Liputan6.com, Jakarta - Pasar akan mencermati sejumlah sentimen yang dapat pengaruhi aset tradisional dan kripto. Salah satu sentimen pernyataan Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell.
Bitcoin sempat terperosok di bawah USD 95.000 pada 9 Februari setelah laporan muncul China akan menerapkan tarif pada impor energi dari Amerika Serikat (AS), termasuk minyak mentah dan gas alam cair. Demikian mengutip dari keterangan resmi, Rabu (12/2/2025).
Baca Juga
Namun, respons cepat Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif 25% pada impor baja dan aluminium berhasil mendorong pemulihan Bitcoin ke level USD 97.838 pada 11 Februari pukul 08.00 WIB.
Advertisement
Ethereum Mencuri Perhatian Investor
Di sisi lain, Ethereum (ETH) menjadi aset yang lebih diminati pekan lalu. Investor tampaknya melihat peluang beli setelah harga ETH anjlok ke sekitar USD 2.100. Data dari SosoValue menunjukkan perdagangan ETF Ethereum spot di AS menarik arus masuk sebesar USD 420 juta, melampaui aliran dana ke ETF Bitcoin untuk pertama kalinya tahun ini.
Saat ini, ethereum diperdagangkan di kisaran USD 2.670, masih 45% di bawah rekor tertingginya di November 2021 sebesar USD 4.878.
Sementara itu, perdagangan ETF spot Bitcoin di AS tetap menunjukkan arus masuk positif sebesar USD 203,54 juta selama periode 3-7 Februari 2025, meskipun investor tetap berhati-hati terhadap aset berisiko di tengah ketidakpastian global akibat kebijakan tarif AS.
Jadwal Rilis Data Ekonomi Penting
Dalam beberapa hari ke depan, pasar akan menyoroti beberapa laporan ekonomi utama yang dapat mempengaruhi pergerakan aset tradisional dan digital:
Rilis Data Ekonomi
• Selasa, 11 Februari 2025:
Kesaksian Ketua The Fed, Jerome Powell, di hadapan Kongres juga menjadi peristiwa yang sangat dinantikan pekan ini. Powell dijadwalkan berbicara di hadapan Komite Perbankan Senat pada Selasa dan Komite Jasa Keuangan DPR pada Rabu. Pernyataannya dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter The Fed, terutama setelah keputusan bank sentral AS untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil pada Januari lalu.
• Rabu, 12 Februari 2025:
Consumer Price Index (CPI): Laporan ini akan memberikan gambaran tingkat inflasi dari perspektif konsumen. Para ekonom memperkirakan inflasi tahunan turun ke 2,8% dari 2,9% di Desember, sementara inflasi inti (Core CPI) diproyeksikan tetap di 3,3%. Jika inflasi lebih rendah dari ekspektasi, ini bisa menjadi katalis positif bagi Bitcoin dan aset digital lainnya, karena mengurangi kemungkinan kebijakan moneter ketat dari The Fed.
• Kamis, 13 Februari 2025:
Producer Price Index (PPI): Indeks ini mengukur perubahan harga di tingkat produsen dan menjadi indikator utama tekanan inflasi. Kenaikan PPI dapat menimbulkan kekhawatiran inflasi, tetapi juga bisa memperkuat narasi Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
• Jumat, 14 Februari 2025:
Data Penjualan Ritel: Laporan ini akan memberikan wawasan tentang tren pengeluaran konsumen. Jika angka penjualan ritel kuat, ini menandakan daya beli masyarakat masih tinggi, yang dapat berdampak positif bagi pasar aset spekulatif seperti Bitcoin. Sebaliknya, data yang lemah bisa mendorong investor beralih ke Bitcoin sebagai aset lindung nilai.
Advertisement
Potensi Bullish Masih Terbuka
Financial Expert Ajaib, Panji Yudha mengatakan,potensi reli ke atas USD 100.000 tetap terbuka, terutama dengan meningkatnya dukungan regulasi. Beberapa negara bagian AS mulai memperkenalkan undang-undang untuk membangun cadangan Bitcoin, yang memicu spekulasi tentang kemungkinan perlombaan akumulasi Bitcoin secara global.”
Selain itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan menyampaikan testimoni kebijakan moneter setengah tahunan kepada Kongres pada 12-13 Februari 2025.
"Pernyataannya berpotensi menjadi pemicu pergerakan besar di pasar. Jika Powell menunjukkan sikap dovish dan terbuka terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar, ini bisa menjadi angin segar bagi pasar aset kripto,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan resmi.
Sebaliknya, jika ia menegaskan perlunya kebijakan ketat untuk menekan inflasi, aset berisiko seperti Bitcoin dan altcoin bisa menghadapi tekanan jual.
"Secara keseluruhan, meskipun pasar masih menghadapi ketidakpastian akibat kebijakan perdagangan dan data ekonomi yang akan datang, sentimen terhadap Bitcoin tetap optimis. Dengan regulasi yang semakin bersahabat dan meningkatnya adopsi institusional, Bitcoin bisa segera menguji level psikologis $100.000 dalam waktu dekat," ujar Panji.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)