Liputan6.com, Jakarta Sebagai seorang filsuf yang mengidealkan pengejaran idea, Plato menempatkan seni sebagai sesuatu dalam strata yang lebih inferior dibanding alam fisik. Jika sebuah bunga yang indah dianggap lebih inferior karena dianggap tiruan dari ide keindahan, maka lukisan keindahan bunga adalah sesuatu yang lebih inferior karena merupakan tiruan dari tiruan. Filsafat Plato ini punya dampak besar bagi perkembangan dunia seni lukis.
Berbagai genre mulai dari realis hingga surealis dan abstrak memiliki argumentasi sendiri tentang pemikiran Plato itu. Jika Anda melihat karya-karya pelukis asal Inggris abad ke-20, Patrick Caulfield, Anda akan melihat elemen-elemen realis di dalamnya. Meski secara umum objek-objek lukisan Caulfield adalah objek-objek real, rasa yang didapat dari gambar-gambar lukisan itu bukanlah rasa realis.
Terkesan bahwa Caulfield ingin meneguhkan bahwa lukisan yang dibuatnya adalah gambar sebagai gambar, bukan dunia fisik itu sendiri dimana bahan garapan lukisan itu diambil. Jika perlu diberi label, maka istilah `counter-realism` adalah kata yang cocok. Untuk menyatakan bahwa apa yang diproduksinya adalah gambar sebagai gambar maka sudah sangat tepat langkah Caulfield untuk menghadirkan objek-objek real dengan tampilan yang karikaturistik.
Advertisement
Tak heran bahwa karena hal itu, lukisan-lukisannya kerap digolongkan sebagai Pop Art dan Caulfield berusaha untuk melepaskan label itu dari karya-karyanya. Lukisan-lukisan karya Caulfield ini menjadi inspirasi dari desainer asal Inggris, Kitty Joseph, yang menampilkan koleksi Spring-Summer 2015 di hari ke-3 Jakarta Fashion Week 2015, Senin (3/11/2014), atas kerjasama dengan Indonesia Fashion Forward – wadah hasil kolaborasi Jakarta Fashion Week dengan British Council dan Center for Fashion Enterprise, London.
Lukisan & Fesyen
Lukisan & Fesyen
Garis kotak-kotak atau lengkung yang berbentuk bunga di koleksi busana desainer yang busana-busananya sudah tampil di Vogue Italy, Vogue Jepang dan Elle Inggris ini memang dapat dilihat benang merahnya dengan karya-karya lukis Caulfield. Pun demikian dengan warna-warna yang digunakan. Bedanya ialah bahwa Kitty menghadirkan warna-warna itu, seperti hijau-kuning, biru-ungu, dalam bentuk gradasi.
Perbedaan lain antara Kitty dan Caulfield yang sama-sama bersekolah di Royal College of Art ini terletak pada bagaimana kedua karya dari kedua pekarya ini dilihat sebagai sebuah pernyataan dalam satu diskusi tentang esensi estetika. Perdebatan dunia seni lukis jelas salah satunya tentang apa yang dituliskan Plato mengenai seni sebagai tiruan.
Debat estetika busana yang menjadi objek garapan Kitty berlangsung pada relasi couture dan pret-a-porter di mana keduanya meski mengambil inspirasi dari alam sekitar namun tidak memproduksi bentuk-bentuk imitatif alam itu. Wilayah fesyen punya debat artistik yang lebih abstrak. Pertanyaannya adalah, bagaimana posisi Kitty pada diskusi estetika fesyen itu?
Koleksi Kitty Joseph pada kesempatan ini tampaknya belum masuk dalam perdebatan itu, Masih cukup jelas bahwa busana-busana rancangannya itu merupakan busana ready-to-wear. Sebagai sebuah karya busana, desain tumpang tindih pada beberapa busana, pleated tank dress, sheer top, dan transparent raincoat dengan warna-warna dan motif yang sudah disebut sebelumnya membawa kesan fun art dan quirky kid.
(Fotografer: Faisal R. Syam - Liputan6.com)
Advertisement