Hoaks Terkini Seputar Swab Test, Simak Faktanya

Simak kumpulan hoaks terkini seputar swab test

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 24 Nov 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2021, 09:00 WIB
Para Penumpang di Stasiun Senen Jalani Swab Antigen
Calon penumpang menjalani swab antigen di Stasiun Senen, Jakarta, Senin (21/12/2020). Penumpang kereta api jarak jauh menunjukkan surat bebas Covid-19 dengan melakukan tes PCR atau tes rapid antibodi yang masih berlaku 14 hari sejak diterbitkan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Hoaks seputar swab test untuk memeriksa seorang tertular Covid-19 atau tidak masih beredar di media sosial, meski temuan kasus penyakit tersebut mengalami penurunan.

Cek Fakta Liputan6.com telah menelusuri sejumlah informasi seputar swab test, hasilnya sebagian informasi tersebut terbukti hoaks.

Simak kumpulan hoaks terkini seputar swab test:

1. Hasil Test pada Kemasan Alat PCR dalam Video Ini untuk Mencari Target Pasien Covid-19

 Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video hasil tes pada kemasan alat PCR untuk mencari target Covid-19. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 22 November 2021.

klaim video hasil tes pada kemasan alat tes PCR untuk mencari target Covid-19, menampilkan seorang yang mengeluarkan dua kemasan benda dari kotak putih bertuliskan "RAPID TEST DEVICE".

Pada kedua kemasan tersebut juga terdapat tulisan "COVID-19 Ag RAPID TEST DEVICE", satu kemasan terdapat tulisan "Negatif Control" dan satu kemasan berikutnya bertuliskan "Posifi Control".

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut:

"Kalau yang di test PCR kemudian hasilnya positif,bukan berarti antum terpapar virus!Tetapi kalian sudah di target untuk jadi sasaran mereka!

Alat test yang sudah disediakan positive & negative‼️"

Benarkah klaim video hasil tes pada kemasan alat tes PCR untuk mencari target Covid-19? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini.

 

2. Swab Test Menghancurkan Amigdala untuk Membuat Patuh

 Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim swab test menghancurkan amigdala untuk membuat patuh. klaim tersebut diunggah salah satu pengguna Facebook, pada 29 Oktober 2021.

Unggahan tersebut berupa rangkaian gambar, pertama berupa karikatur menyerupai seorang sedang memasukan benda panjang ke hidung seorang lainnya, berikutnya gambar jaringan tubuh manusia bagian hidung yang sedang dimasukan benda panjang, dan ketiga gambar seorang yang sedang melakukan swab test.

Pada rangkaian foto tersebut terdapat tulisan sebagai berikut:

"In acient Egyot, they bruised teh amygdala ini order to make slaves more submissive and compliant". Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah "Di Mesir kuno, mereka meremukkan amigdala untuk membuat budak lebih patuh dan patuh.Di Mesir kuno, mereka meremukkan amigdala untuk membuat budak lebih patuh dan patuh."

Kemudian unggakan rangkaian foto tersebut diberi keterangan seperti berikut:

"Dicolok biar nurut.

Means that? Bahan bahan utk menghancurkan kelenjar Pineal itu Uda ada dr jmn Mesir kuno yg prakteek kek gini. Diturunkan turun temurun sampai skrg dipraktekkan lagi.

So, bhn bhn setipe dg lithium & Darpa Hidrogel itu Uda ada dulu.Kl tidak, mrk tidak akan nulis submissive(nurut).

Motto : hancurkan (kelenjar Pineal), gantikan dg Darpa Hidrogel.

Makin dicolok makin besar peluang antena Pineal rusak.

Dikebut nih yaa, Uda ga sabaran mau praktek jombi jombian.. via pipji😩😩👎"

Benarkah klaim swab test menghancurkan amigdala untuk membuat patuh? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com berikut ini.

 

3. Foto Wajah Akibat Swab Test

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim foto wajah akibat rutin swab test. Foto tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 16 Oktober 2021.

Unggahan tersebut menampilkan dua orang dengan lobang hidung yang lebih besar. Dalam foto tersebut terdapat tulisan "satu tahun setelah swab test".

"Akibat mau kemana mana wajib swap"

Foto tersebut diberi keterangan sebagai berikut:

"Ketika sudah terbiasa...#paksinsajahidungnya"

Benarkah klaim foto wajah setelah rutin swab test? Simak dalam artikel berikut ini.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya