WHO Jabarkan 3 Ciri Awal Gangguan Pendengaran, Tangani Sedini Mungkin

Tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan rekan atau orang lain di tempat bising seperti restoran dapat termasuk ciri awal gangguan pendengaran.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 06 Mar 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2023, 18:00 WIB
gangguan pendengaran
Ilustrasi gangguan pendengaran. Foto: Karlyukav dari Freepik.

Liputan6.com, Jakarta Tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan rekan atau orang lain di tempat bising seperti restoran dapat termasuk ciri awal gangguan pendengaran.

“Anda terus meminta teman untuk mengulang perkataan mereka karena kebisingan latar belakang, maka saat itulah Anda harus curiga bahwa Anda mungkin mengalami gangguan dengar,” kata Direktur Medis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Gangguan Pendengaran Shelly Chadha dalam Science in Five episode 93, dikutip Sabtu (4/3/2023).

Ciri awal berikutnya adalah ketika harus menaikkan volume televisi, radio, atau perangkat pendengar saat sedang mendengarkan musik.

“Indikasi lain adalah jika orang memberitahu Anda bahwa Anda berbicara dengan keras, itu juga bisa menjadi indikasi bahwa Anda sedang mengembangkan gangguan pendengaran,” ujar Shelly.

Suara dengung atau tinnitus terus menerus di telinga juga bisa menjadi salah satu indikasi awal seseorang mengalami gangguan pendengaran.

“Jadi, jika Anda memiliki tanda-tanda ini, penting untuk mencatatnya dan memeriksakan pendengaran Anda sesegera mungkin.”

Jika ada tanda-tanda awal tersebut, dapat pula memeriksa pendengaran secara mandiri dengan menggunakan aplikasi gratis WHO yang disebut "hearWHO".

“Jadi, Anda juga dapat menggunakan aplikasi itu untuk melakukan pemeriksaan pertama dan melihat apakah Anda perlu mendapatkan tes pendengaran.”

Ada yang Bisa Disembuhkan

Shelly menambahkan, ada beberapa penyebab gangguan pendengaran yang bisa disembuhkan.

Misalnya, jika gangguan pendengaran ini disebabkan kotoran telinga yang menumpuk sehingga menyumbat liang telinga.

Infeksi telinga dan gendang telinga pecah juga menjadi penyebab gangguan pendengaran yang bisa diobati.

“Ini adalah hal-hal yang dapat diobati dengan obat-obatan atau pembedahan, tetapi banyak gangguan pendengaran yang benar-benar tidak dapat disembuhkan.”

Jika demikian, maka yang bisa dilakukan adalah penggunaan perangkat seperti alat bantu dengar (ABD) dan implan koklea.

“Yang penting, agar intervensi ini efektif maka harus dimulai sedini mungkin. Dan untuk itu, penting bagi kita untuk memeriksakan pendengaran kita secara teratur dan memerhatikan tanda-tanda gangguan pendengaran yang sudah saya sebutkan tadi.”

Telinga adalah Organ Pembersih Diri

Guna mencegah terjadinya gangguan pendengaran, Shelly mengingatkan untuk menjaga telinga tetap sehat.

“Saya ingin memulai dengan apa yang seharusnya tidak Anda lakukan. Jadi pertama-tama, jangan gunakan apa pun termasuk korek kuping (cotton buds), pin, atau alat lain untuk membersihkan telinga Anda.”

“Telinga adalah organ pembersih diri. Tidak perlu dibantu dengan alat. Dan sebenarnya mereka dapat menyebabkan infeksi. Hal itu dapat menyebabkan obstruksi. Mereka dapat menyebabkan pecahnya gendang telinga,” imbau Shelly.

Yang juga tidak boleh dilakukan adalah mengobati masalah telinga dengan pengobatan rumahan seperti memasukkan minyak ke dalam telinga.

Hari Pendengaran Sedunia

Pembahasan WHO soal gangguan pendengaran dilakukan dalam rangka memperingati Hari Pendengaran Sedunia yang jatuh setiap 3 Maret.

Selain WHO, untuk memperingati hari ini, Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (Perhati-KL) memberi penjelasan soal penyebab gangguan pendengaran.

Menurut Ketua Umum Perhati-KL Indonesia dr. Yussy Afriani Dewi, Sp.T.H.T.B.K.L, penyebab utama gangguan pendengaran adalah Tuli kongenital, infeksi telinga atau congek, Tuli akibat bising, Tuli karena faktor usia, dan Tuli karena kotoran telinga. Dan, 60 persen gangguan dengar disebabkan oleh sesuatu yang bisa dicegah.

“Pencegahan dilakukan dengan identifikasi sedini mungkin pada berbagai kelompok usia,” ujar Yussy pada konferensi pers Hari Pendengaran Sedunia, Rabu 1 Maret 2023 di Jakarta, mengutip laman Sehatnegeriku.

Deteksi dini pendengaran yang paling pertama adalah skrining pada bayi baru lahir dan bawah lima tahun (Balita). Bisa pula dilakukan skrining pada anak dan pra usia sekolah, pada individu terpapar bising atau zat kimia yang terus-menerus, dan pada individu terpapar obat ototoksik. Pasalnya, beberapa obat dapat menyebabkan gangguan dengar. Terakhir, bisa dilakukan pula pada lanjut usia (lansia).

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya