Peramal pun Tak Tahu Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir

Ternyata, para peramal di Hong Kong turut terdampak pandemi Covid-19. Mereka pun membeberkan alasannya.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Agu 2020, 04:01 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2020, 04:01 WIB
Hong Kong Ubah Pusat Pameran Jadi RS Darurat
Pekerja medis membuat persiapan di rumah sakit lapangan sementara yang didirikan di Asia World Expo di Hong Kong, Sabtu (1/8/2020). Rumah sakit baru itu akan menerima pasien COVID-19 berusia antara 18 dan 60 tahun dengan sekitar 500 tempat tidur tersedia pada tahap pertama. (AP Photo/Kin Cheung)

Liputan6.com, Jakarta - Para peramal termasuk profesi yang terimbas pandemi Covid Virus Disease 2019 atau Covid-19.  Mereka bahkan tak dapat meramal akhir pandemi.

Ini dialami para peramal di Hong Kong. Peramal yang biasanya aktif di Temple Street, kini mulai kekurangan pengunjung lantaran ada pembatasan sosial.

"Saya tidak pernah melihat hal ini dalam 30 tahun," ucap peramal Lam Chun-sang seperti diwartakan Goldthread, Sabtu 1 Agustus 2020).

Pria 71 tahun itu mengaku kehilangan setengah kliennya.

Akibat Covid-19, peramal di Hong Kong harus memakai masker saat meramal. Ini juga dilakukan Grace Ng yang bisa membaca wajah dan telapak tangan.

Grace Ng mengklaim dapat melihat rezeki seseorang. Ia terkadang menyuruh kliennya agar jangan memulai bisnis. Sebab, menurut dia, orang itu tak akan sukses.

"Tetapi beberapa klien lain, saya bisa melihat kekayaan di wajah mereka, dan saya tahu mereka bisa benar-benar sukses," imbuh dia.

 

 

Video Pilihan

Alasan Peramal

Ramalan Peruntungan Karier dan Keuangan Berdasarkan Zodiak di Bulan Mei 2020
Ramalan Peruntungan Karier dan Keuangan Berdasarkan Zodiak di Bulan Mei 2020. (Sumber: Pixabay)

Para peramal itu mengaku tak bisa memprediksi kapan akhir Covid-19. Satu diantara alasannya lantaran corona tak dikendalikan satu orang.

"Saya bilang 'wow, saya tidak tahu,'" ujar Grace Ng.

"Saya tidak bisa benar-benar menjawabmu, karena ini bukan situasi yang bisa dikendalikan oleh satu orang," imbuhnya.

Hal senada disampaikan Lam Chun-sang. "Hanya para dewa yang tahu. Kita hanya peramal," tutur dia.

Berdasarkan data CoronaTracker, ada 3.398 kasus corona di Hong Kong. Sebanyak 1.858 pasien sembuh dan 31 meninggal dunia.

WHO Sebut Krisis Virus Corona Akan Terus Terasa hingga Puluhan Tahun

Tedros Adhanom Ghebreyesus (tengah), direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, berbicara pada konferensi pers tentang pembaruan COVID-19, di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss.
Tedros Adhanom Ghebreyesus (tengah), direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, berbicara pada konferensi pers tentang pembaruan COVID-19, di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss.(Salvatore Di Nolfi/Keystone via AP)

Pandemi global Covid-19 merupakan jenis bencana yang bakal berdampak lama pada masa mendatang. Ini disampaikan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Jumat 31 Juli 2020.

"Pandemi ini merupakan krisis kesehatan sekali dalam seabad, yang dampaknya bakal terasa hingga puluhan tahun ke depan," ujar Tedros saat pertemuan Komite Darurat WHO, menurut pernyataan yang dirilis oleh badan tersebut, seperti dilansir Antara, Sabtu 1 Agustus 2020.

Pandemi tersebut telah menjangkiti lebih dari 17 juta orang dan menelan lebih dari 670.000 korban jiwa sejak kemunculannya pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, China.

Amerika Serikat, Brasil, Meksiko serta Inggris selama beberapa pekan terakhir sangat terguncang akibat penyakit Covid-19, saat pemerintahan mereka berjuang untuk mendapatkan cara penanganan yang efektif.

Kondisi ekonomi di berbagai wilayah babak belur akibat pembatasan Covid-19, yang diterapkan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona, dan banyak wilayah yang mengkhawatirkan gelombang kedua kemunculan virus corona.

150 Perusahaan Berupaya Ciptakan Vaksin

Banner Infografis Infografis Mutasi Virus Corona Lebih Jinak, Bisa Berubah Ganas di Indonesia? (Liputan6.com/Trieyasni)
Banner Infografis Infografis Mutasi Virus Corona Lebih Jinak, Bisa Berubah Ganas di Indonesia? (Liputan6.com/Trieyasni)

Sejauh ini, lebih dari 150 perusahaan farmasi sedang membuat vaksin.Kendati, menurut WHO, penggunaan pertama vaksin tidak dapat diprediksikan hingga awal 2021.

"Meski pengetahuan tentang virus baru meningkat, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dan populasi masih rentan," Tedros menambahkan.

Hasil awal dari riset serologi (antibodi) menunjukkan gambar yang konsisten. "Sebagian besar orang di dunia masih rentan terhadap virus ini, bahkan di daerah yang pernah menjadi wabah parah sekalipun," ujarya.

Banyak negara yang yakin telah melewati masa tersulit, kini sedang bergulat kembali dengan Covid-19. "Sejumlah negara yang tidak begitu berdampak, kini menyaksikan lonjakan kasus maupun kematian," kata Tedros.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya