Cek Fakta: Benarkah Masyarakat Zimbabwe Kena Penyakit Kulit usai Divaksin Buatan China?

Di media sosial beredar sebuah unggahan yang menyebut masyarakat Zimbabwe terkena penyakit kulit setelah disuntik vaksin buatan China.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 23 Nov 2020, 17:12 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2020, 11:00 WIB
Hoaks Masyarakat Zimbabwe Kena Penyakit Kulit usai Divaksin Buatan China
Hoaks Masyarakat Zimbabwe Kena Penyakit Kulit usai Divaksin Buatan China. (Facebook)

Liputan6.com, Jakarta - Di media sosial beredar sebuah unggahan yang menyebut masyarakat Zimbabwe terkena penyakit kulit setelah disuntik vaksin buatan China. Ada juga foto mengklaim sebagai penyakit kulit yang menimpa masyarakat Zimbabwe.

Adalah akun Facebook yang menggunakan nama Tim Surau Suhatri Ramang mengunggah foto masyarakat Zimbabwe terkena penyakit kulit usai disuntik vaksin buatan China. Begini narasinya:

"Akibat Suntik Vaksin dari Cina , Masyarakat Zimbabwe Terkena Penyakit Kulit Ber Air. NEGARA ZIMBABWE , adalah Negara yang di Kuasai sama Negara Tiongkok ( China Komunis).

Mata Uang Negara Zimbabwe , Memakai Mata Uang yang Syah adalah Mata Uang Cina = Yuan..!!! Kemungkinan Besar Negara Indonesia Bisa Terjadi Seperti Zimbabwe…!!!"

Melalui pencarian CrowdTangle, foto itu berada di Facebook pada 20 November 2020, pukul 15.50 WIB.

Lalu, benarkah klaim tersebut?

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Penelusuran Fakta

CEK FAKTA Liputan6
CEK FAKTA Liputan6 (Liputan6.com/Abdillah)

Untuk mengungkap kebenaran klaim tersebut, Cek Fakta Liputan6.com menggunakan pencarian gambar terbalik, Google Image. Hasilnya, ada banyak situs berita yang menggunakan foto seperti yang diunggah akun Facebook Tim Surau Suhatri Ramang.

Salah satunya adalah situs Isano.rw dalam artikel berjudul: "Etiyopiya: Umuco utegeka abagore kwingingira abagabo kubakubita. Reba indi mico itangaje". Artikel itu dipublikasikan pada 13 Mei 2020.

Foto yang diunggah akun Facebook Tim Surau Suhatri Ramang adalah wanita yang melakukan tradisi di Suku Hamar dari Ethiopia Selatan. Di daerah ini, wanita akan memohon para pria untuk mencambuki mereka sebagai bentuk rasa kasih sayang.

Seorang pria harus mencambuk punggung wanita sampai berdarah. Wanita tidak diperbolehkan menangis, berteriak, atau melarikan diri. Saat dipukuli, wanita mendesak pria untuk terus memukuli mereka.

Suku Hamar adalah orang yang tinggal di Ethiopia Selatan, di Lembah Omo. Orang-orang di lembah ini memiliki adat istiadat yang berbeda, termasuk 'Rite of Passage'. Tradisi ini mengharuskan setiap pemuda di kelompok 'Maza,' harus mematuhinya agar menjadi pria yang stabil dan siap menikah. Budaya ini disebut Ukuli Bula atau Kebenaran.

Hasil penelusuran Google Images juga mengarahkan ke situs berbahasa Turki, Internet Haber dalam artikel yang diterjemahkan menjadi: "Suku Afrika yang Aneh! Mereka mencambuk orang yang ingin menikah".

Dalam artikel tersebut, Suku Hamar di Ethiopia memiliki budaya yang aneh. Pria yang ingin menikah bakal mencambuk calon istrinya. Upacara yang digelar khusus untuk kaum muda ini sangat memukau bagi Suku Hamar.

Upacara pencambukan bagi pasangan yang ingin menikah ini dilakukan di depan keluarga wanitanya.

 

Kesimpulan

Klaim yang menyebut foto masyarakat Zimbabwe terkena penyakit kulit setelah disuntik vaksin buatan China bisa disimpulkan sebagai informasi yang salah. Sebab, keterangan foto sudah diubah.

Faktanya, foto itu menggambarkan budaya di Ethiopia bagi pasangan muda yang ingin menikah. Sang pria akan mencambuk wanita yang bakal menjadi istrinya.

 

Banner Cek Fakta: Salah
Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya