB, kalau semua tiba-tiba. Lalu aturan FIFA harus dikemanakan? FIFA ini organisasi profesional, anggotanya 211 negara, bahkan lebih banyak dari PBB yang beranggotkan 195 negara, PSSI berjalan di koridor aturan," kata tokoh sepak bola yang pada tahun 2004 turut berunding dengan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) dalam merumuskan statuta PSSI ini, Jumat (28/10/2022).
"Memang iya, boleh dibahas soal tanggung jawab moral. Tapi saya di sini berkewajiban menyampaikan, pasal di statuta FIFA itu menyebutkan; menolak dengan keras segala macam bentuk intervensi pihak ketiga dan pemerintah," kata dia.
Â
Bentuk Intervensi
Â
Oleh karena itu, Dali tak menampik bahwa salah satu rekomendasi yang ditelurkan TGIPF untuk PSSI berpotensi dianggap sebagai bentuk intervensi pihak ketiga oleh FIFA. Rekomendasi itu adalah meminta seluruh pengurus PSSI, termasuk anggota Komite Eksekutif (Exco) untuk mengundurkan diri.Â
"Tentu ada kecemasan di-banned. Tahun depan ada Piala Dunia U-20. PSSI yang sekarang dipimpin oleh Iriawan ini (Iwan Bule) yang bawa Piala Dunia U-20 ke Indonesia, bila kita diskors sudah pasti Piala Dunia U-20 tidak jadi digelar di sini. Apa kita mau arahnya ke sana?," kata pendiri Galatama ini.
"Minta KLB itu ada frame time-nya. Anggota Exco, kriterianya harus tercatat lima tahun minimal berkecimpung di sepak bola baru boleh mencalonkan diri," ujar Dali.
"Jadi di sinilah, jangan minta mundur asal minta mundur. Manusia itu sudah pasti ada kekurangan, maka ada aturan yang akan membatasinya. Kalau bicara soal baik-buruk, prestasi PSSI sekarang juga ada, kita lihat, timnas kita lagi baik. Ranking di FIFA naik, prestasi juga ada di kelompok umur. Kalau gonta-ganti (pemimpin dan pengurus terus), kapan majunya," kata sosok yang turut mendirikan klub legendaris era galatama, Arseto, ini.
Â
Advertisement
Lebih Hati-Hati
Â
Dali pun mengatakan, kejadian di Stadion Kanjuruhan benar-benar sangat menyayat hati. Ia meminta kepada semua pihak untuk lebih berhati-hati agar korban jiwa tak lagi ada.
"Kejadian itu berlangsung setelah laga selesai. Pengurus PSSI tentu tidak mungkin turun ke lapangan mengusir-usir supaya tidak tumpah ke lapangan. Di situ kan ada pengamanan," kata dia.
"Sekarang kalau sepak bola negara kita ingin atur diri sendiri, ya silakan keluar dari FIFA. Jalan sendiri," ujar Dali.
Â