Liputan6.com, Jakarta - Hari Disabilitas Internasional jatuh pada 3 Desember nanti. Banyak asa yang diharap terwujud dengan perayaan Hari Disabilitas tersebut.Â
Salah satunya terkait menghidupkan kesadaran masyarakat akan sisi lain dari disabilitas.Â
Ketua Umum Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Gufron Sakaril mengungkapkan, masih banyak stigma negatif tentang disabilitas.
Advertisement
"Stigma negatif tidak cuma berasal dari lingkungan, tapi juga keluarga. Malah di daerah tertentu disebut kutukan sampai dipasung," kata Gufron saat mengunjungi kantor Liputan6.com, Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Ketika stigma negatif masih dilekatkan, lanjut dia, penyandang disabilitas tak akan mendapat kesempatan untuk maju. Padahal, banyak penyandang disabilitas yang memiliki kemampuan tak kalah dengan masyarakat yang tidak memiliki kekurangan fisik.Â
Dia mencontohkan musikus kenamaan Beethoven yang menciptakan lagu meski tak bisa mendengar.Â
"Banyak potensi yang dimiliki teman-teman disabilitas. Tapi tak jarang semua ada di pemakaman, terkubur begitu saja. Oleh karena itu, dukungan lingkungan sangat penting. Misalkan dia jadi bisa sekolah ketika ada dukungan," ujar Gufron.Â
Oleh karena itu, tema perayaan Hari Disabilitas Internasional 2019 ini adalah "Indonesia Inklusi, Disabilitas Unggul."
Â
Diskriminasi
Menurut dia, diskriminasi masih menjadi isu yang mengkhawatirkan. Seperti kasus dokter gigi Romi Syofpa Ismael yang status CPNS-nya dibatalkan lantaran dia difabel.Â
Diskriminasi, kata dia, juga sempat terkadi pada seleksi masuk universitas.Â
Kesadaran masyarakat pun masih kurang tentang hak-hak penyandang disabilitas. Terutama ketika di fasilitas umum.Â
"Ini sebenarnya sudah sering dibahas. Sering protes karena kesadaran masyarakat belum ada. Bagi yang tinggal di DKI Jakarta, arah ke sana (fasilitas ramah disabilitas)," ujar Ketua Panitia Perayaan Hari Disabilitas Internasional 2019 Ajad Sudrajat.
Menurut dia, kesadaran masyarakat dan petugas di lokasi fasilitas umum menjadi penting untuk membantu disabilitas mandiri.
"Harusnya ada edukasi ke petugas dan masyarakat. Jika akses disabilitas mudah, ramah juga untuk semua masyarakat lho," kata Ajad.Â
Advertisement