Liputan6.com, Jakarta Dua bus pariwisata berisi peserta seleksi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) bergerak dari lapangan parkir wisma-C PP-PON Cibubur menuju lapangan Stadion Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, di saat matahari belum terbit.
Minggu, 24 Juli 2016, keseluruhan peserta akan mengikuti seleksi Kesamaptaan (jasmani), Parade, dan PBB, di bawah pengawasan tim seleksi Garnisun Tetap 1. Sekitar pukul 06.30 WIB, peserta dan seluruh panitia mengikuti apel pagi sebelum seleksi hari ke-4 dimulai.
Seleksi Kesamaptaan terbagi dua bagian, Kesamaptaan A dan B. Kesamaptaan A berupa lari mengelilingi lapangan dengan jarak 400 meter selama 12 menit. Sementara Kesamaptaan B berupa lari membentuk angka delapan dengan mengelilingi dua tiang dan sit up selama satu menit.
Advertisement
"Ini semua untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing peserta. Sementara sit up dalam rangka menguatkan otot-otot perutnya. Semua latihan, termasuk berdiri dan berjalan, memiliki korelasi dengan kegiatan berikutnya yang akan mereka kerjakan," kata Koordinator Paskibraka yang mewakili Garnisun, Mayor Amar, kepada Liputan6.com, Minggu (24/7/2016).
"Dan lari membentuk angka delapan untuk melihat kemampuan mereka bagaimana dalam kondisi lari kemudian mutar, setelah selesai dilihat kecepatan dia berapa," lanjut Mayor Amar.
Para peserta diharuskan mengecek tensi sebelum lari mengelilingi lapangan. Peserta seleksi perempuan mendapat giliran pertama. Peserta dengan nomor dada dan punggung 005, 006, 007, 008, 009, dan seterusnya dipanggil untuk mengambil blangko yang harus mereka bawa ke tim medis yang memeriksa tensi mereka.
"Jangan tegang, nanti tensinya tinggi. Atur napas yang teratur," kata salah seorang tim medis.
Satu per satu peserta seleksi Paskibraka 2016 menjalani pemeriksaan tensi. Raut wajah tegang tidak bisa mereka tutupi. Tensi boleh saja normal, tapi terlalu sering izin buang air kecil adalah wujud dari rasa grogi yang berusaha mereka tutupi.
Gelombang pertama mulai lari sekitar pukul 07.30. Usai pemanasan, pelatih meminta mereka untuk mengelilingi lapangan dengan berjalan kaki sebagai bentuk adaptasi.
Semua peserta seleksi Paskibraka mendapat jatah yang sama. Lari mengelilingi lapangan selama 12 menit. Pelatih akan memberi aba-aba ketika memasuki dua menit terakhir. Ini merupakan peringatan bagi mereka yang masih mampu berlari untuk lari lebih cepat guna mendapat nilai maksimal.
"Kalau yang merasa sudah maksimal, tidak usah dipaksakan," ujar Amar.
Yang sudah lari diperintahkan ke pinggir lapangan untuk sit up selama satu menit. Panitia sudah menyiapkan dua alat dengan dudukan yang sangat empuk agar mereka dapat sit up sebanyak-banyaknya. Baru setelah itu dilanjutkan dengan lari membentuk angka delapan.
Ke-136 peserta seleksi merasa puas dengan kegiatan pagi ini. Misalnya saja peserta perempuan asal Papua dengan nomor dada 136 bernama Manasena Susana, yang mampu berlari sebanyak 5,5 putaran.
"Di Papua juga biasa lari. Tanah di sini juga enak buat berlari. Saya tidak ada persiapan khusus untuk seleksi lari. Saya hanya istirahat yang cukup dan makan tidak sembarangan," Kata Manasena Susana, siswi SMA Negeri 1 Wawena.
Peserta asal Gorontalo, nomor dada 118 bernama Febiola Rauf mengaku tidak mengalami kendala apa-apa. Dari semua seleksi yang dia ikuti hari ini, siswi SMA 1 Gorontalo ini merasa kurang maksimal selama sit up.
"Saya sit up hanya 32 saja. Tadi karena kebanyakan bercanda, ketawa-ketawa sama teman. Padahal kalau di Gorontalo bisa lebih dari itu," kata Febi yang begitu optimistis dirinya bisa mewakili Gorontalo sebagai anggota Paskibraka tingkat nasional.