Ahli Ungkap Alasan Capaian Vaksinasi Booster di Indonesia Masih Rendah

Situasi kasus covid yang dinyatakan mendekati endemi membuat masyarakat mulai enggan untuk melakukan vaksin booster.

oleh Hani Safanja diperbarui 02 Okt 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2022, 14:00 WIB
virtual class
Live Streaming Virtual Class in collaboration with META dan WhatsApp | Jumat, 30 September 2022 | Pukul: 14.30 WIB | Host: Wayan Diananto | Narasumber: dr. Dirga Sakti Rambe | Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama dan Fact Checker Liputan6.com Pebrianto Eko Wicaksono

Liputan6.com, Jakarta - Hingga kini vaksinasi masih terus digencarkan, terutama kepada kelompok rentan yang belum terjangkau program vaksin pemerintah. Situasi kasus covid yang dinyatakan mendekati endemi membuat masyarakat mulai enggan untuk melakukan vaksin booster

"Animo masyarakat untuk booster juga semakin menurun, dan ini juga terjadi di seluruh dunia. Situasi vaksin saat ini di seluruh dunia dinilai underrated. Di sisi lain, ketersediaan vaksin juga masih kendala," kata Vaksinolog Dr. Dirga, saat virtual class Liputan6.com, Jumat (31/09/2022).

Ia melanjutkan, tingkat positivity rate Covid-19 di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan angka yang ditetapkan WHO, tetapi saat ini sudah jarang kasus covid berat yang memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit. 

Hal tersebut menjadi harapan Indonesia akan segera memasuki masa endemi.

Terlebih lagi, sistem rumah sakit yang mengalami peningkatan dan pembenahan karena masa pandemi ini semakin digencarkan oleh pemerintah, kementerian kesehatan, para dokter, dan asosiasi rumah sakit yang membuat Indonesia menjadi lebih siap apabila kasus Covid-19  akan mengalami lonjakan di masa endemi nanti. 

"Bila melihat  tren kasus secara global, endemi akan segera tercapai dengan catatan tidak ada varian baru yang menimbulkan ledakan kasus secara ekstrem," ujarnya. 

Hindari Hoaks Kedaluwarsa Vaksin

Ilustrasi hoax
Ilustrasi hoax

Di sisi lain, Dirga menjelaskan tanggal kedaluwarsa vaksin berlaku hingga tanggal terakhir dari bulan yang ditetapkan.

Dalam beberapa kasus, masa berlaku vaksin dapat diperpanjang oleh badan POM. Adapun bila vaksin yang kedaluwarsa selama 1-2 hari sudah disuntikkan, yang paling mungkin terjadi adalah efektifitasnya berkurang dan antibodi tidak terbentuk, tetapi tidak sampai menimbulkan kematian. 

Mengenai penjelasannya, Dirga berharap masyarakat tidak lagi termakan hoaks vaksin yang beredar. Hal tersebut karena hoaks vaksin yang berbahaya dapat membuat orang tidak mau vaksinasi dan justru menimbulkan kematian. 

"Kalau membaca atau melihat informasi, lihat dan baca dulu secara keseluruhan dan cari dari sumber terpercaya. Kalau tidak yakin, jangan di forward dan berhenti di Anda," katanya mengakhiri.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya