Liputan6.com, Jakarta - Kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan kembali ramai menjadi perbicangan publik para Rabu 6 November 2019. Kali ini, warganet ramai menuding bahwa penyerangan terhadap Novel hanya rekayasa.
Salah satu yang menyebut penyerangan terhadap Novel rekayasa adalah Dewi Ambarwati alias Dewi Tanjung. Bahkan, politikus PDIP ini melaporkan Novel Baswedan ke sentra pelayanan kepolisian terpadu Polda Metro Jaya atas dugaan rekayasa penyerangan air keras tersebut. Dewi melaporkan Novel Baswedan dengan tuduhan telah menyebarkan berita bohong.
Dewi menuduh, Novel telah merekayasa peristiwa penyiraman air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017 silam.
Advertisement
Dewi menilai, reaksi Novel saat disiram air keras tak seperti korban yang terkena siraman air keras.
"Ada beberapa hal janggal dari semua hal yang dialami, dari rekaman CCTV, bentuk luka, perban, dan kepala yang diperban. Tapi, tiba-tiba malah mata yang buta," kata Dewi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu 6 November 2019.
Selain itu, akun twitter @TurahNyinyir juga menganggap bahwa kasus penyerangan Novel Baswedan rekayasa. Ia mengunggah gambar wajah Novel. Akun ini menambah sebuah narasi dan menyebut bahwa Novel menggunakan softlens di kedua matanya.
"Seluruh Indonesia kena tipu. Manusia Kadang Kelupaan.. Itu Shoflens Kadang Dipasang Kiri, Kadang Dikanan.. Maaf Cuma Mengingatkan Aja Pak.. #SeluruhIndonesiaKenaTipu," tulis akun twitter @TurahNyinyir.
Penelusuran Fakta
Setelah ditelusuri, kabar yang menyebut bahwa Novel menggunakan soft lens atau lensa kontak ternyata tidak benar.
Gambar yang diunggah akun twitter @TurahNyinyir merupakan hasil suntingan. Jika ditelusuri dengan mesin pencari google images, maka hasilnya akan mengarah ke galeri foto situs Liputa6.com dengan judul "FOTO: Sepuluh Bulan di Singapura, Begini Wajah Novel Baswedan". Namun, foto tersebut dirotasi oleh si pengunggah, sehingga terlihat mata kanan Novel yang mengalami cedera.
Sedangkan foto lainnya, ternyata berasal dari potongan gambar video Kompas TV dengan judul "Kasus Novel Baswedan, Tim Advokasi Kirim Surat ke Presiden". Dalam video tersebut, Novel tampak diwawancara dengan mengenakan topi dan jaket berwarna hitam. Luka atau cedera tampak terlihat di mata kirinya.
Akibat serangan air keras, Novel memang mengalami cedera di mata sebelah kirinya. Fakta ini dikutip dari situs Liputan6.com dengan judul artikel "Polisi: Novel Baswedan Diperiksa Mengenai Apakah Ada Ancaman".
Liputan6.com, Jakarta - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan diperiksa terkait kasus penyiraman air keras yang menimpanya, oleh tim gabungan Polri. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menyebut, pemeriksaan bertujuan untuk melanjutkan pemeriksaan yang pernah dilakukan saat Novel dirawat di Singapura pada 14 Agustus 2017 silam.
"Melanjutkan pemeriksaan yang pernah dilakukan di Singapura," kata Argo, Kamis (20/6/2019).
Argo menuturkan, pemeriksaan ini sesuai dengan surat perintah Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian. Pemeriksaan Novel Baswedan terdiri dari tim pakar, penyidik KPK, dan penyidik Polda Metro Jaya. Hal ini pun bertepatan dengan 800 hari peristiwa teror tersebut yang masih misteri.
"Materi yang dipertanyakan berkaitan dengan apakah yang bersangkutan ada ancaman, apakah ada saksi lain dan sebagainya," ucap Argo.
Novel Baswedan diserang oleh dua orang pengendara motor pada 11 April 2017 seusai salat subuh di Masjid Al-Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara yang tak jauh dari rumahnya. Pelaku menyiramkan air keras ke kedua mata Novel sehingga mengakibatkan mata kirinya tidak dapat melihat.
Mata kirinya mengalami kerusakan yang lebih parah dibanding mata kanannya. Menjelang 800 hari peristiwa tersebut, polisi belum bisa mengungkap siapa pelaku dan otak dibalik penyiraman air keras Novel Baswedan.
Â
Advertisement
Kesimpulan
Penyidik KPK tidak menggunakan soft lens atau lensa kontak pada salah satu matanya. Novel Baswedan memang mengalami cedera di mata kirinya setelah diserang dengan menggunakan air keras.
Gambar dan narasi yang disampaikan akun twitter @TurahNyinyir tidak sesuai dengan fakta sebenarnya. Kasus penyerangan yang menimpa Novel juga bukan rekayasa.
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.