Citizen6, Jakarta: Pada awalnya saya tidak pernah serius berkeinginan untuk menjadi guru. “Menjadi guru” adalah jawaban singkat saya untuk mereka yang bertanya tentang cita-cita saya. Kenapa saya menjawab demikian? Ya karena orang tua saya adalah guru. Sampai pada suatu hari semasa SMA, guru BK saya mengatakan bahwa pekerjaan yang paling cocok untuk perempuan adalah guru. Hanya itu yang saya dengarkan. Kalimat selanjutnya tidak terlalu terpikirkan oleh saya.
Dan Tuhan menakdirkan saya kuliah di jurusan pendidikan, yang tentunya kelak akan menjadi guru. Saya mulai belajar dan mulai mengerti maksud perkataan guru BK saya tadi. Terutama setelah saya menjalani praktek mengajar di sekolah. Padahal seharusnya saya menyadarinya sedari awal dengan melihat orang tua saya sendiri.
Mengapa menjadi guru adalah pekerjaan paling cocok untuk perempuan? Karena kelak perempuan pasti menjadi istri. Dengan menjadi guru, seorang perempuan masih bisa berkarir, tetapi tetap memiliki waktu yang cukup untuk mengurus keluarga. Guru pulang sekolah belum terlalu sore, sehingga masih memiliki waktu untuk istirahat. Kemudian memasak untuk makan malam keluarga. Malamnya masih bisa mendampingi anak belajar. Pagi masih sempat menyiapkan sarapan keluarga. Bahkan waktu liburnya pun kemungkinan hampir sama dengan waktu libur sang anak. Jadi bisa menemani anak liburan.
Bayangkan ketika perempuan, selain guru, bekerja sepanjang hari. Berangkat pagi pulang malam. Sebagian besar urusan anak di rumah dikerjakan oleh pembantu. Anak menjadi lebih dekat dengan “si bibi” daripada ibunya sendiri. Sungguh bukan kehidupan yang saya inginkan. Jadi, saya ingin menjadi guru. (kw)
Penulis:
Esty Dwi
Baca JUga:
[Pekerjaan Impian] Bekerja dan Bermain di `Rumah Gunung`
Dan Tuhan menakdirkan saya kuliah di jurusan pendidikan, yang tentunya kelak akan menjadi guru. Saya mulai belajar dan mulai mengerti maksud perkataan guru BK saya tadi. Terutama setelah saya menjalani praktek mengajar di sekolah. Padahal seharusnya saya menyadarinya sedari awal dengan melihat orang tua saya sendiri.
Mengapa menjadi guru adalah pekerjaan paling cocok untuk perempuan? Karena kelak perempuan pasti menjadi istri. Dengan menjadi guru, seorang perempuan masih bisa berkarir, tetapi tetap memiliki waktu yang cukup untuk mengurus keluarga. Guru pulang sekolah belum terlalu sore, sehingga masih memiliki waktu untuk istirahat. Kemudian memasak untuk makan malam keluarga. Malamnya masih bisa mendampingi anak belajar. Pagi masih sempat menyiapkan sarapan keluarga. Bahkan waktu liburnya pun kemungkinan hampir sama dengan waktu libur sang anak. Jadi bisa menemani anak liburan.
Bayangkan ketika perempuan, selain guru, bekerja sepanjang hari. Berangkat pagi pulang malam. Sebagian besar urusan anak di rumah dikerjakan oleh pembantu. Anak menjadi lebih dekat dengan “si bibi” daripada ibunya sendiri. Sungguh bukan kehidupan yang saya inginkan. Jadi, saya ingin menjadi guru. (kw)
Penulis:
Esty Dwi
Baca JUga:
[Pekerjaan Impian] Bekerja dan Bermain di `Rumah Gunung`
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Advertisement
Mulai Kamis, 20 Februari 2014 sampai dengan 6 Maret 2014, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan "Pekerjaan Impian". Ada merchandise eksklusif dari Liputan6.com bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.