Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini, media sosial dihebohkan dengan aksi perundungan atau bully yang dilakukan oleh sekelompok laki-laki terhadap dua wanita yang sedang berada di lingkungan kampus. Peristiwa tersebut menimbulkan banyak komentar dari warganet perihal aksi tidak bermoral yang dilakukan oleh mahasiswa laki-laki tersebut.
Perundungan atau bullying adalah tindakan menyakiti orang lain secara berulang-ulang dengan maksud untuk mengendalikan, mengancam, atau merusak. Hal ini bisa datang dalam segala bentuk, termasuk secara verbal, serangan sosial, ejekan, dan dapat terjadi secara langsung maupun melalui media sosial.
Baca Juga
Bully yang terjadi dalam waktu yang singkat ataupun terus-menerus, dapat menimbulkan konsekuensi yang menyakitkan dan bertahan lama yang bermanifestasi dalam kerusakan kesehatan mental ataupun fisik. Sayangnya, intimidasi cukup umum terjadi di Indonesia, mulai dari lingkungan sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mulai dari lingkungan keluarga maupun di tempat kerja yang dilakukan oleh rekan kerja, atasan, ataupun komunitas lainnya.
Advertisement
Menurut Pacer National Bullying Prevention Center, sekitar 20% siswa melaporkan pernah mengalami perundungan dengan berbagai alasan, seperti dijadikan sasaran rumor, perundungan fisik, dan diasingkan atau tidak diikutsertakan dalam suatu kegiatan. Menurut Workplace Bullying Institute, terdapat 30% pekerja pernah mengalami penindasan secara langsung di kantor dan 43.2% dari mereka menghadapi penindasan ketika bekerja dari jarak jauh. Lantas, mengapa seseorang melakukan perundungan atau bullying? Berikut ulasannya, seperti yang dilansir dari halaman Verywell Mind pada Jumat (27/10/23).
1. Mengalami Trauma Emosional
Meskipun trauma pribadi tidak memberikan alasan kepada siapa pun untuk menyakiti orang lain, terkadang trauma dapat memberi kamu wawasan tentang cara kerja orang tersebut. Seringkali, orang-orang yang dengan sengaja mengintimidasi orang lain merasa tersakiti karena pengalaman hidup mereka yang sulit atau mereka tidak memiliki keterampilan mengatasi rasa sakit mereka dengan cara yang sehat sehingga mereka mengungkapkan rasa sakit hati mereka kepada orang lain.
2. Merasa Tidak Aman
Komunitas yang memiliki tingkatan status sosial yang rendah, bisa saja memiliki kecenderungan penindasan untuk mengejek orang lain demi keuntungan sosial. Mereka pada akhirnya merasa tidak aman dan menindas orang lain sebagai cara untuk menyesuaikan diri atau membuat diri mereka merasa superior.
Keinginan untuk mendapatkan status sosial seringkali menjadi tempat berkembangnya perundungan atau bully. Hal serupa juga terjadi di tempat kerja. Kecemburuan dan keinginan untuk mencapai 'puncak' dapat berujung pada sikap meremehkan orang lain, terutama bila kamu berada di lingkungan kerja yang kompetitif.
Â
Advertisement
3. Pernah Ditindas
Terkadang, orang melakukan intimidasi karena mereka sendiri pernah menjadi korban. Di satu sisi, mereka mungkin merasa bahwa menindas orang lain dapat melindungi mereka dari pengalaman mereka yang pernah dirindas sebelumnya.
Menurut Michelle Felder, LCSW., beberapa orang mencoba untuk mendahului penindasan yang mereka perkirakan akan mereka alami dan akan menindas orang lain dalam upaya melindungi diri mereka sendiri dengan menyerang terlebih dahulu. Ini adalah mekanisme pertahanan yang tidak sehat, tetapi merupakan pengalaman umum yang seringkali menjadi akar keputusan seseorang untuk melakukan intimidasi.
4. Bully adalah Perilaku yang DipelajariÂ
Intimidasi juga merupakan perilaku yang dipelajari. Misalnya, apabila seorang anak menyaksikan orang dewasa menindas orang lain atau menjadi subjek intimidasi dari orang tuanya sendiri, mereka mungkin akan mengulangi perilaku tersebut. Di kalangan orang dewasa, penindasan dapat menjadi toxic dari suatu budaya di komunitas tertentu sehingga hal ini diterima sebagai sebuah norma.
Â
5. Memiliki Keterampilan Sosial yang Buruk
Mungkin, seseorang yang memilih untuk melakukan intimidasi memiliki keterampilan sosial yang terbatas atau sulit bergaul dengan orang lain secara umum. Pada dasarnya, mereka kurang memiliki keterampilan untuk mengelola dan merespons situasi sosial yang tidak nyaman dengan cara yang sehat.Â
6. Kurang Memiliki Empati
Segelintir orang yang melakukan bullying ini memang kurang peduli sehingga mereka tidak kesulitan untuk menyalahkan, mengintimidasi, atau memanfaatkan orang lain. Dalam hal ini, mereka tidak memiliki kemampuan untuk memahami pengalaman orang lain dan memahami bagaimana perilaku buruk mereka berdampak negatif terhadap orang lain.
Advertisement