Liputan6.com, Jakarta - Industri kripto sepanjang 2022 telah diguncang oleh berbagai kejadian, mulai dari pecahnya perang Rusia-Ukraina, pelemahan ekonomi global, hingga runtuhnya ekosistem Terra.
Menjelang akhir 2022, industri kripto kembali diguncang oleh masalah yang menimpa salah satu pertukaran kripto besar di dunia yaitu FTX. FTX mengalami guncangan dan krisis likuiditas yang disebabkan oleh perusahaan saudara mereka, yaitu Alameda Research.
Baca Juga
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan Kasus FTX memang berdampak besar bagi pasar kripto.
Advertisement
"Efek domino ke market akan sama seperti kasus sebelumnya yang dialami Celsius, Blockfi, Voyager ataupun Terra. Market akan terpukul keras. Investor akan sulit untuk kembali bergairah ke market kripto dan memilih untuk wait and see atau bahkan menarik dana mereka, karena faktor kepanikan,” ujar Afid kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (19/11/2022).
Afid menambahkan, ekosistem kripto kembali lagi sedang diuji. Namun, yang pasti belum tahu akhir dari kasus FTX ini.
Awal Mula Kasus FTX
Afid menuturkan, krisis neraca keuangan yang tengah dilanda Alameda Research membuat kekhawatiran investor. Diketahui neraca keuangannya banyak yang dicadangkan dalam bentuk token kripto, FTT Coin.
Melihat Binance menjual token FTT miliknya membuat kabar buruk di pasar. Pelaku pasar akhir menarik dananya dari FTX dan melepas token FTT.
"Reuters bahkan melaporkan FTX mengalami penarikan dana sebesar USD 6 miliar atau sekitar Rp 94,2 triliun dalam beberapa hari terakhir,” tutur Afid.
Rupanya, likuidasi secara besar-besaran ini membuat FTX mengalami kesulitan likuidasi dan masalah keuangan lainnya.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Kebangkrutan FTX
Dengan batalnya kesepakatan dengan Binance dan tidak ada investor baru, FTX diramal tak akan mampu untuk mengembalikan dana penggunanya yang terdapat di platform tersebut.
“Jadi, keruntuhan FTX ini murni karena kesulitan likuidasi karena terjadi penarikan atau withdrawal dana dari exchange. Diketahui banyak investor institusi di FTX,” pungkas Afid.
Kebangkrutan FTX
Pertukaran cryptocurrency Sam Bankman-Fried FTX telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di AS, menurut pernyataan perusahaan yang diposting di Twitter, pada Jumat (11/11/2022) waktu setempat.
Sekitar 130 perusahaan afiliasi tambahan adalah bagian dari proses, termasuk Alameda Research, perusahaan perdagangan kripto Bankman-Fried, dan FTX.us, anak perusahaan FTX di AS.
Bankman-Fried juga telah mengundurkan diri sebagai CEO dan telah digantikan oleh John J. Ray III, meskipun kepala yang keluar akan tetap membantu transisi.
Bankman-Fried juga mengindikasikan dia ingin menunjuk Stephen Neal sebagai ketua dewan direksi yang baru.
Advertisement
Bos Binance Kritik Perilaku Mantan CEO FTX Sam Bankman-Fried
Sebelumnya, Kepala eksekutif pertukaran cryptocurrency, Binance, Changpeng Zhao (CZ) mengkritik mantan CEO pertukaran FTX, Sam Bankman-Fried akibat perilakunya.
Tampil di KTT Timur Tengah dan Afrika Institut Milken pada Kamis, 17 November 2022, Zhao, diminta untuk menanggapi tweet oleh Sam Bankman-Fried di mana dia merujuk pada "mitra tanding", yang sebagian besar diyakini adalah CZ.
"Ketika dia men-tweet tentang sparring partner dan semua ini terjadi, dia kehilangan fokus. Saya tidak tahu masalah ini ada di FTX sebelumnya, kalau tidak kami akan menjual token FTT itu sejak lama,” kata Zhao, dikutip dari CNBC, Jumat (18/11/2022).
Zhao menambahkan, seharusnya Bankman-Fried tidak perlu menulis cuitan tersebut, dia seharusnya mengerjakan hal-hal lain. Zhao juga menambahkan detail tentang keputusan Binance pada 9 November untuk mundur dari kesepakatan untuk menyelamatkan FTX saingannya.
“Untuk lebih jelasnya (Bankman-Fried) mendatangi saya. Ketika dia datang kepada saya, saya tahu dia putus asa. Jadi mungkin banyak orang yang menyampaikan kesepakatan itu sebelum kami,” jelas Zhao.
Zhao menuturkan, tidak butuh waktu lama bagi Binance untuk mengetahui ada masalah yang jauh lebih besar di FTX daripada yang dibayangkan.
Ada Kebohongan dan Penyelewengan
Ketika ditanya apakah menurut dia, mantan CEO FTX adalah seorang penjahat, Zhao mengatakan dia akan menyerahkan penilaian itu kepada orang lain tetapi mengatakan dia tahu ada kebohongan dan ada penyelewengan dana orang yang dia gambarkan sebagai penipuan.
Dalam wawancara terpisah dengan "Squawk Box" CNBC, Zhao mengatakan dia "sangat terkejut" ketika mengetahui tentang bagaimana perilaku Bankman-Fried.
“Saya terkejut dia berbohong kepada semua orang. Saya tidak tahu bahwa dia berbohong kepada semua orang sampai seminggu yang lalu," pungkas Zhao.
CEO Binance Changpeng Zhao: Perlindungan Konsumen Kripto Tanggung Jawab Semua Pihak
Sebelumnya, terkait banyaknya kasus kejahatan dan runtuhnya para pemain besar di Industri kripto membuat keamanan investor kripto sebagai konsumen terancam. Menanggapi hal ini, CEO Binance, Changpeng Zhao menyebut perlindungan konsumen kripto jadi tanggung jawab semua pihak.
"Industri kripto punya peran untuk melindungi konsumen tak hanya regulator, bukan tugas regulator 100 persen untuk melindungi konsumen. Jadi perlindungan konsumen adalah tanggung jawab semuanya, kata Zhao dalam acara B20 Summit Indonesia, di Bali, Senin (14/11/2022).
Tak hanya itu, Zhao menambahkan konsumen juga bertanggung jawab atas perlindungan dirinya sendiri dengan mengedukasi diri terkait kripto.
"Kami dari Binance tak hanya sebagai exchanger, tetapi kami juga memberikan fasilitas untuk orang mengakses kripto. Kami mempunyai Coinmarketcap sebagai tempat informasi kripto,” kata Zhao.
Adapun terkait regulasi soal kripto, Zhao menyebut industri saat ini membutuhkan regulasi untuk mengurangi berbagai kejahatan.
“Semuanya memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan pada konsumen. Kita juga membutuhkan banyak regulasi dari regulator,” lanjut Zhao.
Bos binance menuturkan saat ini banyak regulator yang menyamakan pertukaran kripto seperti bank, padahal menurut Zhao keduanya sangat berbeda.
“Saat in banyak regulasi yang menekankan pada KYC (Know Your Customer) dan AML (Anti Money Laundering), banyak regulator yang menganggap exchange beroperasi seperti bank, padahal sistemnya sangat berbeda,” tutur Zhao.
Zhao turut menyarankan agar pelaku industri dapat lebih transparan dan terus bekerja sama dengan regulator di seluruh dunia agar ekosistem di industri kripto semakin baik ke depannya.
Advertisement