Liputan6.com, Jakarta - Apakah kalian pernah mendengar istilah perimenopause? Tahukah kalian mengenai fakta-fakta dasar tentang perimenopause yaitu tentang kapan dimulai, apa itu, atau bagaimana rasanya?
Tenyata masih banyak wanita tidak tahu tentang hal ini. Mengutip dari laman Best Life, Selasa (11/10/2022) menurut Statista, 44 persen wanita di seluruh dunia tidak menyadari perimenopause sampai mereka mulai mengalaminya, dan 34 persen wanita tidak tahu bahwa perimenopause itu ada.
Lantas, apa itu perimenopause? Perimenopause berarti 'sekitar menopause'. Istilah ini mengacu pada waktu di mana tubuh melakukan transisi alami menuju menopause atau berhentinya haid, menandai akhir tahun-tahun reproduksi.
Advertisement
Para ahli menjelaskan bahwa hormon estrogen wanita "naik dan turun secara tidak merata" ketika perimenopause sedang berlangsung.
Cara untuk mengetahuinya adalah jika selama dua belas bulan berturut-turut tanpa periode menstruasi tubuh secara resmi telah mencapai menopause, dan periode perimenopause telah dinyatakan berakhir.
Dua belas bulan yang dilalui tanpa menstruasi inilah yang dapat disebut dengan fase perimenopause. Bagaimana cara untuk mengetahui kapan kita sedang berada dalam fase sebelum menopause?
Akan muncul berbagai macam tanda-tanda yang mungkin kita sadar, namun seringkali kita mengabaikan kemunculan tanda tersebut. Pola hidup dan kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita lakukan ternyata juga berpengaruh banyak terhadap kapan kalian akan mengalami hal ini.
Untuk itu, berikut lima tanda kecil bahwa kalian sudah mengalami atau sedang berada dalam fase perimenopause:
1. Haid Tidak Teratur
Menjelang waktu ketika menstruasi berhenti sama sekali, ketidakteraturan akan bermanifestasi dalam berbagai cara.
Hal tersebut karena ovulasi menjadi lebih jarang dan lebih tidak dapat diandalkan.
Lamanya waktu antara periode mungkin lebih lama atau lebih pendek, dengan gejala yang mungkin ringan hingga berat, dan kalian mungkin saja akan melewatkan beberapa periode.
Namun, penting untuk dicatat bahwa perdarahan di antara periode dapat memiliki penyebab lain.
Bahkan mungkin gejala tidak teraturnya haid menandakan gejala kanker serviks, jadi pastikan siklus menstruasi kalian dan periksakan diri ke dokter atau bidan jika mengalami gejala ini.
Advertisement
2. Kekeringan pada Vagina
Perubahan hormon-hormon yang terjadi saat fase perimenopause ternyata memiliki efek pada vagina dan vulva.
Kurangnya estrogen dapat menyebabkan jaringan vulva dan lapisan vagina menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastis atau fleksibel yang akan membuat suatu kondisi yang dikenal sebagai atrofi vulvovaginal.
Dampak yang terjadi adalah sekresi vagina berkurang, sehingga pelumasan berkurang dan vagina menjadi kering.
Kekeringan vagina dapat diatasi dengan beberapa cara, termasuk obat resep dan pengobatan, latihan dasar panggul, pelumas, dan pelembab.
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi kekeringan vagina adalah dengan menggunakan pelembab vagina, karena pelembab khusus yang dirancang khusus sesuai untuk area sensitif tubuh.
3. Perubahan Suasana Hati
Perubahan hormon ternyata juga mempunyai pengaruh untuk perubahan suasana hati.
Perubahan suasana hati pada fase perimenopause yang tidak menentu mungkin terasa sangat berbeda dari saat muncul kemarahan atau frustrasi.
Kalian mungkin berubah dari perasaan stabil menjadi perasaan sangat kesal atau jengkel dalam sekejap.
Ciri lainnya adalah mungkin kalian akan mengalami sedikit penurunan kesabaran yang membuat kalian ingin marah-marah jika ada orang lain yang mungkin sedikit mengganggu.
Advertisement
4. Munculnya Masalah Tidur
Insomnia bisa terjadi pada siapa saja, dan membuat stres untuk dihadapi. Tetapi kualitas tidur yang buruk dan gangguan tidur adalah perubahan yang kurang dikenal selama fase perimenopause.
Gangguan tidur yang terjadi selama perimenopause dapat disebabkan oleh hot flashes, sleep apnea, depresi, dan stres.
Ada beberapa langkah yang dapat kalian ambil untuk mendapatkan tidur yang lebih baik.
Cara-cara ini dapat dilakukan dengan melakukan pengobatan, terapi tidur, dan melakukan olahraga atau aktivitas fisik.
5. Mengalami Pusing
Banyak wanita menderita sakit kepala selama periode menstruasi mereka karena hormon yang berfluktuasi. Dan dengan naik turunnya perimenopause, sakit kepala ini bisa bertambah parah.
Perimenopause sering berarti perubahan besar dalam kadar hormon, jadi dengan demikian, penderita sakit kepala yang berada dalam masa perimenopause mungkin mengalami perubahan dalam jumlah dan tingkat keparahan sakit kepala mereka.
Kabar baiknya bagi beberapa orang, setelah perimenopause berakhir dan menopause dimulai, serangan sakit kepala cenderung menurun bagi banyak orang.
Dalam satu tinjauan studi, para peneliti menemukan bahwa sebanyak 50 sampai 60 persen orang mengalami perbaikan gejala sakit kepala setelah menopause alami.
Â
Advertisement