Cek Fakta: Tidak Benar Bajaj Bajuri Peringatkan Wabah Covid-19 Sejak 17 Tahun Lalu

Beredar klaim sinetron komedi Bajaj Bajuri telah memperingatkan wabah Covid-19 sejak 17 tahun lalu, simak faktanya.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Mei 2020, 11:10 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2020, 10:49 WIB
Penelusuran klaim Bajaj Bajuri Peringatkan Wabah Covid-19 Sejak 17 Tahun Lalu
Beredar klaim sinetron komedi Bajaj Bajuri telah memperingatkan wabah Covid-19 sejak 17 tahun lalu, simak faktanya.

Liputan6.com, Jakarta- Beredar klaim sinetron komedi Bajaj Bajuri telah memperingatkan wabah virus corona baru (Covid-19) sejak 17 tahun lalu.

Hal ini merupakan unggahan video yang berisi cuplikan pemeran tayangan tersebut oleh akun Twitter @pleasedpeople, pada 8 Mei 2020.

Pada unggahan video tersebut, akun Twitter @pleasedpeople memberikan keterangan sebagai berikut:

"we've been warned 17 years ago"

Berikut transkrip percakapan cuplikan adegan video tersebut dengan karakter Oneng, Said, dan Mpok Hindun.

Said kemudian berkata "Itu penyakit menular dari China Mpok. Gejalanye panas dingin sama batuk, bahaya Mpok, penyakit itu bisa nular, yang udah kena bisa meninggal."

Oneng yang mendengar hal tersebut lantas segera lari memanggil Emak.

Benarkah klaim sinetron komedi Bajaj Bajuri telah memperingatkan Covid-19 sejak 17 tahun lalu? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim sinetron komedi Bajaj Bajuri telah memperingatkan Covid-19 sejak 17 tahun lalu, menggunakan Google Search dengan kata kunci 'bajaj bajuri corona'. Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Viral Bajaj Bajuri Dianggap Ramal Penyakit Corona Covid-19, Ini Penjelasannya" yang dimuat situs liputan6.com, pada 13 Mei 2020.

Situs tersebut menyatakan, Pengguna Twitter lain, @FioSorale, mengunggah video dalam durasi yang lebih panjang. Rupanya sebelum bagian ini, Said sempat mengungkap bahwa gejala penyakit tersebut adalah tanda dari SARS. Saat episode tersebut mengudara, SARS memang meresahkan warga dunia. Tak heran, hal ini lantas menjadi tema dalam Bajaj Bajuri.

Dilansir dari situs WHO, SARS memang pertama kali dideteksi di Guangdong, China pada 2002. Penyebabnya juga disebabkan virus Corona, tapi dari strain berbeda dengan yang kini mewabah, yakni SARS-CoV.

Seperti COVID-19, gejala penyakit ini memang mirip dengan influenza, termasuk demam, menggigil, dan sakit kepala.

Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul "Heboh 'Ramalan' Bajaj Bajuri dan Cocoklogi Virus Corona" yang dimuat situs health.detik.com, pada Rabu 13 Mei 2020. Dalam situs tersebut, Psikiater dari RS Jiwa Marzoeki Mahdi, dr Lahargo Kembaren, SpKJ, mengatakan berbagai teori ini umumnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena mengabaikan fakta-fakta atau bukti yang ada dan hanya sebatas mengandalkan argumen seseorang saja.

dr Lahargo mengatakan ada dampak yang timbul akibat keterbatasan aktivitas sosial. Hal ini juga berkaitan dengan kemunculan beragam teori konspirasi.

"Adanya ketidakpastian yang jelas, suatu krisis seperti pandemi ini kan krisis yang sangat besar, yang kemudian muncul teori konspirasi yang bisa mempengaruhi orang lain, yang memang sekarang penyebarannya sangat mudah, melalui media sosial kan," ungkapnya saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.

Kesimpulan

Klaim sinetron komedi Bajaj Bajuri telah memperingatkan Covid-19 sejak 17 tahun lalu tidak benar, yang dibahas dalam cuplikan video tersebut merupakan virus SARS bukan Covid-19.

Jika video dilihat secara utuh, karakter dalam video tersebut membahas tentang virus SARS, namun pengunggah memotong video dan hanya menampilkan cuplikan ciri-ciri penderita SARS yang sama dengan COVID-19.

Banner Cek Fakta: Salah
Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya