Liputan6.com, Jakarta Dalam interaksi sosial sehari-hari, kita sering menjumpai individu yang selalu berusaha menarik perhatian atau mendapatkan pengakuan dari orang lain secara berlebihan. Perilaku semacam ini umumnya dikenal dengan istilah "cari muka". Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan cari muka dan mengapa seseorang melakukannya? Mari kita telusuri lebih dalam mengenai fenomena cari muka ini dari berbagai aspek.
Pengertian Cari Muka
Cari muka adalah perilaku seseorang yang secara sengaja berusaha mendapatkan perhatian, pujian, atau keuntungan dari orang lain, terutama dari figur otoritas seperti atasan atau orang yang dianggap berpengaruh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cari muka didefinisikan sebagai "berbuat sesuatu dengan maksud supaya mendapat pujian atau sanjungan (dari atasan atau orang lain)".
Perilaku cari muka ini seringkali dilakukan dengan cara-cara yang tidak tulus atau bahkan manipulatif. Orang yang suka cari muka cenderung lebih mementingkan citra diri mereka daripada nilai-nilai atau prinsip yang sebenarnya mereka yakini. Mereka rela melakukan berbagai hal, termasuk yang tidak jujur atau tidak etis, demi mendapatkan validasi atau pengakuan dari orang lain.
Dalam konteks psikologi, perilaku cari muka dapat dikaitkan dengan beberapa konsep, antara lain:
- Narsisisme: Kecenderungan untuk memandang diri sendiri secara berlebihan dan membutuhkan perhatian serta kekaguman dari orang lain.
- Harga diri rendah: Kebutuhan akan validasi eksternal untuk meningkatkan perasaan berharga.
- Kecemasan sosial: Ketakutan akan penilaian negatif yang mendorong seseorang untuk selalu berusaha memberi kesan positif.
- Kebutuhan afiliasi: Dorongan untuk membangun dan mempertahankan hubungan positif dengan orang lain.
Penting untuk dipahami bahwa cari muka berbeda dengan upaya tulus untuk menjalin hubungan baik atau memberikan kontribusi positif. Perbedaan utamanya terletak pada motivasi dan keaslian tindakan tersebut.
Advertisement
Ciri-ciri Orang yang Suka Cari Muka
Mengenali orang yang suka cari muka bisa menjadi keterampilan penting dalam berinteraksi sosial, terutama di lingkungan kerja atau organisasi. Berikut adalah beberapa ciri khas yang sering ditunjukkan oleh orang yang gemar mencari muka:
1. Selalu Ingin Menjadi Pusat Perhatian
Individu yang suka cari muka senantiasa berusaha untuk menarik perhatian orang lain ke arah mereka. Mereka mungkin berbicara dengan suara yang lebih keras, tertawa secara berlebihan, atau melakukan tindakan-tindakan mencolok lainnya. Tujuannya adalah agar semua mata tertuju pada mereka, bahkan dalam situasi yang seharusnya tidak berfokus pada diri mereka.
2. Sering Memuji Secara Berlebihan
Orang yang cari muka cenderung memberikan pujian yang berlebihan, terutama kepada figur otoritas atau orang yang dianggap berpengaruh. Pujian ini seringkali terdengar tidak tulus dan terlalu dibuat-buat. Mereka mungkin memuji hal-hal sepele atau bahkan memuji sesuatu yang sebenarnya tidak layak dipuji, semata-mata untuk menyenangkan orang yang mereka anggap penting.
3. Selalu Setuju dengan Pendapat Atasan
Pencari muka jarang sekali menunjukkan ketidaksetujuan atau memberikan kritik konstruktif terhadap ide atau keputusan atasan. Mereka cenderung selalu menganggukkan kepala dan menyetujui apapun yang dikatakan oleh orang yang memiliki otoritas, bahkan ketika pendapat tersebut kurang tepat atau berpotensi merugikan.
4. Suka Membicarakan Prestasi Diri Sendiri
Mereka seringkali berbicara tentang pencapaian atau keberhasilan mereka sendiri, bahkan ketika tidak diminta atau tidak relevan dengan konteks pembicaraan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan betapa berharga dan pentingnya mereka. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan mungkin melebih-lebihkan atau berbohong tentang prestasi mereka.
5. Bersikap Berbeda di Depan Atasan
Orang yang suka cari muka seringkali menunjukkan perubahan sikap yang drastis ketika berada di hadapan atasan atau orang yang dianggap penting. Mereka mungkin tiba-tiba menjadi sangat ramah, bersemangat, atau bahkan berlebihan dalam menunjukkan dedikasi mereka. Namun, sikap ini bisa berubah 180 derajat ketika atasan tidak ada di sekitar mereka.
6. Suka Menjatuhkan Rekan Kerja
Dalam upaya untuk terlihat lebih baik, pencari muka terkadang tidak segan untuk menjatuhkan atau menjelek-jelekkan rekan kerja mereka. Mereka mungkin menyebarkan gosip negatif, mengkritik pekerjaan orang lain di depan atasan, atau bahkan mengklaim ide atau prestasi rekan kerja sebagai milik mereka sendiri.
7. Selalu Ingin Terlibat dalam Proyek Penting
Mereka selalu berusaha untuk terlibat dalam proyek-proyek yang dianggap penting atau prestisius, bahkan ketika kemampuan mereka tidak sesuai. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pengakuan dan pujian, bukan karena minat atau kompetensi yang sebenarnya.
8. Suka Mengambil Kredit atas Kerja Tim
Ketika sebuah proyek tim berhasil, pencari muka cenderung untuk mengklaim bahwa keberhasilan tersebut sebagian besar adalah berkat kontribusi mereka. Mereka mungkin meminimalkan peran rekan tim lain atau bahkan sama sekali tidak mengakui kontribusi orang lain.
9. Bersikap Submisif terhadap Atasan
Orang yang suka cari muka seringkali menunjukkan sikap yang terlalu patuh atau submisif terhadap atasan. Mereka mungkin rela melakukan hal-hal di luar deskripsi pekerjaan mereka, seperti membawakan kopi atau tas atasan, hanya untuk mendapatkan perhatian positif.
10. Kurang Konsisten dalam Perilaku
Pencari muka seringkali menunjukkan inkonsistensi dalam perilaku mereka. Mereka mungkin bersikap sangat baik dan ramah kepada orang-orang yang dianggap penting, namun bersikap acuh tak acuh atau bahkan kasar terhadap orang-orang yang dianggap tidak penting atau tidak menguntungkan bagi mereka.
Mengenali ciri-ciri ini dapat membantu kita untuk lebih waspada dalam berinteraksi dan menilai ketulusan seseorang. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua perilaku ramah atau kooperatif adalah bentuk cari muka. Kita perlu bijak dalam membedakan antara sikap tulus dan upaya mencari muka yang tidak autentik.
Penyebab Perilaku Cari Muka
Perilaku cari muka tidak muncul begitu saja tanpa sebab. Ada berbagai faktor psikologis dan sosial yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan mencari muka. Memahami penyebab-penyebab ini penting untuk dapat mengatasi masalah ini dengan lebih efektif. Berikut adalah beberapa penyebab utama perilaku cari muka:
1. Kurangnya Rasa Percaya Diri
Salah satu penyebab paling umum dari perilaku cari muka adalah kurangnya rasa percaya diri. Individu yang tidak yakin dengan kemampuan atau nilai diri mereka sendiri mungkin merasa perlu untuk terus-menerus mencari validasi dan pengakuan dari orang lain. Mereka mungkin percaya bahwa hanya dengan mendapatkan pujian atau persetujuan dari orang lain, terutama figur otoritas, mereka bisa merasa berharga.
2. Keinginan untuk Cepat Sukses
Dalam dunia yang semakin kompetitif, beberapa orang mungkin melihat cari muka sebagai jalan pintas menuju kesuksesan. Mereka mungkin percaya bahwa dengan menyenangkan atasan atau orang-orang berpengaruh, mereka bisa mendapatkan promosi atau keuntungan karir lebih cepat dibandingkan jika hanya mengandalkan kinerja mereka semata.
3. Ketakutan akan Kegagalan
Rasa takut gagal yang berlebihan dapat mendorong seseorang untuk melakukan apa saja demi menghindari kegagalan, termasuk cari muka. Mereka mungkin merasa bahwa dengan selalu menyenangkan atasan atau rekan kerja, mereka bisa mengurangi risiko dikritik atau dianggap tidak kompeten.
4. Kebutuhan Akan Perhatian
Beberapa individu mungkin memiliki kebutuhan psikologis yang kuat akan perhatian dan pengakuan. Ini bisa berakar dari pengalaman masa kecil, seperti kurangnya perhatian dari orang tua, atau bisa juga merupakan bagian dari kepribadian mereka. Cari muka menjadi cara mereka untuk memenuhi kebutuhan akan perhatian ini.
5. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan kerja atau sosial yang sangat kompetitif dan berorientasi pada status dapat mendorong perilaku cari muka. Jika seseorang melihat bahwa orang-orang yang pandai mencari muka lebih sering mendapatkan promosi atau pengakuan, mereka mungkin tergoda untuk mengadopsi perilaku serupa.
6. Kecemasan Sosial
Individu dengan kecemasan sosial mungkin menggunakan cari muka sebagai mekanisme pertahanan. Dengan selalu berusaha menyenangkan orang lain dan menghindari konflik, mereka berharap dapat mengurangi risiko penolakan atau penilaian negatif yang mereka takuti.
7. Pola Asuh
Cara seseorang dibesarkan dapat mempengaruhi kecenderungan mereka untuk mencari muka. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan di mana pujian dan pengakuan hanya diberikan ketika mereka memenuhi ekspektasi tertentu mungkin tumbuh menjadi orang dewasa yang terus-menerus mencari validasi eksternal.
8. Kurangnya Keterampilan Sosial
Beberapa orang mungkin menggunakan cari muka sebagai pengganti keterampilan sosial yang sehat. Mereka mungkin tidak tahu cara yang lebih baik untuk membangun hubungan atau mendapatkan pengakuan, sehingga mereka bergantung pada perilaku yang berlebihan atau tidak tulus.
9. Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman negatif di masa lalu, seperti pernah diabaikan atau diremehkan, dapat mendorong seseorang untuk berusaha terlalu keras mendapatkan perhatian dan pengakuan di masa sekarang. Cari muka menjadi cara mereka untuk memastikan bahwa mereka tidak akan diabaikan lagi.
10. Budaya Organisasi
Beberapa organisasi, baik disengaja maupun tidak, mungkin memiliki budaya yang mendorong perilaku cari muka. Jika karyawan melihat bahwa loyalitas dan kepatuhan lebih dihargai daripada kreativitas dan pemikiran kritis, mereka mungkin terdorong untuk mengadopsi perilaku cari muka.
Memahami penyebab-penyebab ini penting untuk dapat mengatasi perilaku cari muka, baik dalam diri sendiri maupun ketika berhadapan dengan orang lain yang menunjukkan perilaku tersebut. Dengan menyadari akar permasalahannya, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi perilaku ini dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.
Advertisement
Dampak Negatif Perilaku Cari Muka
Meskipun orang yang suka cari muka mungkin berpikir bahwa perilaku mereka akan membawa keuntungan, sebenarnya ada banyak dampak negatif yang dapat timbul, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari perilaku cari muka:
1. Hilangnya Kredibilitas
Ketika seseorang dikenal sebagai pencari muka, mereka cenderung kehilangan kredibilitas di mata rekan kerja dan bahkan atasan mereka. Orang-orang mungkin mulai meragukan ketulusan dan integritas mereka, bahkan ketika mereka benar-benar melakukan sesuatu dengan tulus.
2. Rusaknya Hubungan dengan Rekan Kerja
Perilaku cari muka dapat merusak hubungan dengan rekan kerja. Rekan-rekan mungkin merasa kesal atau terancam oleh tindakan pencari muka, terutama jika mereka merasa bahwa pencari muka mendapatkan perlakuan istimewa atau mengambil kredit atas kerja tim.
3. Terciptanya Lingkungan Kerja yang Tidak Sehat
Ketika perilaku cari muka menjadi norma dalam sebuah organisasi, hal ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat. Karyawan mungkin lebih fokus pada menyenangkan atasan daripada melakukan pekerjaan mereka dengan baik, yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan kualitas kerja.
4. Stres dan Kecemasan
Bagi pencari muka itu sendiri, perilaku ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang tinggi. Mereka mungkin selalu merasa tertekan untuk mempertahankan citra yang telah mereka bangun, yang dapat sangat melelahkan secara mental dan emosional.
5. Hambatan dalam Pengembangan Diri
Ketika seseorang terlalu fokus pada cari muka, mereka mungkin mengabaikan pengembangan keterampilan dan kompetensi yang sebenarnya. Ini dapat menghambat pertumbuhan profesional mereka dalam jangka panjang.
6. Pengambilan Keputusan yang Buruk
Dalam upaya untuk menyenangkan atasan, pencari muka mungkin mendukung keputusan atau ide yang sebenarnya kurang baik. Ini dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang buruk dalam organisasi.
7. Menurunnya Inovasi
Ketika karyawan lebih fokus pada menyenangkan atasan daripada mengembangkan ide-ide baru, inovasi dalam organisasi dapat terhambat. Pencari muka cenderung menghindari risiko dan lebih memilih untuk mengikuti status quo.
8. Konflik Internal
Perilaku cari muka dapat memicu konflik internal dalam tim atau departemen. Karyawan lain mungkin merasa diperlakukan tidak adil atau merasa bahwa pencari muka mendapatkan keuntungan yang tidak semestinya.
9. Penurunan Moral Karyawan
Ketika karyawan melihat bahwa perilaku cari muka lebih dihargai daripada kinerja yang sebenarnya, moral karyawan dapat menurun. Ini dapat mengakibatkan penurunan motivasi dan keterlibatan karyawan secara keseluruhan.
10. Kehilangan Rasa Hormat
Meskipun pencari muka mungkin mendapatkan perhatian positif dalam jangka pendek, dalam jangka panjang mereka cenderung kehilangan rasa hormat dari rekan kerja dan bahkan atasan mereka. Orang-orang mungkin mulai melihat mereka sebagai individu yang tidak dapat diandalkan atau tidak autentik.
Mengingat dampak negatif yang signifikan ini, penting bagi individu dan organisasi untuk mengenali dan mengatasi perilaku cari muka. Menciptakan budaya yang menghargai kinerja, integritas, dan kolaborasi yang tulus dapat membantu mengurangi kecenderungan karyawan untuk terlibat dalam perilaku cari muka.
Cara Mengatasi Perilaku Cari Muka
Mengatasi perilaku cari muka, baik dalam diri sendiri maupun ketika berhadapan dengan orang lain yang menunjukkan perilaku tersebut, membutuhkan pendekatan yang bijaksana dan strategis. Berikut adalah beberapa cara efektif untuk mengatasi perilaku cari muka:
1. Kenali dan Akui Perilaku Tersebut
Langkah pertama dalam mengatasi perilaku cari muka adalah mengenali dan mengakui bahwa perilaku tersebut ada. Jika Anda menyadari bahwa Anda sendiri cenderung mencari muka, akui hal ini sebagai langkah awal untuk berubah. Jika Anda menghadapi orang lain yang menunjukkan perilaku ini, penting untuk mengenalinya tanpa langsung menghakimi.
2. Fokus pada Pengembangan Diri
Alihkan fokus dari mencari perhatian eksternal ke pengembangan diri yang sejati. Konsentrasikan pada peningkatan keterampilan, pengetahuan, dan kinerja Anda. Ini akan membangun rasa percaya diri yang lebih autentik dan mengurangi kebutuhan untuk mencari validasi dari orang lain.
3. Bangun Kepercayaan Diri
Banyak perilaku cari muka berakar dari kurangnya kepercayaan diri. Bekerjalah untuk membangun kepercayaan diri Anda melalui pencapaian nyata, pengembangan keterampilan baru, dan menetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai.
4. Praktikkan Komunikasi yang Jujur dan Terbuka
Daripada mencoba menyenangkan orang lain dengan cara yang tidak tulus, praktikkan komunikasi yang jujur dan terbuka. Sampaikan ide dan pendapat Anda dengan cara yang konstruktif dan hormat. Ini akan membangun hubungan yang lebih autentik dan saling menghargai.
5. Tetapkan Batasan yang Jelas
Jika Anda merasa tergoda untuk melakukan perilaku cari muka, tetapkan batasan yang jelas untuk diri sendiri. Misalnya, putuskan bahwa Anda tidak akan memuji atasan kecuali jika memang ada alasan yang sah untuk melakukannya.
6. Fokus pada Kinerja, Bukan Citra
Alihkan fokus dari membangun citra ke menghasilkan kinerja yang nyata. Konsentrasikan pada melakukan pekerjaan Anda dengan baik dan memberikan kontribusi yang berarti bagi tim dan organisasi.
7. Belajar Menerima Kritik
Salah satu alasan orang mencari muka adalah ketakutan akan kritik. Belajarlah untuk menerima dan memanfaatkan kritik konstruktif sebagai alat untuk pertumbuhan dan perbaikan diri.
8. Ciptakan Budaya yang Menghargai Kinerja
Jika Anda adalah seorang pemimpin, ciptakan budaya organisasi yang menghargai kinerja dan kontribusi nyata, bukan hanya kepatuhan atau kemampuan untuk menyenangkan atasan. Berikan pengakuan dan penghargaan berdasarkan prestasi yang terukur.
9. Berikan Umpan Balik yang Konstruktif
Jika Anda melihat rekan kerja atau bawahan yang menunjukkan perilaku cari muka, berikan umpan balik yang konstruktif. Jelaskan bagaimana perilaku tersebut dapat mempengaruhi tim dan dorong mereka untuk fokus pada kontribusi yang lebih substantif.
10. Praktikkan Empati
Cobalah untuk memahami motivasi di balik perilaku cari muka seseorang. Mungkin ada alasan yang lebih dalam, seperti ketidakamanan atau pengalaman masa lalu. Dengan memahami ini, Anda dapat merespons dengan lebih bijaksana dan membantu mereka mengatasi masalah yang mendasarinya.
11. Promosikan Kerja Tim dan Kolaborasi
Dorong lingkungan kerja yang menekankan kerja tim dan kolaborasi. Ini dapat membantu mengurangi kecenderungan individu untuk mencari perhatian pribadi dan mendorong mereka untuk fokus pada kesuksesan bersama.
12. Berikan Pengakuan yang Adil
Pastikan untuk memberikan pengakuan yang adil kepada semua anggota tim berdasarkan kontribusi mereka. Ini dapat membantu mengurangi persepsi bahwa cari muka adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pengakuan.
13. Lakukan Introspeksi Diri
Secara berkala, lakukan introspeksi diri untuk memeriksa motivasi dan perilaku Anda sendiri. Tanyakan pada diri sendiri apakah tindakan Anda didasarkan pada keinginan tulus untuk berkontribusi atau hanya untuk mendapatkan perhatian.
14. Cari Dukungan
Jika Anda merasa sulit untuk mengatasi kecenderungan mencari muka, jangan ragu untuk mencari dukungan. Ini bisa berupa konseling, mentoring, atau bahkan diskusi terbuka dengan rekan kerja yang Anda percaya.
Mengatasi perilaku cari muka membutuhkan kesadaran, komitmen, dan usaha yang konsisten. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, individu dan organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, produktif, dan memuaskan bagi semua pihak.
Advertisement
Kesimpulan
Perilaku cari muka adalah fenomena kompleks yang dapat memiliki dampak signifikan pada individu dan lingkungan kerja. Meskipun mungkin tampak sebagai strategi jangka pendek untuk mendapatkan perhatian atau keuntungan, dalam jangka panjang perilaku ini seringkali kontraproduktif dan dapat merusak hubungan profesional serta kredibilitas seseorang.
Penting untuk mengenali bahwa di balik perilaku cari muka seringkali terdapat masalah yang lebih mendalam seperti kurangnya kepercayaan diri, ketakutan akan kegagalan, atau kebutuhan akan validasi eksternal. Mengatasi akar permasalahan ini adalah kunci untuk mengurangi kecenderungan mencari muka.
Menciptakan lingkungan kerja yang menghargai kinerja, integritas, dan kolaborasi yang tulus adalah langkah penting dalam mengurangi prevalensi perilaku cari muka. Organisasi dan pemimpin memiliki peran krusial dalam membentuk budaya yang mendorong kontribusi substantif daripada sekadar pencitraan.
Bagi individu yang menyadari kecenderungan mereka untuk mencari muka, fokus pada pengembangan diri, membangun kepercayaan diri yang autentik, dan belajar berkomunikasi secara jujur dan terbuka dapat menjadi langkah awal yang penting. Sementara itu, bagi mereka yang berhadapan dengan perilaku cari muka dari orang lain, pendekatan yang empatik namun tegas dapat membantu mengatasi situasi tersebut secara konstruktif.
Pada akhirnya, menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif adalah tanggung jawab bersama. Dengan kesadaran, komitmen, dan upaya kolektif, kita dapat mengurangi dampak negatif dari perilaku cari muka dan membangun budaya organisasi yang lebih autentik, kolaboratif, dan berorientasi pada kinerja nyata.