Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang diklaim unjuk rasa di Kuala Lumpur melawan arogansi China beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan akun Facebook Ryan Syarifudin pada 19 Maret 2021.
Dalam video berdurasi 2 menit 40 detik itu, tampak suasana jalanan sebuah kota dipenuhi massa yang berunjuk rasa. Mereka yang turun ke jalan tampak mengenakan pakain serba putih.
Baca Juga
Akun Facebook Ryan Syarifudin kemudian mengaitkan video tersebut dengan demonstrasi di Kuala Lumpur melawan arogansi China pada Jumat 19 Maret 2021 pagi.
Advertisement
"Kuala lumpur pagi tadi ,melawan arogansi cina..," tulis akun Facebook Ryan Syarifudin.
Video yang disebarkan akun Facebook Ryan Syarifudin telah 88 kali direspons dan mendapat 30 komentar warganet.
Benarkah video yang disebarkan akun Facebook Ryan Syarifudin merupakan demonstasi di Kuala Lumpur menolak arogansi China pada 19 Maret 2021? Berikut penelusurannya.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video ideo yang diklaim unjuk rasa di Kuala Lumpur melawan arogansi China pada 19 Maret 2021.
Penelusuran dilakukan dengan mengunggah gambar tangkapan dari video tersebut ke situs Yandex. Hasilnya terdapat beberapa channel YouTube yang memuat video serupa.
Satu di antaranya video berjudul "lautan putih memenuhi perhimpunan bantah ICERD" yang dimuat channel YouTube muQabuQ pada 8 Desember 2018 lalu.
Penelusuran kemudian dilanjutkan dengan memasukkan kata kunci "demonstrasi malaysia desember 2018" di kolom pencarian Google Search. Hasilnya terdapat beberapa artikel yang menjelaskan mengenai aksi unjuk rasa yang terjadi di Malaysia pada 2018 lalu.
Satu di antaranya artikel berjudul "Ribuan Orang Berunjuk Rasa di Malaysia, Tolak Penghapusan Diskriminasi Rasial" yang dimuat situs Liputan6.com pada 8 Desember 2018 lalu.
Liputan6.com, Kuala Lumpur - Ribuan pendukung UMNO dan Parti Islam Se-Malaysia (PAS) dilaporkan berkumpul di jantung Kuala Lumpur pada hari Sabtu, untuk memprotes rencana ratifikasi pemerintah atas Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (ICERD).
Massa terus melanjutkan agenda kumpul besar itu, meski pemerintah Malaysia telah mengumumkan tidak akan meratifikasi ICERD, konvesi PBB yang mengutuk diskriminasi dan menyerukan kepada negara-negara di dunia, untuk menerapkan kebijakan penghapusan diskriminasi rasial dalam semua bentuknya.
Dikutip dari Channel News Asia pada Sabtu (8/12/2018), massa datang dari seluruh Malaysia dengan menggunakan kereta, bus, dan pesawat untuk berdemo.
Sebagian besar mereka berkumpul di dua masjid, yakni Masjid Jamek dan Masjid Nasional Malaysia, sejak Sabtu dini hari. Kedua tempat ibadah tersebut terletak sekitar dua kilometer dari Dataran Merdeka, sebuah lapangan yang diizinkan jadi tempat demonstrasi.
Siti Mariam Mohd Kassim, yang bepergian dengan sepupu-sepupunya dari Kota Bharu, negara bagian Kelantan, mengatakan unjuk rasa akan berlangsung damai dan para pendukung hanya ingin suara mereka didengar.
"Kami tidak membawa senjata. Kami ingin berkumpul sebagai kesatuan besar dan memberi tahu pemerintah bahwa meratifikasi ICERD tidak akan baik untuk Malaysia," kata mahasiswi berusia 18 tahun itu.
Mohd Ibrahim Che Mat, yang merupakan pendukung UMNO dari Johor, mengatakan para peserta demonstrasi telah diingatkan oleh penyelenggara via WhatsApp, untuk tidak memprovokasi siapapun atau menggunakan kekerasan.
Pengamanan di wilayah sekitar Dataran Merdeka telah ditingkatkan sejak Jumat 7 Desember. Barikade dibentuk dan petugas terlihat berpatroli di gedung-gedung pemerintah di sekitarnya.
Meskipun pemerintahan Malaysia telah berganti dengan kubu yang pro-reformasi, namun isu-isu rasial terus mengemuka.
Masyarakat Melayu menyuarakan ketakutan bahwa meratifikasi ICERD, akan mengikis hak-hak afirmatif pribumi yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Koalisi petahana Pakatan Harapan (PH), dalam manifesto pemilu, telah menjanjikan pembaruan hak asasi manusia dan ratifikasi konvensi internasional yang relevan. Namun, protes meluas menyebabkan pemerintah membatalkan rencana tersebut bulan lalu, tanpa penjelasan apa pun.
"Reaksi yang kuat terhadap ICERD adalah karena kegagalan pemerintah untuk menginformasikan pada publik dengan benar, terutama orang-orang Melayu pedesaan (mengenai masalah ini)," kata Asrul Hadi Abdullah Sani, seorang analis di konsultan kebijakan publik BowerGroupAsia.
Sebaliknya, pemerintah berupaya mencegah serangan balik, yang membuka ruang bagi partai oposisi, untuk meraup dukungan dari warga Melayu.
Para pengamat mengatakan bahwa demonstrasi tetap berlangsung sebagai platform bagi partai oposisi, untuk memoles reputasi mereka sebagai pembela hak-hak Melayu.
UMNO yang sebelumnya bercokol dan mendomonasi perpolitikan Malaysia untuk kali pertamanya kalah dalam Pemilu 2018. Menjadi oposisi.
Â
Referensi:
https://www.youtube.com/watch?app=desktop&v=xnYY9DZRpnE
https://www.liputan6.com/global/read/3802271/ribuan-orang-berunjuk-rasa-di-malaysia-tolak-penghapusan-diskriminasi-rasial
Â
Advertisement
Kesimpulan
Video yang diklaim unjuk rasa di Kuala Lumpur melawan arogansi China pada 19 Maret 2021 ternyata tidak benar.
Faktanya, video tersebut merupakan unjuk rasa memprotes rencana ratifikasi pemerintah atas Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (ICERD) di Kuala Lumpur, Malaysia pada 8 Desember 2018 lalu.
Â
Â
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement