Tiktoker Penyandang Disabilitas di Thailand Bank Leicester Meninggal Dunia Usai Dicekoki Miras

Dalam video viral terlihat Bank dipaksa menenggak 350ml whiskey sebelum meninggal dunia pada 26 Desember 2024.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 30 Des 2024, 12:25 WIB
Diterbitkan 30 Des 2024, 12:25 WIB
Tiktoker Penyandang Disabilitas di Thailand Bank Leicester Meninggal Dunia Usai Dicekoki Miras
Tiktoker Penyandang Disabilitas di Thailand Bank Leicester Meninggal Dunia Usai Dicekoki Miras. Foto: Tiktok @bank_lester.

Liputan6.com, Jakarta - Tiktoker dari Thailand yang diketahui menyandang disabilitas mental, Bank Leicester alias Bank Lester, meninggal dunia usai dicekoki minuman keras (miras) jenis whiskey oleh rekan-rekannya.

Dalam video viral terlihat Bank dipaksa menenggak 350ml whiskey. Ini merupakan tantangan dari teman-temannya, jika ia bisa menghabiskan miras itu maka akan dihadiahi 30.000 baht atau sekitar Rp14 juta.

Pria usia 27 itu dipaksa terus minum meski dirinya sudah sempoyongan. Ia pun sempat menolak seruan teman-temannya untuk terus minum, tapi orang-orang itu terus memaksanya.

Pemilik nama asli Thanakarn Kanthee pun dilarikan ke Rumah Sakit Song Phi Nong di distrik Tha Mai setelah kehilangan kesadaran pada 25 Desember 2024 dan dinyatakan meninggal pukul 3.40 dini hari (26/12).

Melansir Thai PBS World, Bank adalah pria yang lahir dari keluarga miskin dan tinggal bersama neneknya. Untuk menghidupi sang nenek, Bank menjual karangan bunga di sebuah pasar di distrik Muang, Chanthaburi.

Ia menjadi terkenal setelah video dirinya yang sedang nge-rap untuk menarik pelanggan diunggah di media sosial dan menjadi viral.

Bank Leicester dilaporkan sebagai orang dengan kebutuhan khusus dan sering diganggu. Ia ditantang untuk melakukan kegiatan yang tidak biasa, seperti memakan wasabi Jepang, menari telanjang, atau memakan makanan kotor, dengan imbalan uang,” mengutip Thai PBS World, Senin (30/12/2024).

Kerap Dirundung dan Dijadikan Konten

Pencekokan minuman keras bukan perundungan pertama yang diterima Bank. Menelusuri jejak digitalnya di Tiktok, Bank kerap menjadi sasaran bully teman-temannya.

Tak tanggung-tanggung, Bank sempat disuruh menelan lubrikan untuk mendapat imbalan uang. Tak henti di situ, ia juga rela dimuntahi oleh temannya agar mendapat imbalan.

Tak jarang, ia mendapat kekerasan fisik berupa pukulan di kepala. Bahkan, pembully itu memecahkan telur di dahinya sementara orang lainnya memegangi kepalanya.

Para pembully terlihat tertawa puas, sementara, Bank tak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang sedih, jijik, kesal, tapi tak dapat berbuat apa-apa.

Perundungan Penyandang Disabilitas Tak Hanya Terjadi di Thailand

Kasus bullying atau perundungan terhadap penyandang disabilitas memang kerap terjadi. Tak hanya di Thailand, tapi juga di Indonesia.

Misalnya perundungan pada remaja disabilitas di Cirebon, Jawa Barat yang viral pada 2022. Kasus ini mencuat setelah video perundungan menyebar di media sosial. Dalam video itu, sekelompok remaja berseragam SMA tanpa ampun melakukan kekerasan fisik pada korban.

Mereka menekan-nekan punggung korban dengan sepatu, lalu menginjak-injak pundak korban.

Aksi perundungan itu kemudian menuai perhatian khusus dari ketua Komisi Nasional Disabilitas Republik Indonesia (KND-RI) Dante Rigmalia.

Menurutnya, aksi perundungan tersebut tidak mencerminkan rasa kemanusiaan dan tidak mencerminkan citra pelajar yang harusnya terdidik.

Terlebih, hal tersebut dilakukan oleh sekelompok siswa berseragam SMA yang bersekongkol melakukan perundungan kemudian ditonton dan bahkan divideokan.

“Atas nama KND-RI, kami sangat menyesalkan kejadian ini dan mengutuk keras kasus perundungan yang menimpa penyandang disabilitas di Cirebon," kata Dante dalam keterangan pers yang dibagikan kepada Disabilitas Liputan6.com Minggu (25/9/2022).

Kepedulian pada Difabel Harus Ditanamkan Sejak Dini

Sebagai komisioner Komnas Disabilitas yang memiliki pengalaman sebagai praktisi pendidikan, Dante melihat kasus tersebut harus dijadikan bahan diskusi publik.

Diskusi mengenai hal ini dapat dilakukan khususnya di ranah institusi pendidikan mulai dari pendidikan usia dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/ Kejuruan (SMA/ SMK) hingga jenjang Perguruan Tinggi.

“Kepedulian terhadap disabilitas (disability awareness) harus ditanamkan sejak dini dimulai dari lingkungan keluarga lalu di lingkungan sekolah,” kata Dante.

INFOGRAFIS- Mengenal peran dalam lingkaran bullying. (Kusfitria Marstyasih)
INFOGRAFIS- Mengenal peran dalam lingkaran bullying. (Kusfitria Marstyasih)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya