Liputan6.com, Jakarta - Tahun Baru Imlek sering menjadi momen refleksi dan peluang baru, termasuk bagi investor aset kripto. Pada 2025, Bitcoin telah mencatat kenaikan 10,9 persen sejak awal tahun, dengan harga tertinggi USD 108.824 pada 20 Januari dan terendah USD 90.018 pada 13 Januari.
Dengan datangnya Imlek, muncul pertanyaan apakah bitcoin akan terus naik atau justru menurun. Sejarah menunjukkan, Imlek kerap dikaitkan dengan optimisme di pasar kripto.
Baca Juga
Keuntungan Setelah Imlek
Data dari 2015-2023 mencatat rata-rata keuntungan 9 persen bagi investor Bitcoin dalam 10 hari perdagangan setelah Imlek. Strategi sederhana seperti membeli di hari pertama dan menjual 10 hari kemudian terbukti efektif, dengan hasil konsisten positif setiap tahun.
Advertisement
Matrixport mencatat pada 2017 sebagai yang paling menguntungkan, dengan kenaikan 15 persen dalam 10 hari pasca-Imlek. Tren serupa juga terjadi pada 2021 dan 2016. Akumulasi kenaikan rata-rata mencapai puncaknya sekitar hari ke-15 hingga ke-19 setelah Imlek, dengan potensi kenaikan hingga 12 persen.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur memprediksi Bitcoin bisa mencapai USD 122.000 pada Februari 2025. Sentimen positif didukung oleh masuknya arus dana institusional ke ETF Bitcoin, termasuk BlackRock. Tren bullish ini diperkirakan berlanjut, meski ada kemungkinan konsolidasi setelah mencapai puncaknya.
“Meski prediksi optimis, Bitcoin diperkirakan akan konsolidasi setelah mencapai USD 122.000, seperti yang terjadi di masa lalu. Fase konsolidasi ini justru memberi peluang bagi investor untuk masuk kembali dengan harga lebih rendah sebelum lonjakan besar berikutnya,” ujar Fyqieh dalam keterangan resmi, Selasa (28/1/2025).
Tren Positif Bitcoin di Tahun Ular Kayu
Pakar Feng Shui Michael Surya Mulyana juga memprediksi tren positif untuk Bitcoin pada Tahun Ular Kayu. Elemen kayu yang dominan melambangkan pertumbuhan, meski kelemahan elemen air menunjukkan potensi likuiditas yang terbatas. Kebijakan regulasi yang lebih ramah akan menjadi faktor penting dalam mendorong kenaikan harga Bitcoin.
Prediksi Jangka Pendek
Jangka pendek, pasar kripto mungkin terpengaruh kebijakan makroekonomi, tetapi pada jangka menengah hingga panjang, ekspektasi regulasi yang lebih longgar diharapkan memperkuat tren kenaikan. Bitcoin dan altcoin diproyeksikan mencetak rekor baru, tetapi investor disarankan tetap waspada dan bijak dalam memanfaatkan peluang di tengah fluktuasi pasar.
Sebagai pemimpin industri kripto, Bitcoin diprediksi menunjukkan tren naik yang lebih stabil di Tahun Ular. Tahun ini, elemen kayu yang dominan melambangkan kelahiran kembali dan pertumbuhan, menunjukkan potensi kenaikan harga Bitcoin di tengah fluktuasi.
Namun, kelemahan elemen air menandakan likuiditas keuangan yang terbatas, sehingga lonjakan harga memerlukan dorongan eksternal seperti kebijakan regulasi yang lebih ramah.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Apa Itu AI DeepSeek yang Jadi Penyebab Penurunan Bitcoin?
Sebelumnya, Bitcoin (BTC) mengalami penurunan signifikan setelah pedagang melakukan aksi ambil untung. Pada Senin harga Bitcoin turun lebih dari 6,5 persen, menyentuh angka di bawah USD 98.000 atau setara Rp 1,58 miliar (asumsi kurs Rp 16.175 per dolar AS)
Dilansir dari Coinmarketcap, Selasa (28/1/2025), meskipun begitu, pada Selasa, 28 Januari 2025 pagi, harga Bitcoin kembali berada di kisaran USD 100.000.
Peluncuran DeepSeek R1, model kecerdasan buatan (AI) inovatif dari laboratorium DeepSeek Tiongkok, menjadi pemicu utama penurunan signifikan di pasar kripto. Model AI sumber terbuka ini dianggap sebagai pencapaian besar dalam teknologi.
Apa Itu DeepSeek?
Keunggulan utama DeepSeek R1 terletak pada efisiensinya. Model ini dapat menyaingi atau melampaui kinerja platform AI terkemuka, seperti yang dikembangkan oleh OpenAI, meskipun hanya membutuhkan anggaran sekitar Rp 90 miliar dan jumlah GPU yang jauh lebih sedikit.
Terobosan ini telah mengguncang pasar, memicu penurunan nilai kripto terkait AI saat investor mempertimbangkan kembali nilai token yang bergantung pada operasi berbasis GPU.
Token seperti Render (RNDR), Near Protocol (NEAR), The Graph (GRT), dan Artificial Superintelligence Alliance (FET) mengalami penurunan antara 7%-9%, sementara Node.AI (GPU) anjlok hingga 20 persen. Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto berbasis AI menyusut 8% menjadi sekitar Rp570 triliun.
Dampak Lebih Luas di Pasar Kripto
Penurunan di pasar AI ini memicu efek berantai pada pasar kripto secara keseluruhan, dengan aset utama seperti Bitcoin dan Ethereum turut mengalami tekanan. Total likuidasi dalam 24 jam terakhir mencapai Rp 14 triliun, dengan Rp 12,45 triliun di antaranya berasal dari posisi beli, mencerminkan betapa tidak siapnya pedagang menghadapi aksi jual mendadak ini.
Fenomena ini juga diperparah oleh penguatan indeks dolar AS, yang naik ke level 107,74. Secara historis, dolar yang lebih kuat cenderung menekan Bitcoin dan aset berisiko lainnya karena daya tariknya berkurang bagi investor global.
Peluang dari Perintah Eksekutif Trump Dalam perkembangan lain, perintah eksekutif Presiden Trump bertajuk "Memastikan Kepemimpinan AS dalam Teknologi Keuangan Digital" pada 23 Januari dapat menjadi titik balik untuk industri kripto.
Perintah ini mencakup pembentukan Kelompok Kerja Presiden tentang Pasar Aset Digital, yang akan menyusun regulasi terpadu di tingkat federal.
Kelompok kerja ini, yang dipimpin oleh David Sacks, AI & Crypto Czar yang baru diangkat Trump, akan bekerja untuk menciptakan kerangka aturan kripto nasional dan mengevaluasi kemungkinan penyimpanan cadangan aset digital strategis oleh pemerintah AS.
Advertisement
Langkah Besar
Langkah ini bisa menandai pergeseran kebijakan, di mana pemerintah AS mulai menyimpan aset kripto yang disita alih-alih melelangnya.
Langkah besar lainnya dalam perintah tersebut adalah sikap pemerintah terhadap mata uang digital bank sentral. Ini adalah mata uang digital yang dikendalikan pemerintah, seperti yuan digital di Tiongkok, yang memusatkan kekuatan finansial di bawah pemerintah.
Perintah Trump secara tegas melarang lembaga Federal untuk melakukan tindakan apa pun untuk membuat, menerbitkan, atau mempromosikan CBDC. Ketentuan ini mencabut Perintah Eksekutif Aset Digital Pemerintahan sebelumnya dan Kerangka Kerja Departemen Keuangan untuk Keterlibatan Internasional pada Aset Digital, yang menurut pendapat pemerintahan Trump, telah dihapuskan.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.