Citizen6, Jakarta Banyak cara mengkritik kelaliman penguasa. Salah satu cara yang sering ditempuh para seniman adalah lewat pementasan teater. Teater Koma sebagai salah satu teater yang konsisten memproduksi karya-karya berkualitas, mengangkat ketidakadilan di tanah Papua dalam pementasan berjudul Cahaya dari Papua.
Baca Juga
Pementasan yang ditampilkan di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Sabtu (12/12/2015), ini merupakan garapan sutradara Nano Riantiarno. Pertunjukan berdurasi 50 menit ini mengisahkan tentang Tanah Papua yang diteror seekor naga jahat. Banyak yang menjadi korban. Tak ada yang berani mengumpulkan makanan karena semua dimonopoli oleh naga.
Putus asa, banyak orang yang menghamba pada sang naga. Sedang yang tidak mau menjadi budak, hanya bisa menahan lapar melihat hasil bumi mereka dirampas sang naga. Namun harapan belum mati. Sebuah ramalan menyebutkan, kelak lahir seorang pahlawan yang akan mengalahkan naga jahat tersebut.
Advertisement
Di sebuah tempat terpencil, seorang wanita kehilangan suaminya akibat kekejaman sang naga. Wanita yang tengah mengandung itu berjuang bertahan hidup. Kelak, bayi di dalam kandungannya yang akan membalaskan dendam perempuan itu.
Meski mengambil pengisahan seekor naga jahat, namun bisa dipastikan bahwa Cahaya dari Papua merupakan refleksi rakyat Papua yang sengsara karena hasil bumi mereka diambil dengan rakus. Bisa jadi, naga jahat tersebut merupakan pengejawantahan dari Freeport.
"Melalui pementasan ini, saya ingin mengangkat Tanah Papua yang menuju kebangkitan dan harapan akan perubahan kehidupan yang lebih baik," ujar Nano Riantiarno.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6