Kisah Unik di Balik 7 Kuliner Khas Lebaran di Indonesia

Makanan-makanan khas saat lebaran ternyata memiliki kisah menarik di baliknya.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 14 Jun 2018, 19:07 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2018, 19:07 WIB
Inilah 7 kuliner khas Lebaran dan kisah yang menyertainya.
(Rangkuman Merdeka.com dari berbagai sumber)

Liputan6.com, Jakarta - Lebaran di Indonesia mendatangka suka cita bagi banyak orang, bahkan secara lintas iman. Alasannya,  lebaran yang menandai berakhirnya ibadah puasa dianggap sebagai perayaan. Disusul dengan berbagai tradisi meriah dan penyajian hidangan yang tak kalah istimewa pula.

Berbicara mengenai kuliner lebaran, panganan yang wajib hadir di meja makan adalah ketupat. Lontong berbungkus anyaman dan kelapa ini memiliki filosofi tersendiri dan sejarah yang panjang.

Selain ketupat, pemeluk Islam di Indonesia juga menyajikan sejumlah hidangan khas lain untuk merayakan Idul Fitri. Makanan-makanan itu juga memiliki kisah menarik di baliknya. Penasaran apa saja? Berikut ulasannya.

1. Ketupat

Ketupat Empuk dan Tahan Lama
Ketupat Empuk dan Tahan Lama

Ketupat memang menjadi bagian dari tradisi Idul Fitri di tanah Jawa. Makanan serupa lontong ini dipopulerkan oleh salah satu dari Walisongo, yakni Sunan Kalijaga.

Seperti unsur-unsur tradisi Jawa-Islam lain yang diperkenalkan sang wali, ketupat juga memiliki makna tersendiri. Ketupat berasal dari kata kupat yang memiliki makna ganda, yakni ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan).

Laku papat alias empat tindakan yang dimaksud adalah luberan, leburan, lebaran, dan laburan. Keempatnya bermakna berakhirnya puasa, berbagi rezeki berlimpah dalam artian zakat fitrah, peleburan dosa, dan memutihkan kembali hati.

Bahkan penggunaan janur dan bentuk ketupat yang khas pun memiliki arti tersendiri. Pantaslah jika makanan ini dilestarikan.

2. Opor

Ilustrasi opor ayam.
(Sumber Merdeka.com)

Penyajian opor sebagai teman makan ketupat saat lebaran juga bukan tanpa alasan. Opor dibuat dengan kuah santan. Sementara santan memiliki bunyi yang mirip dengan pangapunten (permintaan maaf).

Jadi penyuguhan opor sebagai pendamping ketupat memiliki makna simbolis mengakui kesalahan dengan tulus dan diikuti meminta maaf.

3. Lepet

Ilustrasi lepet.
(Sumber Merdeka.com)

Selain ketupat, warga di beberapa daerah di Jawa juga menyajikan lepet untuk menyambut lebaran. Makanan berbahan dasar ketan yang juga dibungkus daun kelapa ini banyak dijumpai di pasar tradisional menjelang lebaran.

Lepet merupakan kependekan dari frasa silep kang rapet yang berarti dikubur rapat-rapat. Makna di balik frasa ini adalah kesalahan yang sudah diakui tadi harus dimaafkan dan dipendam, tak boleh diungkit lagi agar persaudaraan semakin rapat seperti lepet yang lengket.

4. Telur Pindang

Ilustrasi telur pindang.
(Sumber Merdeka.com)

Lauk yang satu ini aslinya berasal dari khazanah kuliner Tionghoa bernama telur teh. Berupa telur yang direbus dengan teh hitam dan berbagai jenis rempah. Makanan ini kerap disajikan bersama panganan perayaan, karena dianggap sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.

Ketika sampai di Indonesia, telur teh dimasak tanpa menggunakan daun teh. Biasanya lebih sering menggunakan daun jambu, kulit bawang merah, atau kecap untuk menghitamkan telur. Karena telur yang direbus dengan cara ini lebih tahan lama, lantas berkembanglah teknik mengawetkan makanan pindang.

5. Rendang

Ilustrasi rendang.
(Sumber Merdeka.com)

Olahan daging yang disebut sebagai salah satu makanan terlezat di dunia ini memiliki tempat yang terpuji di dalam khazanah kuliner Minangkabau. Meskipun tidak berkaitan khusus dengan Idul Fitri, kenyataannya rendang selalu hadir dalam jamuan lebaran.

Rendang dianggap sebagai perlambang musyawarah dan mufakat yang membentuk masyarakat Minang. Pasalnya makanan ini terdiri dari empat unsur penting, yaitu dagiang yang mewakili para pemuka adat atau niniak mamak, karambia (kelapa) yang melambangkan kaum pemikir (candiak pandai), lado sebagai perwujudan kaum alim ulama, serta bumbu yang menjadi penyelaras dan pemersatu keseluruhan.

Karena maknanya yang luhur, rendang menjadi hidangan wajib dalam setiap upacara adat, kenduri, pesta atau hari raya. Tradisi ini juga dijalankan di tanah Melayu pada umumnya, tak hanya Minang.

6. Kastengel

Ilustrasi kastengel.
(Sumber Merdeka.com)

Kue berbentuk balok ini termasuk kue klasik yang selalu disajikan saat lebaran. Berasal dari kue peninggalan penjajah Belanda yang bernama kaasstengels.

Di kota Krabbedijke, kue ini sempat menjadi pengganti mata uang. Warga di sana melakukan barter dengan kaasstengels, karena kue tersebut dibuat dari keju yang termasuk bahan makanan berharga.

Kaas berarti keju, sedangkan stengels berarti stik atau batang. Kaastengels juga bisa diartikan sebagai cheese fingers yang berasal dari kata kaas (keju) dan tengels (jari). Kue yang terakhir disebut ini bentuknya lebih mirip lumpia atau pastry.

7. Nastar

Ilustrasi nastar.
(Sumber Merdeka.com)

Nastar juga termasuk kue yang dimodifikasi dari jajanan ala Belanda. Merupakan kependekan dari ananas taart yang bisa diartikan sebagai pai nanas.

Kue kering ini aslinya mengadopsi bentuk pai buah kegemaran orang-orang Eropa. Umumnya dibuat dengan buah-buahan bercitarasa asam seperti beri-berian dan apel. Tetapi karena buah-buah tersebut sulit didapat pada masa kolonial, akhirnya nanas tampil sebagai pengganti.

Nastar mudah ditemui di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Di Taiwan ada kue yang cukup mirip, yaitu pineapple cake atau pineapple pastry.

Reporter:

Tantri Setyorini

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya