250 Busana Batik Dipamerkan dalam Catwalk Outdoor Solo Batik Fash

Dengan konsep catwalk outdoor, SBF berlangsung di halaman Balai Kota Solo, 7-10 Oktober 2016.

oleh Fajar Abrori diperbarui 08 Okt 2016, 17:01 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2016, 17:01 WIB
Solo Batik Fashion
Solo Batik Fashion selalu mengedepankan batik tulis bukan batik printing. Foto: Fajar Abrori/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Panggung Solo Batik Fashion (SBF) kembali digelar. Dengan konsep catwalk outdoor, SBF yang berlangsung di halaman Balai Kota Solo, 7-10 Oktober 2016 ini mengusung tema "Mutu Manikam Pesona Indonesia".

Menampilkan karya 35 desainer dari wilayah Jogja, Solo, Surabaya, Jakarta, Ngawi, dan Semarang, lebih dari 200 busana hadir dalam perhelatan peragaan busana khusus busana batik yang digelar sejak zaman Joko Widodo menjadi Walikota Solo ini.

Laporan di hari pertama gelaran, ada delapan desainer dan UKM yang unjuk karya. Mereka adalah Astuti K-Rizma, Maya Yurizawa, Owen Joe, Uzy Fauziah, Philip Iswardono, dan Batik Keris.

Warna-warni busana dengan eksplorasi batik pakem terlihat dalam pentas kali ini. Beragam motif juga ada dalam karya para desainer. Mulai batik truntum, kawung, floral, sogan, hingga motif khas Jogja.

Lewat SBF terlihat batik diolah menjadi beragam model dan potongan. Mulai dari jumpsuit selutut dan dipadu long vest batik, dress dengan model atasan bustier, mini dress dengan gaun menerawang.

Tak hanya itu ada juga rancangan busana dengan potongan bustier tetapi di bagian atas ada tali leher yang menambah kesan seksi penggunanya. Ada juga desain yang mencampurkan batik dan lurik dengan teknik draping.

Djongko Rahardjo, ketua panitia SBF 2016 mengungkapkan, tahun ini sengaja mengangkat tema Mutu Manikam Pesona Indonesia. Artinya beragam batu permata dari tanah Nusantara yang mempesona. Batu permata ini merujuk pada beragam nilai budaya, batik salah satunya.

"Dengan tema ini kita ingin menggali dan mengeksplorasi beragam batik dari pelosok Nusantara. Sehingga masyarakat luas bisa teredukasi dengan acara ini. Bahwa batik di Nusantara itu beragam," ungkap Djongko.

Djongko mengungkapkan, satu prinsip yang saat ini selalu diusung SBF adalah kain batik tulis asli, karena sejatinya batik printing bukan batik. Batik printing adalah tekstil.

"Kami selalu meminta pada para peserta SBF untuk tidak menggunakan batik printing. Tetapi menggunakan batik yang seharusnya batik semestinya. Batik yang dibuat sesuai dengan tahapan-nya membuatnya, " ungkap dia.

Diungkapkannya, peserta SBF sendiri beragam. Mulai dari UKM, desainer profesional dan pemula. Ada sekitar 250 karya yang akan dipamerkan melalui catwalk Solo Batik Fashion.

"Tujuan lain dari SBF selain ingin mengangkat batik tetapi juga memberikan apresiasi pada para UKM batik, " tuturnya. 

Solo Batik Fashion tahun ini mengusung tema Mutu Manikam Pesona Indonesia. Foto: Fajar Abrori/ Liputan6.com

Solo Batik Fashion menampilkan karya 35 desainer dari wilayah Jogja, Solo, Surabaya, Jakarta, Ngawi, dan Semarang, dan menghadirkan lebih dari 200 busana. Foto: Fajar Abrori/ Liputan6.com

Delapan desainer yang unjuk kemampuan dalam Solo Batik Fashion antara lain Astuti K-Rizma, Maya Yurizawa, Owen Joe, Uzy Fauziah, Philip Iswardono, dan Batik Keris. Foto: Fajar Abrori/ Liputan6.com

Dengan konsep catwalk outdoor, SBF berlangsung di halaman Balai Kota Solo, 7-10 Oktober 2016. Foto: Fajar Abrori/ Liputan6.com

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya