Liputan6.com, Jakarta Tidak dapat dimungkiri bahwa Indonesia kaya akan warisan budaya. Salah satu warisan yang masih dilestarikan dan menjadi daya tarik adalah batik. Sampai saat ini, batik bukan lagi produk asing bagi kita. Bahkan, masyarakat luar negeri pun berbondong- bondong datang ke Indonesia untuk berburu batik.
Namun, apakah sempat terbesit di pikiran Anda, bagaimana sejarah batik di Indonesia dan di mana kita dapat melihat berbagai koleksi batik Indonesia? Semua itu akan terjawab ketika Anda berkunjung ke kota Solo, salah satu kota wisata yang kental akan kebudayaan Jawanya.
Advertisement
Museum Batik Danar Hadi Solo adalah jawabannya. Terletak di jalan Brigjen Slamet Riyadi 261 Surakarta, tepatnya di dalam kompleks Dalem Wuryaningratan. Sebuah kompleks yang dulu merupakan kediaman keluarga K. R. M. H. Wuryaningrat. Beliau adalah menantu dan juga sekaligus pepatih dalem dari raja Kasunanan Surakarta, yakni Pakoe Boewono ke X.
Dalem Wuryaningratan yang berarsitektur Jawa kuno ini dibangun kurang lebih pada abad ke XIX (kira-kira tahun 1890) oleh seorang arsitek Belanda. Meski bernuansa Eropa, tata ruang tetap mengikuti konsep rumah adat Jawa berhalamannya luas. Di tempat inilah Bapak H. Santosa Doellah, Direktur Utama PT Batik Danar Hadi, mendirikan museum batik.
Bapak Santosa Doellah telah merintis usaha Batik Danar Hadi pada 1967 saat berusia 26 tahun. Ketika itu beliau baru menikah dengan Ibu Danarsih yang menjadi istrinya hingga saat ini.
Nama batik Danar Hadi berasal dari dua suku pertama, yakni nama istri dan nama bapak mertua (ayah istri) yang sampai saat ini menjadi merek batik produksi Bapak Santosa. Museum ini dibuka resmi oleh ibu Hj. Megawati Soekarnoputri pada hari Jumat, 20 Oktober 2000 semasa beliau menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.
Keprihatinan dan obsesi bapak H. Santosa terhadap pelestarian dan pengembangan seni batik serta minimnya apresiasi masyarakat terutama generasi muda melatarbelakangi pendirian museum ini. Berdirinya Museum Batik Danar Hadi memiliki tiga tujuan mulia, yakni untuk melestarikan dan mengembangkan seni batik, menambah sarana pendidikan dan pengetahuan khususnya di bidang seni batik, dan menambah objek wisata di kota Solo yang merupakan kota budaya.
Museum Batik dirancang dengan bentuk bangunan yang disesuaikan dengan arsitektur nDalem Wuryaningratan. Ruangan di dalam museum terbagi menjadi sebelas, yang dipergunakan untuk memajang koleksi batik kuno Bapak H. Santosa Doellah yang terbagi menjadi sembilan jenis batik, sesuai dengan tema dari museum yaitu “Batik Pengaruh Zaman dan Lingkungan”.
Sembilan jenis batik tersebut meliputi Batik Belanda, Batik Cina, Batik Djawa Hokokai, Batik Pengaruh India, Batik Kraton, Batik Pengaruh Kraton, Batik Sudagaran dan Batik Petani, Batik Indonesia dan Batik Danar Hadi. Pemilihan tema dan tata ruang museum tak lepas dari pegalaman dan pengamatan bapak H. Santosa yang sejak usia 15 tahun sudah menekuni, menggeluti dan meneliti seni batik.
Menurut beliau, sehelai wastra (kain) batik pada warna dan polanya akan dipengaruhi oleh zaman atau lingkungannya. Sebagai contoh “Batik Belanda”, batik ini disebut demikian bukan karena berasal dari Belanda, tetapi pola pada batik tersebut dipengaruhi oleh budaya Belanda atau Eropa.
Karena batik-batik ini dibuat sekitar tahun 1840 – 1910 saat Indonesia berada di bawah penjajahan Belanda, sehingga akan dijumpai pola dengan tema cerita “Snow White”, “Little Red Riding Hood”, “Hanzel and Gretel”, dan lain-lain.
Demikian pula dengan jenis “Batik Cina”, bukan dibuat di Cina melainkan mendapat pengaruh dari budaya Cina (Tionghoa). Misalnya pola-pola dengan ragam hias burung Hong (Phoenix Bird), Kelelawar, Kura-Kura, dan ragam hias Banji (seperti Swastika).
Ketika berkunjung ke museum di kompleks nDalem Wuryaningratan, Anda akan menemukan showroom yang menjual berbagai macam produk Batik Danar Hadi yang dikenal dengan House of Danar Hadi dan juga restoran yang diberi nama Soga Resto dan Lounge. Oleh sebab itu, kompleks ini diciptakan sebagai tujuan wisata dengan konsep “One Stop Shopping” dan “One Stop Batik Adventure”.
PT. Batik Danar Hadi merupakan satu-satunya perusahaan batik yang memiliki museum batik serta menerbitkan buku batik dengan judul “Batik, Pengaruh Zaman dan Lingkungan”. Tidak dapat dipungkiri, museum yang kini menginjak usia hampir tujuh belas tahun memiliki berbagai penghargaan, salah satunya penghargaan dari Museum Rekor Dunia – Indonesia sebagai museum dengan koleksi ragam hias motif peranakan Cina terbanyak pada Februari 2010.
Museum Batik Danar Hadi dapat menjadi tujuan wisata Anda selanjutnya ketika berkunjung ke kota Solo karena museum ini berbeda dengan museum yang lain. Dengan penataan ruangan yang mempunyai konsep dan tema berbeda, nyaman dan tidak terkesan kuno membuat Anda betah untuk menikmati setiap ruangan dengan koleksi batik yang berbeda.
Selain itu, Anda juga dapat mengamati proses pembuatan batik tulis dan batik cap. Bagaimana, mengagumkan bukan? Anda dapat berkunjung setiap Senin-Minggu pukul 09.00–16.00 WIB. Lestarikan warisan budaya bangsa Indonesia!
Penulis:
Anggita Primartiwi
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6