Usai Pilpres AS, Konten Hoaks Kembali Serbu Facebook?

Jelang Pilpres AS 2020, seluruh raksasa teknologi termasuk Facebook mengeluarkan kebijakan baru untuk mengurangi penyebaran hoaks.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 18 Des 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi Facebook
Facebook (JUSTIN SULLIVAN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Facebook mengakui kembali mengubah algoritmanya dalam memerangi konten berita palsu, hoaks, dan ujaran kebencian setelah Pilpres AS 2020, November lalu. Kini, dilansir Vanity Fair mereka kembali memberikan ruang untuk berita palsu kembali menyebar di platformnya.

Jelang Pilpres AS 2020, seluruh raksasa teknologi termasuk Facebook mengeluarkan kebijakan baru untuk mengurangi penyebaran hoaks. Mereka melarang iklan politik, membatasi penyebaran konten berbahaya dan melabeli postingan yang dianggap melanggar kebijakan.

Namun pekan ini kebijakan tersebut kembali berubah. Meski tetap melarang iklan politik, beberapa konten dari website beraliran politik tertentu mulai muncul lagi di timeline pengguna. Hal ini tentu sebuah langkah mundur bagi Facebook.

"Pertanyaannya adalah apakah mereka belajar dari Pilpres AS kemarin untuk kebijakan di masa mendatang?" ujar Vanita Gupta, CEO Konferensi untuk Hak Sipil dan Hak Asasi Manusia dilansir Times.

"Saya khawatir mereka akan mengembalikan kebijakan seperti dulu sebelum Pilpres AS. Padahal faktanya kebijakan yang ada sekarang merupakan langkah maju," ujarnya menambahkan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Komentar Facebook

Ilustrasi Facebook
Facebook (LOIC VENANCE / AFP)

Times melaporkan November lalu konten berbahaya di Facebook membuat pertumbuhan perusahaan tersebut terbatas. Pasalnya konten yang buruk mempunyai jangkauan yang lebih luas.

Itu sebabnya terus menerapkan kebijakan yang ketat untuk konten berbahaya akan tidak baik bagi bisnis Facebook. Meski demikian, Facebook mengklaim pengguna tidak akan mudah menerima konten berbahaya.

"Kami memastikan bahwa orang-orang melihat berita yang berwibawa dan informatif di Facebook, terutama selama siklus berita utama dan seputar topik global penting seperti pemilu, covid-19, dan perubahan iklim," ujar Joe Osborne, juru bicara Facebook.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya