Manajer Sunderland Paolo Di Canio yang menggantikan Martin O'Nell menjelang akhir musim lalu sukses menjaga Si Kucing Hitam untuk bertahan di Liga Premier. Namun ia menghadapi kritikan atas caranya menangani para pemainnya dan rezim latihannya yang ketat.
Mantan atasannya di klub strata ketiga, Swindon Town pernah berkata kalau Di Canio melatih "dengan tangan yang memegang granat". Namun pria berpaspor Italia tersebut menegaskan bahwa para pemainnya tak perlu takut terhadap dirinya karena dirinya tak akan membunuh mereka.
"Para pemain tidak takut dengan manajer, itu mustahil. Saya tidak membunuhi orang-orang, saya membiarkan mereka berlatih," kata Di Canio pada konferensi pers di Hongkong, di mana timnya akan menghadapi Manchester City di final Trofi Barclays Asia pada Sabtu (27/7/13).
"Tim kami merupakan tim yang sangat bagus, namun bukan tim papan atas. Untuk mengurangi celah antara kami dan tim-tim papan atas maka tentu kami memerlukan strategi dan taktik-taktik dan kualitas teknik. Namun kondisi fisik juga merupakan salah satu bagian utama, jika tidak sulit untuk mengurangi celah ini," tandasnya.
"Tidak, mereka tidak cemas (terhadap saya), tentu saja mereka tidak mencintai saya. Saya berkata kepada mereka: mereka tidak perlu mencintai saya, mereka harus mengikuti saya, dan kemudian mereka akan baik-baik saja," gurau Di Canio.
"Terkadang mereka harus bertarung dan terkadang mereka membuat saya gila, dan kemudian saya akan marah, namun sejujurnya ini lebih seperti sebuah keluarga, dengan rasa hormat."
Penunjukan Di Canio yang mengejutkan di Stadium of Light pada Maret memicu kontroversi karena ia memiliki pandangan politik sayap kanan. Sunderland menang 3-1 atas Spurs pada pertandingan yang dimainkan di bawah guyuran hujan deras di Hongkong untuk memastikan pertemuan mereka dengan City.
Mantan atasannya di klub strata ketiga, Swindon Town pernah berkata kalau Di Canio melatih "dengan tangan yang memegang granat". Namun pria berpaspor Italia tersebut menegaskan bahwa para pemainnya tak perlu takut terhadap dirinya karena dirinya tak akan membunuh mereka.
"Para pemain tidak takut dengan manajer, itu mustahil. Saya tidak membunuhi orang-orang, saya membiarkan mereka berlatih," kata Di Canio pada konferensi pers di Hongkong, di mana timnya akan menghadapi Manchester City di final Trofi Barclays Asia pada Sabtu (27/7/13).
"Tim kami merupakan tim yang sangat bagus, namun bukan tim papan atas. Untuk mengurangi celah antara kami dan tim-tim papan atas maka tentu kami memerlukan strategi dan taktik-taktik dan kualitas teknik. Namun kondisi fisik juga merupakan salah satu bagian utama, jika tidak sulit untuk mengurangi celah ini," tandasnya.
"Tidak, mereka tidak cemas (terhadap saya), tentu saja mereka tidak mencintai saya. Saya berkata kepada mereka: mereka tidak perlu mencintai saya, mereka harus mengikuti saya, dan kemudian mereka akan baik-baik saja," gurau Di Canio.
"Terkadang mereka harus bertarung dan terkadang mereka membuat saya gila, dan kemudian saya akan marah, namun sejujurnya ini lebih seperti sebuah keluarga, dengan rasa hormat."
Penunjukan Di Canio yang mengejutkan di Stadium of Light pada Maret memicu kontroversi karena ia memiliki pandangan politik sayap kanan. Sunderland menang 3-1 atas Spurs pada pertandingan yang dimainkan di bawah guyuran hujan deras di Hongkong untuk memastikan pertemuan mereka dengan City.