Liputan6.com, Jakarta - Tesla Inc. mengajukan annual 10-K report atau laporan keuangan tahunan terperinci kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada 29 Januari 2025. Laporan ini untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Desember 2024.
Dalam pelaporan tersebut, Tesla mengungkapkan bahwa mereka memiliki 11.509 bitcoin, yang bernilai USD 1,07 miliar atau kurang lebih Rp 17,51 triliun (estimasi kurs Rp 16.370 per USD) pada akhir 2024. Hal ini sejalan dengan data on-chain dari Arkham, sebuah firma analitik blockchain yang melacak kepemilikan Bitcoin perusahaan.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari bitcoin.com, Selasa (11/2/2025), Valuasi bitcoin perusahaan mobil listrik tersebut mencerminkan keuntungan yang belum direalisasi sebesar USD 589 juta, yang dikaitkan dengan penerapan pedoman Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) yang baru, yang kini mengharuskan perusahaan untuk melaporkan aset digital pada nilai wajar.
Advertisement
Sebelumnya, Tesla hanya mencatat penurunan nilai, termasuk penurunan nilai aset senilai USD 204 juta pada 2022.
Data dari firma analisis blockchain Arkham Intelligence menyetujui bahwa Tesla memegang 11.509 bitcoin, yang nilainya sekitar USD 1,119 miliar pada saat penulisan. Arkham melaporkan bahwa kepemilikan ini baru-baru ini dipindahkan ke tujuh dompet baru, yang memicu spekulasi tentang potensi penjualan.
Namun, analisis lebih lanjut mengonfirmasi bahwa ini adalah transfer internal, bukan likuidasi.
Tesla awalnya membeli bitcoin senilai USD 1,5 miliar pada awal 2021, dengan alasan potensinya sebagai penyimpan nilai dan alternatif cadangan kas. Perusahaan tersebut sempat menerima BTC sebagai pembayaran tetapi menangguhkannya pada bulan Mei 2021 karena kekhawatiran atas dampak lingkungannya.
Pendapat Elon Musk Soal Bitcoin
CEO Tesla Elon Musk telah mempertahankan sikap yang berfluktuasi terhadap Bitcoin, mendukung potensinya sambil menekankan perlunya praktik penambangan yang lebih bersih.
Ia juga telah mengungkapkan bahwa ia secara pribadi memiliki Bitcoin, bersama dengan Ethereum (ETH) dan Dogecoin (DOGE), dan bahwa Spacex juga memiliki bitcoin.
Sementara Tesla menjual sekitar 75% kepemilikan BTC-nya pada 2022 karena alasan likuiditas, Musk menyatakan perusahaan terbuka untuk meningkatkan kepemilikan kripto-nya di masa mendatang, tergantung pada kondisi pasar.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Keuntungan Bitcoin Tesla Sentuh Rp 9,7 Triliun pada Kuartal IV 2024
Sebelumnya, perusahaan kendaraan listrik milik Elon Musk, Tesla keuntungan sebesar USD 600 juta atau sekitar Rp 9,7 triliun (asumsi kurs Rp 16.224 per dolar AS) dari kepemilikan Bitcoin mereka pada kuartal keempat 2024.
Dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (31/1/2025), keuntungan ini dihitung setelah Tesla menerapkan aturan akuntansi terbaru yang memungkinkan aset digital mereka diperbarui sesuai nilai pasar setiap kuartal.
Dalam laporan keuangan kuartal keempat, Tesla mengungkapkan kepemilikan 9.720 Bitcoin miliknya bernilai USD 1,076 miliar pada akhir 2024. Nilai ini meningkat drastis dibandingkan angka sebelumnya yang hanya USD 184 juta selama beberapa kuartal terakhir.
Aturan baru yang diterapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) mewajibkan perusahaan yang memiliki aset digital untuk menyesuaikan nilai aset mereka dengan harga pasar setiap kuartal, dengan batas waktu implementasi paling lambat kuartal pertama 2025.
Advertisement
Kepemilikan Terbesar ke-6
Namun, perusahaan dapat menerapkan aturan ini lebih awal jika diinginkan, dan Tesla tampaknya telah memanfaatkan opsi ini lebih cepat.
Sebelum aturan baru ini diberlakukan, perusahaan yang menyimpan aset digital harus mencatat nilai kepemilikan mereka berdasarkan harga terendah yang dicapai selama masa kepemilikan.
Berdasarkan data dari Bitcoin Treasuries, Tesla saat ini memegang 9.720 BTC, menjadikannya perusahaan publik dengan kepemilikan Bitcoin terbesar keenam di dunia.