Tanpa Disadari, Pengiklan Menyumbang Dana pada Situs Penyebar Hoaks Berbahasa Spanyol

Sejumlah perusahaan dinilai gagal menandai disinformasi berbahasa Spanyol di platform media sosial.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 07 Nov 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2021, 19:00 WIB
ilustrasi Hoax
ilustrasi Hoax {Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Global Disinformation Index (GDI), sebuah organisasi non-profit yang melacak kampanye informasi palsu daring, melaporkan, pada tahun ini para pengiklan tanpa disadari telah menghabiskan 12 juta USD untuk beriklan di 56 situs berbahasa Spanyol yang mendorong penyebaran disinformasi dan hoaks COVID-19.

GDI juga mengatakan, layanan penempatan iklan daring milik Google menyumbang bagian terbesar yaitu sebanyak 51,3 persen atau sekitar 6 juta USD dari pengeluaran penempatan iklan tersebut.

Namun, angka tersebut merupakan hasil penurunan dari sebelumnya yang mencapai angka 70 persen. Menurut laporan GDI, penurunan angka tersebut disebabkan karena adanya kebijakan Google terkait disinformasi tentang COVID-19.

Mirisnya, situs tersebut juga membeli iklan dari merek populer. Iklan yang dibeli melalui penempatan iklan Google akan ditempatkan di situs berbahasa Spanyol dengan artikel yang membuat klaim palsu.

Keadaan ini juga turut menjadi pendukung munculnya kecaman dari para anggota parlemen, regulator federal, dan aktivis anti-disinformasi terhadap perusahaan teknologi.

Sejumlah perusahaan dinilai gagal menandai disinformasi berbahasa Spanyol di platform media sosial setelah berhasil menghapus klaim serupa dengan bahasa Inggris.

Mereka mengajukan kecaman tersebut menyampaikan aspirasinya melalui diskusi panel yang diorganisir oleh Free Press Action, sebuah kelompok anti-disinformasi politik, dan Senator New Mexico, Ben Ray Luján.

Selain itu, terdapat partisipan lain yang ikut serta dalam diskusi ini yaitu Senator Minnesota, Amy Klobuchar, Tony Cardenas dari California, dan Rebecca Kelly Slaughter, seorang komisioner dari Federal Trade Commision.

Luján mengatakan, dengan adanya disinformasi seperti ini, justru akan mengikis kepercayaan masyarakat pada informasi yang benar. Luján, Cardenas, dan Klobuchar menambahkan, masalah ini akan jauh lebih buruk untuk keluarga yang tidak berbahasa Inggris.

"Platform bahkan lebih tertinggal ketika menangani informasi yang tidak berbahasa Inggris," ucap Klobuchar, melansir NBCNews.com, Minggu (7/11/2021).

Ia menambahkan, “Sayangnya, laporan menunjukkan bahwa Facebook akan menandai unggahan berbahasa Inggris yang mengandung kebohongan tentang vaksin, beberapa hari sebelum mereka menindak unggahan yang sama dalam bahasa Spanyol.”

Bahkan, Klobuchar mengatakan bahwa terkadang, unggahan disinformasi berbahasa Spanyol juga tidak pernah ditandai. Akibatnya, masyarakat masih dapat menemukan informasi palsutersebut. 

Ia juga mencatat, 87 persen pengeluaran Facebook untuk melawan misinformasi dihabiskan hanya untuk konten berbahasa Inggris saja.

Melihat masalah ini, mereka telah mendesak platform media sosial seperti Facebook untuk meningkatkan pemantauan dan penghapusan disinformasi dalam bahasa lain, khususnya pada topik seputar COVID-19 dan vaksin.

Clare Melford, salah satu pendiri dan direktur eksekutif GDI, meminta industri AdTech untuk mengambil tindakan dengan memotong keuangan yang mendorong disinformasi dan hoaks.

"Disinformasi daring membuat bahaya yang dapat dirasakan secara nyata, seperti yang telah terlihat dalam tragedi selama pandemi," ucap Melford dalam rilis pers.

Penulis: Amadea Claritta

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya