Tak Banyak yang Tahu, Ini Alasan Mengapa Menguap Bisa Menular

Banyak individu tak menyadari jika berada di dekat orang yang menguap, pasti Anda ikut menguap juga.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 17 Jun 2021, 19:06 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2021, 19:06 WIB
menguap mengantuk
ilustrasi menguap/copyright by AnemStyle (Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta - Menguap menjadi hal lumrah yang dialami seseorang saat mengantuk. Namun, apakah Anda tahu bahwa menguap bisa menular?

Banyak individu tak menyadari jika berada di dekat orang yang menguap, pasti Anda ikut menguap juga. Nah, mengapa hal itu terjadi?

Melansir dari Shared, Kamis (17/6/2021), untuk membuktikan hal ini, sejumlah psikolog di Universitas Leeds, Inggris mengundang 40 mahasiswa psikologi dan 40 mahasiswa teknik dalam penelitian mereka.

Setiap siswa diminta masuk secara individu ke sebuah ruangan. Dalam ruangan tersebut terdapat seorang asisten yang menyamar, bertugas untuk sengaja menguap sebanyak 10 kali.

Setelah keluar, para siswa diberikan tes emosional oleh para psikolog. Para mahasiswa ditunjukan 40 gambar mata dan ditanyakan apa emosi yang mereka rasakan terhadap gambar yang ditunjukan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Hasil Penelitian

menguap mengantuk
ilustrasi perempuan mengantuk/copyright By interstid (Shutterstock)

Mahasiswa psikologi diketahui menguap dengan rata-rata 5,5 kali di ruang tunggu dan mencetak skor 28 dari 40 tes emosional. Sementara itu, mahasiswa teknik menguap 1,5 kali dan mendapatkan nilai 25,5 dalam tes.

Kesimpulan dalam tes ini punya kaitan erat dengan empati seseorang. Mahasiswa psikologi punya tuntutan yang mengharuskan mereka punya empati tinggi kepada seseorang. Sehingga mereka cenderung fokus untuk melihat sikap alami dari seseorang termasuk menguap.

Meski angka tersebut jauh dengan mahasiswa psikologi, peneliti melihat jumlah angka dalam mahasiswa teknik termasuk signifikan dan dapat mendukung teori mereka.

Perbedaan tersebut terjadi karena mahasiswa teknik cenderung fokus terhadap angka atau perhitungan. Jadi, kedua mahasiswa tersebut sengaja dipilih karena latar belakang yang berbeda.

 

Teori Lainnya

Teori menguapnya seseorang juga didukung oleh para ahli neurologi. Mereka menemukan bahwa menularnya fenomena menguap dikaitkan dengan adanya hubungan empati dalam bagian otak. Hal itu mereka temukan melalui scan otak.

Empati sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan terhubung dengan keadaan emosional orang lain. Walaupun terdengar aneh, tetapi penelitian ini mampu menunjukan bahwa fenomena menularnya menguap dilatarbelakangi karena empati seseorang.

Karena punya kaitan erat dengan empati, menguap juga bisa menjadi faktor untuk mengidentifikasi psikopat atau tidaknya seseorang. Walaupun masih perlu banyak faktor pertimbangan serta penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang hal ini. Tapi, daya pikir psikopat berbeda dengan kebanyakan orang yang mempunyai empati.

 

Punya Empati Tinggi

Empati yang membuat banyak orang ikut tertular menguap bisa tak akan terpengaruh kepada orang-orang psikopat. Hal ini disebabkan karena empati yang mereka alami atau mereka rasakan punya cara yang berbeda ataupun lain dari kebanyakan orang.

Meski begitu, faktor menguap ini tak bisa menjadi indikasi yang kuat bahwa orang yang tak ikut meguap seperti kebanyakan individu langsung dituduh sebagai psikopat.

Akan tetapi, ada satu hal yang pasti dari fenomena menularnya menguap, bisa menandakanmu sebagai orang yang mempunyai empati yang tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya