Liputan6.com, Jakarta Tindik adalah salah satu tren yang masih awet hingga saat ini. Banyak orang yang menindik bagian tubuhnya seperti hidung atau area tubuh lainnya untuk memperindah penampilan.
Baca Juga
Advertisement
Namun siapa yang menyangka bahwa melakukan penindikan pada anggota tubuh akan mengakibatkan kelumpuhan. Hal ini ternyata dialami oleh gadis 20 tahun asal Brazil bernama Layane Dias.
Dilansir oleh Liputan6.com dari WorldofBuzz, Sabtu (16/2/2019), akibat menindik hidungnya, Layane saat ini harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas. Dokter menduga kelumpuhan ini disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Staphylococcus aureus.
Hidung Mulai Meradang
Peristiwa ini dimulai pada Juli 2018 lalu ketika Layane mencoba untuk menindik hidungnya. Beberapa minggu usai penindikan, Layane merasa ada yang aneh pada hidungnya. Ia merasakan bengkak dan meradang pada ujung hidungnya. Selain itu ia juga merasakan sakit pada kedua kakinya.
Awalnya, Layane mengabaikan peradangan tersebut. Ia juga tak curiga akan ada sesuatu buruk yang terjadi padanya.
"Saya pikir itu hanyalah sebuah bintik kecil, tetapi itu menyebabkan demam. Saya coba menyembuhkannya sendiri, saya memakaikan krim dan seminggu kemudian, bintik itu menghilang," katanya.
Malangnya usai bintik tersebut menghilang, Layane justru merasakan sakit pada kedua kakinya dan tak kunjung hilang. Rasa sakit yang semakin memburuk dan tak tertahankan ini membuatnya harus dilarikan kerumah sakit.
Advertisement
Kasus Luar Biasa
Awalnya para dokter bingung dengan gejala-gejala yang dialami oleh gadis ini. Namun hasil pemeriksaan darah menyatakan bahwa ada bakteri Staphylococcus aureus dalam aliran darahnya. Kasus ini merupakan kasus yang tidak biasa.
Para dokter kemudian bertanya kepada Layane apakah ada luka di hidungnya, karena bakteri ini biasanya ditemukan di hidung. Saat itulah Layane memberi tahu para dokter tentang penindikannya yang terakhir. Sekadar informasi, sekitar 30% orang memiliki bakteri ini di hidungnya.
Sayangnya, rasa sakit luar biasa pada kedua kakinya perlahan berubah menjadi mati rasa yang membuat Layane tak dapat berjalan. Layane segera dipindahkan ke rumah sakit lain dan dari hasil MRI mengungkapkan bahwa ia memiliki 500 mm nanah yang menekan tiga tulang belakang di bagian sumsum tulang belakangnya.
Layane segera dipindahkan ke ruang operasi untuk operasi darurat karena nanah tersebut dapat menyebabkan infeksi fatal. Dokter bedah, Oswaldo Riberio yang telah malang melintang di dunia medis selama 15 tahun mengatakan belum pernah melihat infeksi bakteri yang disebabkan oleh penindikan.
"Ketika cairan dikeluarkan, sumsumnya terkompresi dan ini mencegah kondisinya memburuk," kata ahli bedah tersebut. Operasi tersebut sukses tetapi Layane tetap tidak dapat menggunakan kedua kakinya. Kemungkinan terbesar yang harus dihadapi Layane adalah ia harus duduk di kursi roda selama sisa hidupnya.
Tetap Menikmati Hidup
Saat mengetahui bahwa Layane harus terus bergantung dengan kursi roda, awalnya ia merasa sedih dan terpukul. Namun kemudian ia mendapat kekuatan saat melihat orang-orang seusianya yang juga menggunakan kursi roda.
"Saya sangat terpukul. Pada awalnya, ini adalah situasi yang sangat menyedihkan. Hidup saya banyak berubah tetapi saya merasa bahagia ketika meninggalkan rumah sakit. Saya telah bertemu anak muda lainnya yang menggunakan kursi roda dan saya menyadari bahwa saya bisa bahagia seperti ini (di kursi roda)," katanya.
Layane percaya bahwa ia juga dapat tetap bahagia meski harus beraktivitas dengan kursi roda. Saat ini Layane sudah aktif bermain bola basket dan bola tangan.
Advertisement