Fakta Kesehatan: Diam di Rumah Saat Liburan Berpotensi Turunkan Kasus Covid-19

Profesor Wiku Adisasmito menyampaikan arahan konkrit satgas, terkait penularan covid-19 saat libur panjang.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 22 Okt 2020, 11:16 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2020, 12:06 WIB
coronavirus-virus-mask-corona-4914026
coronavirus-virus-mask-corona-4914026-pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Koordinator tim pakar sekaligus juru bicara satgas penanganan Covid-19, Profesor Wiku Adisasmito menyebut berdiam diri saat liburan panjang bisa menurunkan hingga memutus kasus virus corona Covid-19.

Jelang akhir bulan, bakal ada libur panjang, yakni 28 Oktober hingga 1 November 2020. Satgas Covid-19 berharap banyak orang yang peduli untuk menekan mobilitas selama masih ada pandemi.

Karena itu, Wiku menyampaikan arahan konkret satgas, terkait penularan covid-19 saat libur panjang. Pertama, bagi masyarakat yang dalam keadaan mendesak harus melakukan kegiatan di luar rumah selama periode libur panjang tersebut, mematuhi protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan serta hindari kerumunan.

"Keputusan untuk keluar rumah harus dipikirkan secara matang dan mempertimbangkan semua risiko yang ada," jelasnya dalam keterangan pers yang disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia, Selasa (20/10/2020), dikutip dari situs resmi Satgas covid-19.

Kedua, Satgas Penanganan Covid-19 mendorong agar masyarakat yang menerima kunjungan dari keluarga dan sanak saudaranya saat libur panjang ini, untuk tetap menjalankan protokol kesehatan 3M selama menerima tamu. Meskipun tamu merupakan bagian dari keluarga tetap terapkan protokol kesehatan yang ketat.

"Karena kita tidak tahu dengan siapa sebelumnya keluarga kita tadi berinteraksi," lanjut Wiku.

Ketiga, Satgas mendorong agar perusahaan atau perkantoran mengambil langkah antisipatif bagi karyawannya yang bepergian keluar kota pada masa libur panjang ini. Perusahaan didorong mewajibkan karyawannya yang keluar kota untuk melapor agar dapat didata, terutama yang memutuskan untuk bepergian ke wilayah zona oranye dan atau merah.

Selain itu, perusahaan dan kantor mewajibkan karyawannya untuk melakukan isolasi mandiri jika ada yang merasakan gejala Covid-19 setelah libur panjang.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Belajar dari Libur Lebaran

Jepang
Ilustrasi Liburan (sumber: pixabay)

Wiku mengajak, masyarakat belajar dari pengalaman saat libur lebaran Idul Fitri (22 hingga 25 Mei 2020) dan Hari Kemerdekaan RI (17 - 20 Agustus 2020). Saat Idul Fitri, terdapat kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan sekitar 69 - 93 persen dengan rentang waktu 10 - 14 hari.

Lalu saat libur HUT RI, kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan naik sebesar 58 hingga 118 persen pada pekan ketiga Agustus dengan rentang waktu 10 sampai 14 hari.

"Hal ini dipicu karena kerumunan di berbagai lokasi yang dikunjungi masyarakat selama liburan, serta tidak patuhnya masyarakat terhadap protokol kesehatan," ucap Wiku.

Selain itu, dia juga mengajak masyarakat untuk belajar dari penelitian terkait Covid-19. "Menurut (penelitian) Zhou, et Al (2020), pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 20 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 33 persen, dan menunda kemunculan puncak kasus selama 2 minggu. Ini adalah hal yang penting," tegas Wiku.

Lalu, pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 40 persen, dapat melandaikan kurva kasus Covid-19 sebanyak 66 persen dan menunda kemunculan puncak kasus selama 4 minggu. Bahkan pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 60 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 91 persen dan menunda kemunculan kasus selama 14 minggu.

Terakhir, Wiku berpesan kepada masyarakat yang menyampaikan aspirasi secara terbuka, dan mengumpulkan massa yang cukup banyak berpotensi menjadi master baru covid-19. Bahkan sudah ada peserta aksi unjuk rasa yang terkonfirmasi positif Covid-19. Ia mengingatkan covid-19 dapat menelan korban jiwa.

"Ingat, Covid-19 mematikan dan jangan dianggap enteng," pesannya.

 


Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya