Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang Presiden Jokowi meminta masyarakat untuk menggunakan mata uang Yuan, asal China, sebagai alat transaksi jual beli, viral di media sosial.
Kabar ini beredar dalam sebuah video. Dalam video berdurasi 1 menit 23 detik itu, tampak Jokowi tengah berpidato.
Berikut isi pidato dalam video tersebut:
Advertisement
"Menurut Saya bahwa kurs rupiah dan dolar bukan lagi tolak ukur yang tepat, kan harusnya kurs yang relevan adalah kurs rupiah melawan mata uang mitra dagang kita, terutama mitra dagang terbesar kita. Kalau mitra dagang kita tiongkok yang besar, ya kursnya rupiah renminbi, yang relevan. Mestinya seperti itu. Kalau mitra dagang kita jepang, ya kursnya kurs rupiah yen. Karena Amerika hanya 9-10 persen dari total perdagangan kita. Kalau tiongkok malah angka yang ada di saya 15,5 persen dari total perdagangan kita".
Video ini kemudian diunggah oleh akun Facebook Kampretopolitico pada 4 Juni 2019. Akun ini menambahkan sebuah narasi dalam konten yang diunggahnya.
"Jokowi minta masyarakat menggunakan mata uang Yuan ( Thiongkok ) !!
Pegimane, Bong ??Rupiah ente kagak bakal laku !Negara ente digadai ke China KOMUNIS !
Belain deh tu junjungan ente !!Anak cucu ente bakal jadi KACUNG CHINA !," tulis Akun facebook Kampretopolitico.
Konten yang diunggah akun facebook Kampretopolitico telah 26 ribu kali dibagikan dan mendapat 7 ribu komentar warganet.
Penelusuran Fakta
Setelah ditelusuri, kabar tentang Presiden Jokowi yang meminta masyarakat menggunakan mata uang Yuan sebagai alat transaksi ternyata tidak benar.
Fakta ini bisa dilihat dari akun youtube resmi kantor berita Berita Satu dengan judul konten "Presiden Pertimbangkan Mata Uang Yuan Jadi Acuan Baru".
Isi pernyataan sebenarnya adalah ingin rupiah mengacu pada Yuan bukan menggantikan rupiah dengan Yuan sebagai alat transaksi di Indonesia.
Fakta lainnya bisa dilihat dari situs Liputan6.com dengan judul artikel "Jokowi: Jangan Lawankan Rupiah dengan Dolar AS".
Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) bukanlah tolok ukur yang tepat untuk mengukur perekonomian Indonesia. Paling pas, membandingkan rupiah dengan mata uang negara-negara mitra dagang terbesar Indonesia, seperti Jepang, Tiongkok, Eropa, dan negara lainnya.
Jokowi menyoroti kebijakan ekonomi Donald Trump yang lebih bersifat reflasi. Di mana kurs dolar AS akan mencerminkan antisipasi pasar bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan semakin menguat dan inflasi dolar akan melonjak.
"Jadi dolar nanti akan jalan sendiri. Itu artinya kurs rupiah-dolar AS semakin tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia. Karena selama ini selalu melihatnya ke sana terus, padahal bukan cerminan fundamental Indonesia," terangnya di acara Sarasehan 100 Ekonom di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (6/12/2016).
Menurut Jokowi, ekspor Indonesia ke AS sekitar 9 persen-10 persen dari total ekspor. Dengan prosentase ekspor sebesar itu, lanjutnya, persepsi ekonomi Indonesia selalu dikaitkan atau diukur dengan dolar AS.
"Kalau ekonomi kita hanya diukur pakai dolar AS, nantinya kita akan kelihatan jelek. Padahal ekonomi Indonesia oke-oke saja, tidak ada masalah. Kalau kita masih bawa itu, bisa berbahaya," tegas Jokowi.
Dia menilai, jika ekonomi Indonesia diukur dengan mata uang lain yang merupakan mitra dagang utama, seperti Euro, Yuan Renmimbi, Poundsterling, Won, Yen Jepang, maka ekonomi Indonesia lebih bagus. Jokowi menyebut, ekspor Indonesia ke China sekitar 15 persen-15,5 persen dari total ekspor, ke Eropa 11,4 persen, dan ke Jepang 10,7 persen.
"Bertahun-tahun selalu melihatnya rupiah dan dolar. Tapi kurs rupiah-dolar AS bukan tolok ukur yang tepat. Kurs yang relevan melawan rupiah yakni dengan mata uang mitra dagang terbesar kita. Jadi penting mengedukasi ke publik jangan pantau kurs mereka terhadap dolar AS semata, tapi harus ada patokan yang punya komprehensif," tandas Jokowi.
Â
Advertisement
Kesimpulan
Presiden Jokowi tidak pernah meminta masyarakat untuk menggunakan mata uang Yuan sebagai alat transaksi jual beli di Indonesia.
Dalam video itu Presiden Jokowi menyampaikan bahwa mata uang rupiah seyogyanya dibandingkan dengan mata uang negara-negara mitra dagang terbesar Indonesia, seperti Jepang, Tiongkok, Eropa, dan negara lainnya. Narasi yang dikaitkan dalam video tersebut tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.
Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement