Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin kembali catat sejarah besar dengan melampaui USD 100.000 atau sekitar Rp 1,58 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.871), ini merupakan pencapaian yang memicu euforia di komunitas kripto.
Kenaikan ini didorong oleh optimisme terhadap kebijakan ramah kripto dari Presiden terpilih AS, Donald Trump. "Saya ingin menjadikan AS sebagai ibu kota kripto dunia,” ujar Trump, dilansir dari BBC pada Jumat (6/12/2024).
Baca Juga
Kenaikan ini dicapai beberapa jam setelah Donald Trump mengatakan akan mencalonkan mantan komisaris Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Paul Atkins. Selain itu, Trump juga perubahan haluan yang luar biasa lantaran dia pernah menyebut Bitcoin sebagai penipuan pada 2021.
Advertisement
Sejarah Bitcoin dipenuhi momen unik, dimulai dari transaksi pertama pada 2010 ketika Laszlo Hanyecz membeli dua pizza seharga 10.000 BTC. Nilai itu kini setara dengan ratusan juta dolar, menjadikan 22 Mei diperingati sebagai #BitcoinPizzaDay. Hari tersebut menjadi simbol awal adopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran nyata, meskipun saat itu masih dianggap sebagai eksperimen kecil.
Pada 2021, Presiden Nayib Bukele dari El Salvador membawa Bitcoin ke panggung internasional dengan menjadikannya mata uang resmi negara. Langkah ini bertujuan menarik investasi asing dan mengurangi biaya remitansi, tetapi adopsi Bitcoin masih terbatas, kalah populer dari dolar AS yang tetap mendominasi.
Perjalanan Bitcoin
Akan tetapi perjalanan Bitcoin tidak selalu mulus. Industri penambangan Bitcoin menghadapi kritik besar atas konsumsi energi yang tinggi. Di Kazakhstan, yang menjadi surga bagi penambang karena listrik murah dari batu bara, terjadi krisis energi akibat melonjaknya aktivitas tambang. Pemerintah akhirnya membatasi operasi tambang untuk mencegah pemadaman listrik yang meluas.
Selain itu, cerita menyedihkan juga datang dari James Howells, seorang pria asal Wales yang secara tidak sengaja membuang hard drive berisi Bitcoin senilai lebih dari USD 100 juta ke tempat pembuangan sampah. Meski menawarkan sebagian kekayaannya kepada badan amal, dia tidak mendapatkan izin untuk mencarinya. "Itu momen yang sangat menyesakkan," ujarnya.
Bitcoin selalu Menarik Perhatian
Terlepas dari berbagai kontroversi, Bitcoin terus menarik perhatian institusi besar. Pada Januari 2024, beberapa perusahaan keuangan seperti BlackRock, Fidelity, dan Grayscale meluncurkan ETF Bitcoin.
Langkah ini memungkinkan investor membeli aset terkait Bitcoin tanpa perlu memiliki mata uang kripto itu secara langsung. Produk baru ini menarik miliaran dolar investasi, sekaligus mengokohkan Bitcoin sebagai aset keuangan yang semakin diterima di dunia investasi arus utama.
Dari pizza pertama hingga menjadi alat investasi besar, perjalanan Bitcoin dengan penuh liku yang mencerminkan naik turunnya dunia mata uang digital.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Vladimir Putin Sebut Tak Ada yang Bisa Hentikan Bitcoin
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan kembali dukungannya terhadap Bitcoin dan aset digital. Presiden Putin juga menyatakan BTC dan aset digital akan terus berkembang di beberapa negara, termasuk Rusia.
Ia menambahkan, Rusia telah memajukan pengembangan sistem pembayaran digital untuk mendukung industri dan menurunkan biaya bisnis.
"Tidak seorang pun dapat menghentikan Bitcoin (BTC),” kata Putin di World Trade Center di Moskow pada Rabu, 4 Desember, menurut Bloomberg dan kantor berita lokal TASS, dikutip dari Coinmarketcap, Kamis (5/12/2024).
Pendekatan Rusia terhadap mata uang kripto telah bergeser selama bertahun-tahun. Pada akhir November, Presiden Putin mengakui kripto sebagai properti dengan undang-undang pajak baru.
Negara itu melegalkan penambangan BTC dan kripto pada Agustus, yang memungkinkan lembaga tertentu untuk memanfaatkan mata uang digital menggunakan daya komputasi di tanah Rusia.
Adopsi mata uang kripto lokal juga meningkat di tengah perombakan kebijakan untuk memenuhi tuntutan paradigma blockchain yang berkembang. Menurut Bank Rusia, warga negara memegang aset hampir USD 7 miliar di bursa kripto.
Sebuah studi Bitkan menemukan, sekitar 14,6 juta orang, sekitar 10 persen dari populasi Rusia, memiliki mata uang digital. Survei lain menemukan bahwa 20 persen dari negara tersebut telah berinteraksi dengan mata uang kripto sebelumnya.
Meskipun ada perubahan, penggunaan mata uang kripto untuk pembayaran di Rusia tetap dilarang. Namun, Parlemen Rusia sedang mempertimbangkan untuk memanfaatkan mata uang digital untuk perdagangan lintas batas.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Krisis Listrik, Rusia Larang Penambangan Kripto di Musim Dingin
Sebelumnya, dalam upaya mengatasi kekurangan listrik, pejabat Rusia mengungkapkan rencana untuk menangguhkan penambangan mata uang kripto di beberapa wilayah musim dingin ini.
Dilansir dari Coinmarketcap, Kamis (21/11/2024), larangan tersebut akan berdampak pada wilayah Irkutsk, sebagian Buryatia, wilayah Zabaikalsky di Siberia, dan enam wilayah Kaukasus Utara, termasuk Chechnya dan Dagestan.
Penambangan juga akan dilarang di wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia, yaitu Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson. Penangguhan penambangan di Siberia akan berlangsung dari 1 Desember hingga 15 Maret 2025, dengan pembatasan tahunan mulai dari 15 November hingga 15 Maret hingga 2031.
Di Kaukasus Utara dan wilayah Ukraina yang diduduki, penambangan akan dilarang sepanjang tahun mulai Desember 2024 hingga Maret 2031. Langkah tersebut telah disetujui oleh komisi pemerintah di bawah pimpinan Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.
Tahun ini, Rusia telah muncul sebagai pusat penambangan mata uang kripto terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Saat ini, negara tersebut menggunakan 16 miliar kilowatt-jam listrik setiap tahun untuk kegiatan penambangan yang mewakili sekitar 1,5 persen dari keseluruhan konsumsi energinya, sehingga menghadirkan tantangan bagi wilayah-wilayah dengan iklim yang keras.
Langkah terbaru ini muncul kurang dari sebulan setelah Rusia memperkenalkan kerangka hukum untuk penambangan mata uang kripto, yang mengharuskan individu dan bisnis yang terlibat dalam sektor tersebut untuk mendaftar ke Layanan Pajak Federal.
Warga negara dapat menambang hingga 6.000 kWh per bulan tanpa status wirausahawan, tetapi harus mendaftar sebagai wirausahawan perorangan jika melebihi batas.
Pemerintah Rusia juga menetapkan peraturan untuk memelihara daftar terkait penambangan, dengan data yang dibagikan secara elektronik dengan lembaga dan entitas negara yang relevan seperti Bank Sentral dan operator listrik.
Advertisement