Kopeng, Menikmati Keelokan Alam di Lereng Merbabu

Wilayah yang berada di lereng Gunung Merbabu ini menyimpan keelokan alam yang menawan.

oleh Karmin Winarta diperbarui 12 Mar 2014, 11:12 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2014, 11:12 WIB
Kopeng, Menikmati Keelokan Alam di Lereng Merbabu
Wilayah yang berada di lereng Gunung Merbabu ini menyimpan keelokan alam yang menawan.

Citizen6, Salatiga Kopeng, mungkin sebagian masyarakat belum banyak yang mendengar nama ini, Wilayah yang berada di lereng Gunung Merbabu ini menyimpan keelokan alam yang menawan.  Di sini, selain air terjun, kawasan hutan wisata, pengunjung juga bisa menikmati kota Salatiga dari atas.

Udaranya sejuk, setiap hari  kabut berarak melewati hutan-hutan pinus yang terhampar di kaki gunung.

Untuk mencapai Kopeng yang masuk wilayah  Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Jawa tengah ini cukup mudah. Dari daerah Pasar Sapi Salatiga, ikuti petunjuk arah yang menuju ke Kopeng,  tinggal lurus tanpa perlu belok Anda akan sampai di kaki Gunung Merbabu.

Jalanan ke sana sudah sangat baik. Jika ingin memakai kendaraan umum, harus lebih bersabar  karena angkutan yang lewat sangat terbatas.

Di sepanjang perjalanan, sejauh mata memandang,  kita akan menyaksikan hijaunya hutan pinus di sebelah kiri dan hamparan tanaman sayur seperti kol, brocoli, kentang, bit gula dan lainnya.

Sekilas jalanan menuju kaki Gunung Merbabu ini mirip daerah Puncak Bogor. Di sepanjang jalan, banyak orang berjualan sayur-sayuran dengan warna-warna yang ditata rapi seperti mozaik. Harganya sangat murah jika dibandingkan dengan ketika kita membelinya di Ranch Market.

Memasuki kawasan hutan wisata, kita seperti berada di “dunia lain” yang magis. Pohon-pohon pinus yang menjulang dan sesekali terdengar suara-suara binatang hutan. Di tengah perjalanan menuju kaki gunung, ada tempat pemberhentian, namanya gardu pandang. Dari sini kita bisa melihat kota Salatiga dari atas.

Di kaki Gunung ini kita masih menemukan perumahan penduduk. Desa paling atas ini namanya Desa Cunthel. Di kanan kiri jalan tersedia hotel-hotel (rumah penduduk yang disewakan) dengan tarif 50 ribu sampai 100 ribu sehari. Hal ini diketahui dari bapak-bapak atau ibu-ibu yang menawarkannya secara langsung yang berdiri persis di depannya.

Ada yang unik di desa ini, yaitu adanya "pohon satu", pohon yang memang berdiri sendirian dan tanpa daun. Karena uniknya pohon ini pernah dipakai sebagai property sebuah film nasional yang judulnya Kau dan Aci.

Selesai menikmati pemandangan alam, pengunjung bisa menikmati kuliner khas: sate kelinci. Bedanya dengan sate-sate yang lain, di sini bumbu satenya hanya memakai kecap, irisan cabe rawit, bawang merah dan tomat, kool dan timun sebagai lalap. Sangat nikmat.


Baca Juga:

Maleo, Tetap Eksis dengan Single Ketiga

Membaca Sejarah Kolonial di Gedung Lonsum

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya