Deretan Spesies Binatang Ini Memiliki Kumis, Apa Fungsinya?

Jelajahi keajaiban vibrissae, yang umumnya dikenal sebagai kumis, pada berbagai mamalia. Selain hewan peliharaan, rambut khusus ini membantu navigasi, merasakan getaran, dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Dari daerah wajah hingga mata dan hidung, penempatannya yang unik menunjukkan adaptasi spesifik spesies.

oleh Haneeza Afra Nur Zhafirah diperbarui 12 Jan 2024, 00:29 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2024, 00:11 WIB
Ilustrasi Singa.
Ilustrasi Singa. (Robertgreene674/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Mengenai fenomena kumis, kita sering kali mengasosiasikannya dengan hewan peliharaan seperti kucing atau anjing. Namun, sebenarnya, beragam mamalia memiliki ciri unik ini. Sebagian besar mamalia yang hidup di darat dan memiliki adaptasi khusus dalam bentuk bulu kaku ini, yang biasanya tumbuh di sekitar wajah. Dikenal sebagai vibrissae, kumis memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari hewan-hewan ini. Dipandang sebagai salah satu fitur adaptasi yang menakjubkan, kumis memberikan kontribusi signifikan terhadap kemampuan hewan untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Mengapa kumis begitu istimewa? Pertama-tama, kumis bukanlah sekadar bulu dekoratif. Mereka adalah rambut khusus yang menonjol karena akar yang tertanam dalam folikel kulit hewan. Struktur inilah yang menjadikan kumis sangat sensitif terhadap sentuhan dan perubahan lingkungan sekitarnya.

Penuh dengan saraf dan pembuluh darah, kumis memberikan hewan kemampuan untuk merasakan getaran, membedakan tekstur, dan bahkan merasakan perubahan tekanan udara. Inilah yang membuat kumis menjadi alat navigasi yang luar biasa untuk berbagai jenis mamalia.

Selain tumbuh di sekitar moncong, kumis juga dapat ditemui di area lain pada tubuh hewan, seperti sekitar mata atau bahkan di dalam lubang hidung. Variasi penempatan ini mencerminkan adaptasi unik spesies tertentu terhadap lingkungannya. Tak hanya itu, panjang kumis juga bervariasi antar spesies, menciptakan ragam bentuk dan fungsi yang menarik untuk dijelajahi. Dalam eksplorasi ini, kita akan melihat lebih dalam peran dan keajaiban adaptasi ini di dunia mamalia.

1. Untuk Apa Hewan Memiliki Kumis?

Penyebab Mata Kucing Berair
Ilustrasi Kucing. (Merryman/pexels.com)

Kumis membuktikan dirinya sebagai fitur adaptasi luar biasa pada berbagai spesies mamalia. Perannya sebagai perasa membantu hewan untuk mengidentifikasi dan merasakan lingkungan sekitarnya. Dengan menangkap dan mengirimkan informasi vibrotactile ke otak, kumis memungkinkan hewan untuk mendeteksi getaran yang vital. Posisi kumis di bagian depan wajah, terutama di sekitar moncong, bukan hanya berfungsi sebagai alat navigasi yang efektif, tetapi juga menjaga kepala dan bagian tubuh kritis lainnya tetap aman. Kemampuan ini menjadi krusial untuk berbagai spesies dalam aktivitas sehari-hari, termasuk melacak mangsa dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang beragam, bahkan dalam kegelapan.

Konsep kumis tidak hanya berlaku pada mamalia, tetapi juga ditemukan pada sejumlah spesies lainnya di dunia hewan. Para ilmuwan percaya bahwa kumis mungkin merupakan ciri yang dimiliki oleh nenek moyang mamalia purba, dan evolusi telah membentuk variasi penempatan dan struktur kumis sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan spesies. Saat ini, sebagian besar mamalia mempertahankan kumis mereka, tetapi manusia menjadi salah satu pengecualian, tidak memiliki kumis seperti sebagian besar anggota kelompok mamalia.

Menariknya, bukan hanya mamalia yang memiliki kumis. Beberapa spesies burung dan ikan juga dilengkapi dengan pelengkap serupa yang membantu mereka memahami lingkungan sekitarnya. Fakta ini menunjukkan bahwa evolusi telah menciptakan solusi yang beragam untuk membantu berbagai makhluk hidup beradaptasi dan bertahan dalam ekosistem mereka.

2. Karnivora

Kasus Serangan Beruang di Jepang Tembus Rekor di 2023, Ahli Sebut Efek Perubahan Iklim
Ilustrasi beruang cokelat. (Becca/Unsplash.com)

Ordo mamalia Karnivora, yang mencakup berbagai hewan seperti kucing, anjing, beruang, dan banyak lagi, semuanya memiliki kumis sebagai fitur yang khas. Kumis ini tidak hanya tumbuh di wajah tetapi juga sering ditemukan di kaki, dikenal sebagai kumis karpal. Fungsi kumis ini tak hanya sekadar aksesori; mereka memainkan peran kunci dalam membantu hewan menjelajahi lingkungan, terutama di kondisi cahaya yang minim atau di lingkungan gelap. Banyak karnivora mengandalkan kumisnya untuk membantu dalam kegiatan berburu, memberikan mereka keunggulan untuk melacak dan mendeteksi mangsa di sekitar mereka.

Anjing laut, sebagai contoh, menunjukkan penggunaan kumis yang sangat sensitif dalam mencari mangsanya di dalam air. Dalam perairan dalam yang minim cahaya, kumis yang tumbuh di sekitar moncongnya menjadi alat penting untuk melacak pergerakan mangsa. Rakun, dengan kumis di jari kaki depannya, memiliki keunggulan dalam mengidentifikasi objek sebelum menyentuhnya dengan kulit. Meskipun sering kali dianggap sebagai aksesori pelengkap, kumis karpal pada kaki memberikan kontribusi penting pada kemampuan hewan Karnivora dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Fenomena menarik terjadi pada kumis kucing yang sangat sensitif. Kucing sering mengalami kelelahan kumis jika terlalu sering atau terlalu lama terstimulasi. Kepekaan tinggi pada kumis membuat kucing dapat merasakan objek di sekitarnya, dan kelelahan kumis bisa terjadi, misalnya, ketika wadah air atau makanannya terlalu sempit. Ini menunjukkan betapa pentingnya kumis bagi kucing dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan betapa sensitifnya alat perasa ini terhadap perubahan lingkungan sekitarnya.

3. Hewan Pengerat

Ilustrasi tupai
Ilustrasi tupai. (Jonnelle Yankovich/Unsplash)

Indera sentuhan kumis membuktikan keberhasilan adaptasi luar biasa pada hewan pengerat. Tikus dan tikus, sebagai contoh, menggunakan kumis mereka dengan sangat efektif untuk mencari makanan dan memahami lingkungan sekitar. Kemampuan mereka memindahkan kumis maju mundur memungkinkan mereka mengeksplorasi dunia di sekitar mereka dengan lebih efisien. Khususnya, tikus mampu menggerakkan kumisnya secara independen di sisi kiri dan kanan moncongnya, memberikan mereka kemampuan navigasi yang luar biasa.

Tupai, dengan empat set kumis yang strategis ditempatkan di sekitar mata, hidung, dagu, dan tenggorokan, memperoleh keunggulan tambahan dalam memetakan dunia mereka. Indera sentuhan ini membantu mereka menjaga keseimbangan dan merespons perubahan dalam lingkungan sekitarnya. Sistem ini memungkinkan tupai untuk memperoleh informasi yang lebih kaya dan mendetail tentang objek di sekitarnya, memberikan mereka keunggulan dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka.

Pada chinchilla, keberadaan kumis menjadi sangat khas dan menarik. Dengan kumis yang sangat panjang, bahkan setidaknya sepertiga dari total panjang tubuhnya, chinchilla memiliki kemampuan sentuhan yang luar biasa. Meskipun panjang kumis ini mungkin berdampak pada penglihatannya yang buruk, chinchilla mampu mengkompensasi dengan indera sentuhan yang sangat berkembang. Ini menunjukkan bahwa evolusi memunculkan berbagai strategi adaptasi, dan kumis menjadi alat yang sangat penting bagi hewan pengerat dalam menjalani kehidupan mereka.

4. Kelelawar

Ilustrasi Kelelawar
Ilustrasi kelelawar. (Nilsbouillard/Unsplash.com)

Kelelawar, yang dikenal sebagai ahli ekolokasi, ternyata memiliki alat tambahan yang membantu mereka dalam berbagai aktivitas udara mereka. Selain ekolokasi, para ilmuwan telah menemukan peran penting yang dimainkan oleh kumis kelelawar. Kumis membantu kelelawar dalam navigasi yang lincah selama penerbangan mereka. Dengan merasakan perubahan udara yang disebabkan oleh objek di sekitarnya, kumis memungkinkan kelelawar untuk menyesuaikan posisi dan arah mereka secara cepat. Ini memberikan kelelawar keunggulan tambahan, terutama ketika berburu mangsa atau memindai lingkungan sekitar.

Kelelawar pemakan nektar menunjukkan penggunaan kumis yang sangat unik. Selain membantu dalam navigasi, kumis ini digunakan untuk mengevaluasi bunga secara spasial. Ketika mencari nektar, kelelawar dapat menggunakan kumisnya untuk menilai kedalaman dan posisi bunga. Hal ini memungkinkan mereka meminum nektar dengan cepat dan efisien sambil melayang di udara. Kelelawar pemakan nektar menggambarkan kecerdasan luar biasa dalam memanfaatkan fitur tubuhnya untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Pemahaman lebih lanjut tentang peran kumis pada kelelawar tidak hanya memberikan wawasan tentang kehidupan kelelawar itu sendiri tetapi juga memberikan inspirasi untuk pengembangan teknologi dan desain baru yang terinspirasi oleh alam. Kelelawar mengajarkan kita tentang kemampuan adaptasi dan kehebatan evolusi dalam menciptakan solusi yang efektif dalam menjalani kehidupan di alam liar.

5. Cetacea

Cerdas dan Sociable,6 Bukti Lumba-Lumba Miliki Kecerdasan yang Mirip dengan Manusia
Ilustrasi lumba-lumba. (Hamid Elbaz/Pexels.com)

Meskipun seringkali dianggap sebagai hewan laut yang mulus dan bebas bulu, lumba-lumba dan sebagian besar cetacea memiliki kumis yang unik. Cetacea, yang mencakup lumba-lumba dan paus bergigi, lahir dengan kumis yang biasanya rontok seiring pertumbuhan mereka menuju kedewasaan. Namun, ada pengecualian menarik dalam kelompok ini, yaitu lumba-lumba sungai Amazon. Berbeda dengan rekan-rekannya di lautan, lumba-lumba sungai Amazon mempertahankan kumis berbulu yang tumbuh di ujung moncongnya. Kumis ini menjadi ciri khas yang membedakan mereka dan mungkin memiliki peran yang unik dalam membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan air tawar yang berbeda.

Paus bungkuk dan paus balin juga menampilkan keunikan dalam penggunaan kumis. Rambut sensitif tumbuh dari benjolan khusus di kepala mereka, memberikan kontribusi besar dalam membantu mereka merasakan lingkungan di bawah air. Sebagai hewan yang hidup di laut dan bergantung pada persepsi sensorik yang kuat, kumis pada cetacea menjadi bagian penting dalam menjalani kehidupan mereka. Kemampuan untuk merasakan getaran, perubahan suhu, dan tekanan air membantu cetacea memahami dan menavigasi lingkungan yang sering kali sangat dinamis dan kompleks.

Fenomena ini memberikan kita wawasan lebih dalam tentang keberagaman adaptasi di dunia laut, terutama pada hewan-hewan cetacea. Meskipun tampak sederhana, kumis pada lumba-lumba dan paus memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan dan kecerdasan mereka dalam menjalani kehidupan laut yang penuh tantangan.

6. Hewan Berkuku

Ilustrasi hewan ternak sapi (Istimewa)
Ilustrasi hewan ternak sapi. (Istimewa)

Banyak mamalia darat yang mendominasi bumi termasuk dalam kategori hewan berkuku, atau hewan berkuku. Dari kuda hingga badak, sapi hingga rusa, jerapah hingga kambing, dan masih banyak lagi, mereka semua memiliki satu kesamaan, yaitu kumis. Sebagai fitur umum pada mamalia, kumis memberikan kontribusi besar pada kemampuan hewan berkuku untuk mencari makan dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Meskipun fungsinya serupa, terdapat variasi dalam jumlah kumis dan tingkat kendali otot yang dimiliki oleh hewan-hewan ini. Sebagai contoh, rusa dan kuda memiliki kumis yang lebih sedikit dan tidak memiliki kendali otot yang signifikan terhadapnya, menyoroti diversitas dalam peran kumis di antara hewan berkuku.

Fungsi utama kumis pada hewan berkuku adalah membantu dalam kegiatan sehari-hari, seperti mencari makan dan navigasi. Dengan kepekaan tinggi terhadap sentuhan dan perubahan lingkungan sekitar, kumis memberikan informasi berharga kepada hewan berkuku. Ini membantu mereka memahami kondisi lingkungan, mendeteksi mangsa, dan merespons dengan cepat terhadap perubahan di sekitarnya. Melalui evolusi, hewan berkuku telah mengembangkan variasi kumis yang memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan dan kebutuhan spesifik mereka.

Meskipun beberapa hewan berkuku memiliki kumis yang lebih sedikit dan tidak memiliki kendali otot yang kompleks, peran kumis tetap krusial dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan kemampuan untuk merasakan getaran, tekstur, dan perubahan tekanan, kumis menjadi alat yang sangat berharga bagi hewan berkuku, membantu mereka menjalani kehidupan mereka dengan sukses dalam berbagai habitat dan kondisi lingkungan.

7. Gajah

Ilustrasi gajah
Ilustrasi gajah. (Unsplash)

Gajah, mamalia raksasa yang memukau, memiliki ciri unik berupa kumis yang melintasi sepanjang belalainya. Secara khusus, kumis pada gajah terfokus di sekitar ujung belalai, memberikan sentuhan yang sangat sensitif pada batangnya. Rambut-rambut ini, yang lebih besar dan tersusun dengan pola yang berbeda dibandingkan dengan spesies lain, menjadikan kumis gajah sangat khas. Selain berfungsi sebagai fitur dekoratif, kumis ini memiliki peran penting dalam membantu gajah berinteraksi dengan lingkungannya.

Evolusi belalai gajah diyakini turut memengaruhi perkembangan kumis mereka. Para ilmuwan berpendapat bahwa seiring belalai gajah menjadi organ sentuhan yang semakin khusus, kumisnya pun ikut berevolusi untuk mendukung fungsi ini. Kumis yang terletak di sekitar ujung belalai gajah mungkin berperan sebagai alat bantu yang memperkuat kemampuan gajah dalam merasakan dan merespons terhadap objek atau permukaan yang dijulurkan oleh belalainya. Sebagai organ sentuhan yang luar biasa, belalai dan kumis gajah menjadi contoh menarik dari adaptasi evolusioner yang memungkinkan hewan ini beradaptasi dengan lingkungan dan kebutuhan hidup mereka.

8. Marsupial

Ilustrasi koala, hewan
Ilustrasi koala. (Ellicia/Unsplash)

Marsupial, kelompok mamalia yang unik dengan ciri khas kantong di perutnya, juga menampilkan kehadiran kumis. Kanguru, koala, wombat, opossum, dan anggota kelompok lainnya semuanya dilengkapi dengan kumis yang memberikan tambahan kecerdasan pada setiap individu. Keunikan terletak pada fakta bahwa bayi kanguru, yang dikenal sebagai joey, dilahirkan dengan kumis. Keberadaan kumis ini pada bayi kanguru bukanlah sekadar elemen dekoratif, melainkan instrumen penting yang membantu mereka dalam mencari jalan keluar dari kantong induknya.

Bagi marsupial, kumis memiliki peran yang signifikan dalam membantu proses adaptasi dan kelangsungan hidup mereka. Bayi kanguru, ketika masih berada di tahap sangat muda dan belum sepenuhnya berkembang, membutuhkan bantuan kumis untuk membimbing mereka menuju keluar dari kantong induk. Kemampuan inilah yang memastikan bahwa mereka dapat menjalani fase awal hidup mereka dengan sukses. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan, kumis pada marsupial tetap berperan dalam memberikan informasi penting terkait dengan lingkungan sekitarnya.

Pentingnya kumis pada marsupial menjadi bukti adaptasi luar biasa di dunia alam. Meskipun kelompok ini memiliki ciri khusus kantong, kehadiran kumis menunjukkan variasi dalam cara mereka berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Dengan bantuan kumis, marsupial membuktikan kemampuan mereka untuk beradaptasi dan mengatasi tantangan hidup, membawa elemen menarik dalam pemahaman kita tentang diversitas dan keunikan dalam dunia satwa liar.

9. Primata

Potret Gorila (Sumber: Pixabay)
Ilustrasi gorila. (Foto: Pixabay)

Meskipun mungkin kita terkesan dengan berbagai jenis janggut yang dimiliki oleh tetangga kita, manusia merupakan satu-satunya spesies primata yang tidak dilengkapi dengan kumis. Seiring dengan evolusi, Homo sapiens kehilangan fitur ini yang pernah dimiliki oleh nenek moyang mamalia kita. Meskipun kumis telah menghilang, ada sisa-sisa otot kumis di sekitar bibir atas manusia, yang mencerminkan warisan evolusioner kita. Uniknya, manusia dan monotremata (echidna dan platipus) menjadi dua kelompok mamalia yang tidak memiliki kumis.

Di dunia primata, kumis menjadi ciri khas yang diwarisi dari nenek moyang bersama. Dari gorila gunung yang besar hingga lemur tikus yang kecil, semua primata memiliki kumis. Fungsi kumis pada primata sangat bervariasi, termasuk dalam pencarian makanan, navigasi, dan interaksi sosial.

Adapun perbedaan antara primata diurnal dan nokturnal, yang tercermin dalam jumlah dan kontrol otot kumis, menambah dimensi lain dalam pemahaman kita tentang adaptasi evolusioner di kalangan primata. Primata nokturnal, yang membutuhkan bantuan lebih besar dalam menavigasi lingkungan yang gelap, cenderung memiliki lebih banyak kumis dan kontrol otot intrinsik untuk membantu mereka dalam menjalani kehidupan malam mereka.

10. Burung

Ilustrasi burung merpati
Ilustrasi burung merpati. (Syed Ahmad/Unsplash)

Banyak jenis burung memiliki fitur menarik yang dikenal sebagai bulu rictal, sejenis vibrissae yang sebenarnya mirip rambut. Sekitar sepertiga dari total spesies burung diketahui memiliki bulu rictal. Meskipun belum sepenuhnya dipahami, para ilmuwan berpendapat bahwa struktur bulu rictal ini berperan dalam membantu burung dalam aktivitas bernavigasi dan mencari makan. Meskipun belum ada konsensus yang jelas tentang fungsinya, kehadiran bulu rictal menjadi karakteristik menarik dan misterius pada sejumlah spesies burung.

Berbagai jenis burung menunjukkan keberagaman dalam kepemilikan bulu rictal. Mulai dari burung hantu yang memanfaatkannya sebagai alat penangkap mangsa, hingga elang yang memerlukannya dalam kegiatan berburu, serta burung biru yang juga memiliki bulu rictal. Fitur ini memberikan tambahan dimensi pada kemampuan burung untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Bagaimana burung menggunakan bulu rictal ini dalam aktivitas sehari-hari mereka masih menjadi area penelitian yang terus berkembang.

Penting untuk diingat bahwa meskipun kita telah mengidentifikasi banyak spesies burung yang memiliki bulu rictal, banyak aspek mengenai fungsinya yang masih menjadi misteri. Penelitian lebih lanjut dan pemahaman mendalam mengenai struktur dan peran bulu rictal pada berbagai spesies burung akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang keajaiban adaptasi dan evolusi dalam dunia burung.

11. Ikan

ikan lele
Ilustrasi ikan lele. (Will Turner/Unsplash)

Beberapa ikan memiliki struktur khusus yang dikenal sebagai sungut, yang serupa dengan kumis pada mamalia. Fungsi utama sungut ini mirip dengan kumis, membantu ikan dalam merasakan dan mendeteksi lingkungan sekitarnya. Sungut ini memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi, meskipun strukturnya lebih berdaging dibandingkan dengan rambut pada umumnya. Ikan memanfaatkan sungut ini untuk berbagai tujuan, termasuk menyentuh dan mencicipi objek di sekitarnya, membantu mereka berinteraksi dengan dunia di bawah air.

Beberapa spesies ikan yang dikenal memiliki sungut antara lain ikan lele, sturgeon, ikan mas, dan sejumlah spesies lainnya. Keberadaan sungut ini memberikan keunggulan bagi ikan dalam menjalani kehidupan mereka di dalam air. Sebagai alat sensorik yang sangat efisien, sungut memungkinkan ikan untuk merespons perubahan lingkungan, mencari makan, dan berinteraksi dengan sesama ikan. Karakteristik ini menjadikan sungut sebagai adaptasi evolusioner yang berharga bagi ikan di dunia akuatik.

Meskipun berbeda struktur dengan kumis mamalia, sungut pada ikan memiliki peran serupa dalam meningkatkan kemampuan sensorik dan navigasi mereka. Dengan menggunakan sungut ini, ikan dapat memaksimalkan potensi adaptasi terhadap lingkungan yang dinamis di dalam perairan, memberikan bukti tentang keajaiban evolusi dalam dunia laut yang sangat beragam.

Apakah kucing memiliki kumis?

Rambut kumis pada kucing bukanlah sekadar rambut biasa, melainkan memiliki organ sensorik yang sangat penting bagi kucing.

 

Apakah kumis kucing yang sudah dipotong bisa tumbuh lagi?

Kumis dapat tumbuh kembali, tetapi memerlukan waktu setidaknya 2-3 bulan hingga mencapai ukuran normal.

 

Kenapa tidak boleh memotong kumis kucing?

Kumis kucing bertindak sebagai sistem GPS dan radar, serta merupakan bagian penting dari cara kucing merasakan dunia. Oleh karenanya, kumis kucing tidak boleh dipotong. Setiap kumis memiliki saraf kecil dan super sensitif yang membantu kucing menilai jarak serta ruang.

 

Apa fungsi dari kumis pada kucing?

Rambut khusus ini membantu penglihatan dan membantu kucing menavigasi lingkungannya, memberikan masukan sensorik tambahan, seperti antena pada serangga.

 

Berapa lama kumis kucing akan tumbuh lagi?

Paling tidak, butuh waktu 2-3 bulan sampai panjang kumis kucing kembali ke ukuran normal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya