Liputan6.com, Jakarta Vaksin COVID-19 inklusif adalah program yang diusung Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP).
Program yang disebut pula Vaccine Access and Health Security Initiatives (VAHSI) dilakukan untuk mempermudah kelompok rentan termasuk disabilitas dalam menjangkau vaksin COVID-19.
Selain penyandang disabilitas, kelompok yang dibantu dalam vaksinasi inklusif ini adalah kelompok marjinal yakni:
Advertisement
- Lanjut usia (lansia)
- Keluarga miskin
- Perempuan kepala keluarga
- Transgender
- Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
- Masyarakat adat.
Program ini berlangsung sejak pertengahan 2021 hingga akhir Juni 2023. Dan kini, didapat lima provinsi dengan praktik baik vaksinasi inklusif. Kelima provinsi itu adalah:
- Sulawesi Selatan
- Jawa Tengah
- Bali
- Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
- Nusa Tenggara Timur (NTT).
Program dengan alokasi anggaran lebih dari AUD6.200.000 atau sekitar Rp61,5 miliar ini telah menjangkau langsung lebih dari 450.000 orang berisiko tinggi di lima provinsi tersebut.
Contoh Praktik Baik di Jawa Tengah
Salah satu contoh praktik baik vaksinasi inklusif diceritakan oleh relawan dari Komunitas Pemuda Peduli Lansia, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Aron Aan Damara.
Aron dan komunitasnya―yang terdiri dari anak-anak muda― melakukan pendekatan khusus yang disesuaikan dengan karakteristik lansia di daerahnya. Upaya tersebut dinilai berhasil membuat lansia bersedia untuk divaksinasi.
“Lansia harus didekati secara halus dan tidak bisa dilakukan dalam satu kali percobaan. Di awal, biasanya menolak karena takut. Kuncinya adalah kesabaran. Layani dengan hati dan penuh kasih,” jelas Aron dalam keterangan pers yang diterima Disabilitas Liputan6.com, Kamis (29/6/2023).
Peran Tokoh Adat Perempuan di NTT
Selain komunitas anak muda di Jawa Tengah, tokoh adat perempuan juga memiliki peran penting dalam menyukseskan program vaksinasi inklusif COVID-19.
Terutama dalam proses edukasi dan mengajak masyarakat adat di Sumba Barat Daya, NTT agar mau divaksinasi.
Seperti pendekatan yang dilakukan oleh seorang perempuan adat bernama Selvia Guber Derita atau kerap disapa Mama Dewi.
“Kami melakukan pendekatan dan kunjungan secara terus menerus agar masyarakat adat bersedia divaksinasi. Saya selalu katakan untuk menganggap saya sebagai mama, adik, atau saudara. Saya selalu memberikan keyakinan agar tidak perlu takut,” kata Dewi.
“Pemerintah mengadakan kegiatan vaksinasi bukan untuk buat kita mati, tetapi untuk membuat kita sehat,” tambahnya.
Advertisement
Pelibatan Kelompok Disabilitas
Selanjutnya, kelompok disabilitas juga menjadi kelompok prioritas yang harus dilibatkan dan diberikan kesempatan berpartisipasi dalam program vaksinasi inklusif COVID-19.
Dengan keterlibatan kelompok disabilitas, diharapkan stigma negatif dan diskriminasi akan hilang di masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh Untung Subagyo, Perwakilan organisasi penyandang disabilitas, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Untung menyampaikan harapannya bagi kelompok disabilitas agar diberikan akses pelayanan kesehatan secara gratis oleh pemerintah.
Menyasar Kelompok Transgender
Tak hanya itu, perwakilan kelompok waria dari Komunitas Mendut di Jawa Tengah, Vil Ardi, menyampaikan bahwa dalam menyasar kelompok transgender juga perlu adanya pendekatan secara terus menerus.
“Kelompok transgender tidak memerlukan perlakuan khusus. Kami harapkan kelompok ini dapat membaur dengan masyarakat. Melalui fasilitasi mobil vaksin, kami menyediakan tes skrining HIV dan juga vaksinasi COVID-19 untuk menjangkau kelompok termarjinalkan seperti Masyarakat Adat Samin dan kelompok transgender di Pati,” ungkap Vil Ardi.
Capaian Vaksinasi Inklusif di Sulawesi Selatan
Kesuksesan komunikasi risiko lainnya juga dicapai di Sulawesi Selatan yang dialami sendiri oleh Hijrahwati, koordinator imunisasi dari Puskesmas Bontolompo 2.
“Dalam upaya vaksinasi inklusif COVID-19, petugas melakukan door-to-door bersama dengan mitra relawan dan kader untuk melakukan pendataan dan persuasi kepada lansia agar mau divaksinasi. Saat ini, sudah ada sekitar 700 lansia yang terdata untuk segera divaksinasi dan masih menunggu stok vaksin,” jelas Hijrahwati.
Keberhasilan Vaksinasi Inklusif di Bali
Keberhasilan vaksinasi inklusif COVID-19 juga terbukti di Bali, hal tersebut disampaikan oleh I Made Thedy Ardibrata SKM, perwakilan dari Puskesmas Kubu II.
Ia mengatakan bahwa kesuksesan tersebut didukung oleh kolaborasi dengan pihak swasta dan puskesmas dalam menyediakan tempat cuci tangan.
Seluruh upaya ini dilakukan untuk menjangkau kelompok rentan, termasuk di dalamnya lansia dan penyandang disabilitas yang juga membutuhkan akses vaksinasi COVID-19.
Advertisement