Miris, 2 Nenek Bersaudara Ini Jualan Keliling untuk Sambung Hidup

Idealnya, masa tua mestinya dilalui dengan bahagia, namun hal itu tak bisa dilakukan oleh dua nenek kakak beradik.

oleh Liputan6 diperbarui 30 Apr 2016, 12:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2016, 12:00 WIB
Miris, 2 Nenek Bersaudara Ini Jualan Keliling untuk Sambung Hidup
Idealnya, masa tua mestinya dilalui dengan bahagia, namun hal itu tak bisa dilakukan oleh dua nenek kakak beradik.

Citizen6, Bandung - Kisah nyata ini terjadi pada pagi hari di kota Parahyangan, Bandung. Aku bertemu dengan dua orang nenek renta yang berjalan beriringan.

Menikmati libur panjang, biasanya aku melakukan aktivitas olahraga di dekat rumah. Tak sengaja saat melakukan rutinitas pagi itu mata saya menatap sosok nenek-nenek renta yang berjalan pelan. Mereka berdua menyusuri jalanan di bahu jalan sebalah kiri. Mereka berdua tak dengan wajah yang ikhlas masuk keluar jalan kompleks perumahan.

Langkahnya sangat pelan jika dibandingkan dengan langkah para pekerja ibu kota yang selalu tampak terburu-buru. Tangan kanannya memegang payung yang sekaligus dijadikan tongkat penyeimbang tubuhnya yang renta. Semengtara tangan kanannya yang ringkih harus menanggung beban berat dagangannya.

Kedua nenek renta itu memakai kain kebaya dan kain jarik, khas perempuan. Meski tampak lemah, kedua nenek tersebut tetap bersemangat mencari rezeki untuk memperpanjang hidup sehari-harinya.

Pemandangan pagi yang sangat mengharukan, di saat orang-orang seusianya telah pensiun dan menikmati hari tuanya dengan bersantai, bercengkerama dengan anak cucunya, dua nenek ini masih berjuang mencari penghidupan.

Namun diam-diam rasa kagumku menuntun kakiku untuk menghampirinya tepat di depan warung sebuah toko kelontong. Kekagumanku pada dua orang nenek tersebut adalah mengenai pilihannya untuk tetap berjualan, mencari uang dengan cara terhormat dibanding menjadi peminta-minta yang bisa jadi penghasilannya lebih besar. Karena di depan toko waralaba tersebut begitu ramai, banyak orang lalu-lalang, keluar masuk di toko tersebut.

Penasaranku memuncak, ada banyak pertanyaan yang terngiang-ngiang di kepalaku. Kenapa nenek setua itu masih bekerja keras menyambung hidup? Kamana anak-anak mereka? Namun pertanyaan-pertanyaan itu aku menguburnya di kepala, tak sampai hati untuk bertanya.

Merasa iba, aku bertanya berapa harga makanan yang dijualnya. Dua nenek itu berjualan makanan khas Sunda seperti cilok, perkedel, bacang dan lainnya. Harga makanan satunya hanya 2 ribu rupiah saja. Namun tak tampak ada pembeli yang menghampirinya. Untungnya aku punya sedikit rezeki uang tambahan buat dua nenek malang ini.

 Sungguh perjuangan yang sangat luar biasa mengagumkan. Dua orang nenek yang baru kali ini aku temui, sudah setua ini namun masih mampu berjuang mencari nafkah sendiri.  Bahkan di kampungku sendiri tak ada nenek sekuat mereka.

Yang lebih mengejutkan, ternyata dua nenek tersebut adalah kakak beradik. Mereka berasal dari Ciputat, Tangerang. Jarak yang cukup jauh bukan?

Teman Mari kita sama-sama doakan semoga mereka selalu diberi kesehatan, kelancaran dalam usahanya,k ekuatan dan selalu dalam lindungan Tuhan.

Pengirim:

Aidil . K . Nasution 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya