Liputan6.com, Jakarta - Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan eating disorder yang merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan obsesi hingga kebencian terhadap makanan? Namun, apakah Anda pernah mendengar tentang Night Eating Syndrome (NES)?
Kondisi ini mungkin memang mirip seperti eating disorder, akan tetapi NES merupakan gangguan makan yang jauh lebih spesifik lagi.
Baca Juga
Menurut informasi dari Verywellmind yang dlansir pada Kamis (13/7/2023), Night Eating Syndrome adalah sebuah gangguan makan di mana pengidapnya mengonsumsi sebagian besar makanan di malam hari. Bahkan tidak jarang, mereka akan terbangun dari tidur hanya untuk makan.
Advertisement
Orang dengan kondisi ini menganggap bahwa makan sebelum tidur atau saat terbangun bisa meningkatkan kualitas tidur atau membantu mereka tertidur kembali. Sayangnya, jika seseorang sudah mengalami kondisi ini, mereka seringkali memiliki nafsu makan yang rendah di pagi hari dan sering melewatkan sarapan.
NES pertama kali dijelaskan pada tahun 1955 oleh psikiater Albert Stunkard, yang melihatnya sebagai variasi perilaku obesitas. Akibatnya, paling sering dipelajari dalam konteks penelitian tentang orang-orang yang mengalami obesitas. Dibandingkan dengan gangguan makan lainnya, penelitian tentang hal ini masih begitu sedikit.
Diperkirakan 1,5% dari populasi umum memiliki NES. Ini lebih sering terjadi pada populasi tertentu, dengan tingkat prevalensi 6% sampai 14% di antara mereka yang kehilangan berat badan dan 9% sampai 42% di antara kandidat untuk melakukan operasi bariatrik.
Berbagai Gejala Night Eating Syndrome
Orang yang memiliki sindrom ini atau Anda tinggal dengan seseorang yang memiliki kondisi tersebut, mungkin akan menemukan beberapa petunjuk di rumah. Sebagai contohnya, saat bangun akan menemukan dapur nampak berantakan dan makanan ada yang hilang. Kondisi ini menunjukkan bahwa ada seseorang yang telah bangun dan makan di tengah malam.
Gejala dari Night Eating Syndrome meliputi:
- Sering makan di malam hari, termasuk sengaja bangun dari tidur untuk makan.
- Mengonsumsi makanan yang berlebihan setelah makan malam.
- Mengalami depresi, stres, atau gangguan signifikan lain yang berhubungan dengan makanan.
- Kesadaran dan ingatan tentang makan malam.
- Dalam banyak kasus, orang dengan kondisi tersebut bisa mengonsumsi setidaknya 25% dari makanan mereka setelah makan malam.
Jika mengalami hal ini, biasanya mereka akan makan berlebihan, yaitu makan makanan dalam jumlah besar dalam jumlah singkat dan merasa tidak terkendali sama sekali.
Advertisement
Penyebab Night Eating Syndrome
Penyebab pasti NES tidak diketahui secara pasti. Kondisi ini pun bisa berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Namun, ada faktor yang memengaruhi hal tersebut, di antaranya:
-
Gangguan ritme sirkadian
Jika mengalami NES, bisa saja dikarenakan adanya gangguan pada ritme sirkadian mereka, di mana sebuah proses yang mengatur pola tidur dan pola makan sehari-hari. Padahal, konsumsi makanan cenderung berhubungan erat dengan jam-jam pertama saat tubuh terjaga.
Seperti misalnya makanan umumnya dikonsumsi antara pagi dan sore hari. Individu dengan NES mempertahankan siklus tidur yang normal tapi pola asupan makanan yang tertunda.
-
Diet di siang hari
NES rupanya dipengaruhi juga dari pola diet yang dijalani. Ketika seseorang mengurangi asupan makanannya di siang hari dan tubuh dalam keadaan kekurangan aktivitas fisik, dorongan untuk makan di kemudian hari, khususnya di waktu malam adalah respons normal terhadap adanya pembatasan tersebut.
-
Penyebab lain yang tidak diketahui pasti
Ketidakseimbangan hormon yang mengganggu pola makan juga dapat menyebabkan NES. Hal ini juga berhubungan sebagai respons terhadap pola bergadang dan makan larut malam, seperti yang umum terjadi di kalangan mahasiswa. Maka, begitu seseorang terbiasa dengan kebiasaan ini, akan sulit untuk menghentikannya.
Penanganan yang Bisa Dilakukan
Sama seperti gangguan kesehatan mental lainnya, seseorang yang mengalami Night Eating Syndrome perlu dilakukan beberapa penanganan, seperti terapi, obat-obatan, dan lainnya. Penanganan yang bisa dicoba seperti:
-
Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Cognitive Behavioral Therapy atau terapi perilaku kognitif (CBT) adalah salah satu perawatan paling sukses untuk gangguan makan. Sebab, CBT menargetkan pola pikir mendasar yang berkontribusi pada kondisi tersebut.
Saat perawatan NES bisa menambahkan fokus khusus pada mengubah pola makan ke awal hari agar lebih selaras dengan siklus tidur dan bangun. Sarapan dilaksanakan dalam rangka mengatur ulang pola makan.
-
Phototherapy (Terapi cahaya)
Perawatan lain untuk NES bisa dilakukan fototerapi atau terapi cahaya yang diyakini memengaruhi melatonin, hormon yang membantu mengatur ritme sirkadian. Perawatan ini menargetkan gangguan ritme sirkadian dengan mencoba mengatur ulang jam tubuh menggunakan cahaya.
-
Pengobatan
Pengobatan psikiatri telah menjadi pengobatan yang paling banyak diteliti untuk NES. Ada sedikit bukti yang mendukung penggunaan pengobatan psikiatri untuk pengobatan gangguan makan secara keseluruhan.
Advertisement