Ciri Masyarakat Pedesaan: Karakteristik Unik dan Kehidupan Tradisional

Pelajari ciri khas masyarakat pedesaan, dari gaya hidup tradisional hingga nilai-nilai sosial yang masih dijunjung tinggi. Simak penjelasan lengkapnya di sini!

oleh Liputan6 diperbarui 06 Des 2024, 18:35 WIB
Diterbitkan 06 Des 2024, 18:35 WIB
ciri masyarakat pedesaan
ciri masyarakat pedesaan ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Masyarakat pedesaan merupakan sekelompok individu yang bermukim di wilayah pedesaan dan memiliki karakteristik kehidupan yang khas. Secara umum, masyarakat desa dicirikan dengan kehidupan yang masih tradisional, erat kaitannya dengan alam, serta menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dan budaya warisan leluhur. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang cenderung individualis, penduduk desa lebih mengutamakan kebersamaan dan gotong royong dalam keseharian mereka.

Dilihat dari segi geografis, desa biasanya terletak di daerah yang jauh dari keramaian kota, dikelilingi oleh hamparan lahan pertanian, perkebunan atau hutan. Kondisi ini membentuk pola hidup masyarakatnya yang lebih sederhana dan bergantung pada hasil alam sekitar. Mata pencaharian utama penduduk desa umumnya di sektor agraris seperti bertani, berkebun, beternak atau nelayan bagi desa pesisir.

Dari sisi sosial budaya, masyarakat desa masih memegang teguh adat istiadat, norma dan nilai-nilai luhur warisan nenek moyang. Ikatan kekeluargaan dan persaudaraan antar warga sangat kuat. Gotong royong, musyawarah, serta sikap saling membantu menjadi ciri khas interaksi sosial di pedesaan. Meski demikian, seiring perkembangan zaman, banyak desa yang mulai mengalami perubahan dan modernisasi dalam berbagai aspek kehidupan.

Ciri-Ciri Utama Masyarakat Pedesaan

Beberapa karakteristik yang menjadi ciri khas masyarakat pedesaan antara lain:

  • Kehidupan yang masih tradisional dan sederhana
  • Mata pencaharian utama di sektor agraris (pertanian, perkebunan, peternakan)
  • Ikatan kekeluargaan dan persaudaraan yang kuat antar warga
  • Menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat dan budaya leluhur
  • Gotong royong dan kebersamaan yang masih terjaga
  • Tingkat pendidikan rata-rata masih rendah
  • Fasilitas dan infrastruktur yang terbatas
  • Kehidupan sosial yang guyub dan harmonis
  • Ketergantungan yang tinggi terhadap alam sekitar
  • Pola pikir yang cenderung konservatif dan sulit menerima perubahan

Ciri-ciri tersebut membentuk identitas khas masyarakat pedesaan yang berbeda dengan kehidupan di perkotaan. Meski demikian, setiap desa memiliki keunikannya masing-masing tergantung kondisi geografis, sosial budaya, dan tingkat perkembangannya.

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa

Aspek sosial budaya merupakan salah satu ciri paling menonjol dari masyarakat pedesaan. Beberapa karakteristik sosial budaya yang umum dijumpai di desa antara lain:

1. Kekerabatan yang kuat

Ikatan kekeluargaan dan persaudaraan antar warga desa sangat erat. Mereka saling mengenal satu sama lain dan memiliki hubungan yang akrab. Sistem kekerabatan biasanya masih berdasarkan garis keturunan atau marga.

2. Gotong royong

Semangat gotong royong dan saling membantu masih sangat kental dalam kehidupan masyarakat desa. Kegiatan seperti membangun rumah, memperbaiki jalan, hingga acara pernikahan selalu dilakukan bersama-sama.

3. Musyawarah mufakat

Pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama biasanya dilakukan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Pendapat tokoh masyarakat atau sesepuh desa sangat didengar.

4. Nilai-nilai tradisional

Masyarakat desa masih memegang teguh nilai-nilai tradisional warisan leluhur seperti sopan santun, menghormati orang tua, dan menjaga keharmonisan.

5. Kesenian tradisional

Berbagai bentuk kesenian tradisional seperti tarian adat, musik daerah, dan upacara adat masih dilestarikan dan sering ditampilkan dalam acara-acara desa.

6. Solidaritas sosial

Rasa kebersamaan dan solidaritas antar warga sangat tinggi. Mereka saling membantu jika ada tetangga yang kesusahan atau tertimpa musibah.

7. Kontrol sosial

Pengawasan sosial di desa sangat kuat. Perilaku menyimpang akan cepat diketahui dan mendapat sanksi sosial dari masyarakat.

8. Kepercayaan

Masyarakat desa umumnya masih memegang teguh kepercayaan dan praktik keagamaan. Tokoh agama memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan sosial.

Karakteristik sosial budaya tersebut membentuk tatanan masyarakat desa yang guyub, harmonis dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. Meski demikian, seiring perkembangan zaman, banyak aspek sosial budaya di desa yang mulai mengalami pergeseran.

Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Desa

Salah satu ciri khas masyarakat pedesaan adalah sistem mata pencaharian yang masih bergantung pada sektor agraris dan sumber daya alam. Beberapa jenis mata pencaharian yang umum dijumpai di desa antara lain:

1. Pertanian

Bertani merupakan mata pencaharian utama sebagian besar penduduk desa. Mereka mengolah lahan untuk menanam padi, jagung, sayuran, dan berbagai jenis tanaman pangan lainnya. Sistem pertanian di desa umumnya masih tradisional dan bergantung pada musim.

2. Perkebunan

Banyak desa yang memiliki perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kopi, teh, atau buah-buahan. Hasil perkebunan menjadi sumber penghasilan utama warga desa.

3. Peternakan

Beternak juga menjadi mata pencaharian yang umum di desa. Jenis ternak yang dipelihara antara lain sapi, kambing, ayam, bebek, dan ikan. Peternakan biasanya masih dalam skala rumah tangga.

4. Perikanan

Bagi desa yang terletak di pesisir atau dekat sungai dan danau, nelayan menjadi profesi utama warganya. Mereka menangkap ikan di laut atau budidaya ikan air tawar.

5. Kerajinan

Beberapa desa memiliki sentra kerajinan tradisional seperti anyaman, gerabah, batik, atau ukiran kayu. Produk kerajinan ini menjadi sumber penghasilan tambahan.

6. Perdagangan kecil

Warung kelontong, pedagang sayur keliling, atau penjual makanan tradisional juga banyak ditemui di desa sebagai mata pencaharian sampingan.

7. Buruh tani

Bagi warga yang tidak memiliki lahan sendiri, menjadi buruh tani musiman adalah pilihan mata pencaharian yang umum.

8. Pegawai desa

Sebagian kecil penduduk desa bekerja sebagai perangkat desa atau pegawai di kantor-kantor pemerintahan desa.

Sistem mata pencaharian di desa umumnya masih bersifat tradisional dan bergantung pada kondisi alam. Penghasilan warga desa cenderung tidak menentu karena dipengaruhi musim dan harga komoditas. Namun seiring perkembangan, beberapa desa mulai mengembangkan sektor ekonomi kreatif dan pariwisata sebagai sumber penghasilan baru.

Pola Pemukiman Masyarakat Desa

Pola pemukiman masyarakat desa memiliki karakteristik yang khas, mencerminkan kondisi geografis dan sosial budaya setempat. Beberapa ciri pola pemukiman di desa antara lain:

1. Mengelompok

Rumah-rumah penduduk cenderung mengelompok membentuk suatu perkampungan. Pola ini memudahkan interaksi sosial dan gotong royong antar warga.

2. Linier

Di beberapa desa, pemukiman membentuk pola memanjang mengikuti jalan atau aliran sungai. Pola ini umum dijumpai di desa-desa yang terletak di sepanjang jalan raya atau daerah aliran sungai.

3. Menyebar

Pada desa-desa yang memiliki topografi berbukit atau lahan pertanian yang luas, pemukiman penduduk cenderung menyebar. Jarak antar rumah relatif berjauhan.

4. Memusat

Beberapa desa memiliki pola pemukiman yang memusat di sekitar fasilitas umum seperti balai desa, masjid, atau pasar. Pola ini memudahkan akses warga ke pusat kegiatan desa.

5. Arsitektur tradisional

Banyak rumah di desa yang masih mempertahankan arsitektur tradisional khas daerah setempat. Penggunaan bahan bangunan lokal seperti kayu atau bambu masih umum dijumpai.

6. Halaman luas

Rumah-rumah di desa umumnya memiliki halaman yang luas. Halaman ini sering dimanfaatkan untuk menanam tanaman, memelihara ternak, atau tempat bermain anak-anak.

7. Sanitasi sederhana

Sistem sanitasi di desa masih relatif sederhana. Banyak rumah yang belum memiliki kamar mandi atau WC di dalam rumah. Sumber air bersih umumnya dari sumur atau mata air.

8. Jalan setapak

Akses antar rumah di desa sering berupa jalan setapak atau jalan tanah. Jalan beraspal hanya ada di jalan-jalan utama desa.

9. Ruang terbuka

Desa biasanya memiliki ruang terbuka yang luas seperti lapangan, alun-alun, atau tanah kosong yang sering digunakan untuk kegiatan bersama warga.

10. Batas alam

Batas antar rumah atau lahan di desa sering menggunakan batas alam seperti pagar tanaman, parit, atau batu-batuan.

Pola pemukiman di desa mencerminkan kearifan lokal dalam beradaptasi dengan kondisi alam dan memelihara kebersamaan antar warga. Meski demikian, seiring perkembangan, banyak desa yang mulai mengadopsi pola pemukiman modern terutama di daerah yang dekat dengan kota.

Sistem Pendidikan di Masyarakat Desa

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat desa. Meski masih menghadapi berbagai keterbatasan, sistem pendidikan di desa terus mengalami perkembangan. Beberapa karakteristik pendidikan di masyarakat desa antara lain:

1. Fasilitas terbatas

Sarana dan prasarana pendidikan di desa umumnya masih terbatas. Banyak sekolah yang kekurangan ruang kelas, alat peraga, atau fasilitas penunjang lainnya.

2. Tenaga pengajar kurang

Desa sering mengalami kekurangan guru, terutama untuk mata pelajaran tertentu. Banyak guru yang enggan ditempatkan di desa terpencil.

3. Pendidikan informal

Selain pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal melalui keluarga dan masyarakat masih berperan penting di desa. Anak-anak belajar keterampilan hidup dan nilai-nilai sosial dari orangtua dan lingkungan.

4. Pendidikan agama

Pendidikan agama mendapat porsi yang besar dalam sistem pendidikan di desa. Banyak desa yang memiliki madrasah atau pesantren.

5. Putus sekolah

Angka putus sekolah di desa masih relatif tinggi. Faktor ekonomi dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan menjadi penyebab utama.

6. Minat melanjutkan studi rendah

Banyak lulusan SMP atau SMA di desa yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Mereka lebih memilih bekerja untuk membantu ekonomi keluarga.

7. Pendidikan vokasi

Beberapa desa mulai mengembangkan pendidikan vokasi atau keterampilan yang sesuai dengan potensi lokal, seperti pertanian, peternakan, atau kerajinan.

8. Peran tokoh masyarakat

Tokoh masyarakat seperti kepala desa atau tokoh agama berperan penting dalam mendorong kesadaran pendidikan di desa.

9. Program pemerintah

Berbagai program pemerintah seperti BOS, beasiswa, atau pembangunan sekolah satu atap mulai meningkatkan akses pendidikan di desa.

10. Teknologi informasi

Perkembangan teknologi informasi mulai membuka akses pendidikan yang lebih luas bagi masyarakat desa, meski masih terkendala infrastruktur.

Meski menghadapi berbagai tantangan, kesadaran akan pentingnya pendidikan di masyarakat desa terus meningkat. Perbaikan sistem pendidikan di desa menjadi kunci penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mendorong kemajuan desa.

Sistem Kepercayaan dan Keagamaan di Desa

Aspek kepercayaan dan keagamaan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat desa. Sistem kepercayaan dan praktik keagamaan di desa memiliki beberapa karakteristik khas, antara lain:

1. Kental dengan tradisi

Praktik keagamaan di desa sering berbaur dengan tradisi dan adat istiadat setempat. Ritual-ritual keagamaan seringkali mengandung unsur-unsur budaya lokal.

2. Peran tokoh agama

Tokoh agama seperti kyai, pendeta, atau pemuka adat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat desa. Mereka tidak hanya menjadi pemimpin spiritual, tapi juga sering dimintai pendapat dalam berbagai aspek kehidupan.

3. Tempat ibadah sebagai pusat kegiatan

Masjid, gereja, pura, atau tempat ibadah lainnya tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah, tapi juga menjadi pusat kegiatan sosial dan pendidikan masyarakat desa.

4. Toleransi beragama

Meski umumnya homogen, banyak desa yang memiliki keragaman agama. Toleransi dan kerukunan antar umat beragama umumnya terjaga dengan baik di desa.

5. Sinkretisme

Di beberapa desa, masih dijumpai praktik sinkretisme atau percampuran antara ajaran agama resmi dengan kepercayaan lokal atau animisme.

6. Upacara adat

Berbagai upacara adat yang berkaitan dengan siklus hidup seperti kelahiran, pernikahan, atau kematian sering mengandung unsur-unsur keagamaan.

7. Pendidikan agama

Pendidikan agama mendapat porsi yang besar dalam sistem pendidikan di desa. Banyak desa yang memiliki madrasah, pesantren, atau sekolah minggu.

8. Gotong royong keagamaan

Kegiatan gotong royong dalam membangun atau merenovasi tempat ibadah masih sangat kental di desa. Hal ini menjadi wujud kebersamaan antar warga.

9. Perayaan hari besar

Perayaan hari besar keagamaan menjadi momen penting dalam kehidupan masyarakat desa. Acara-acara seperti Idul Fitri, Natal, atau Nyepi dirayakan secara meriah dengan melibatkan seluruh warga.

10. Kepercayaan pada hal-hal gaib

Meski menganut agama resmi, sebagian masyarakat desa masih mempercayai hal-hal gaib seperti roh leluhur, tempat-tempat keramat, atau kekuatan supranatural.

Sistem kepercayaan dan keagamaan di desa tidak hanya berfungsi sebagai pedoman spiritual, tapi juga menjadi perekat sosial dan identitas budaya masyarakat. Meski demikian, seiring perkembangan zaman, praktik keagamaan di desa juga mulai mengalami perubahan terutama di kalangan generasi muda.

Perbedaan Masyarakat Desa dan Kota

Masyarakat desa dan kota memiliki karakteristik yang berbeda dalam berbagai aspek kehidupan. Beberapa perbedaan mencolok antara masyarakat desa dan kota antara lain:

1. Mata pencaharian

Masyarakat desa umumnya bekerja di sektor agraris seperti pertanian, peternakan, atau perikanan. Sementara masyarakat kota lebih banyak bekerja di sektor industri, perdagangan, dan jasa.

2. Hubungan sosial

Interaksi sosial di desa lebih akrab dan kekeluargaan. Di kota, hubungan antar individu cenderung lebih formal dan individualis.

3. Nilai-nilai tradisi

Masyarakat desa masih memegang teguh nilai-nilai tradisi dan adat istiadat. Masyarakat kota lebih terbuka terhadap perubahan dan nilai-nilai modern.

4. Gaya hidup

Gaya hidup masyarakat desa cenderung sederhana dan apa adanya. Masyarakat kota memiliki gaya hidup yang lebih kompleks dan konsumtif.

5. Tingkat pendidikan

Rata-rata tingkat pendidikan masyarakat kota lebih tinggi dibanding masyarakat desa. Akses ke pendidikan tinggi lebih mudah di kota.

6. Teknologi

Penggunaan teknologi di kota jauh lebih maju dan meluas dibanding di desa. Masyarakat kota lebih cepat mengadopsi teknologi baru.

7. Lapangan kerja

Lapangan kerja di kota lebih beragam dan spesifik. Di desa, pilihan pekerjaan lebih terbatas dan umumnya masih tradisional.

8. Mobilitas

Mobilitas masyarakat kota jauh lebih tinggi dibanding masyarakat desa. Perpindahan penduduk lebih sering terjadi di kota.

9. Kepadatan penduduk

Kota memiliki kepadatan penduduk yang jauh lebih tinggi dibanding desa. Lahan di kota lebih terbatas dan mahal.

10. Fasilitas publik

Fasilitas publik di kota jauh lebih lengkap dan modern dibanding di desa. Akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan hiburan lebih mudah di kota.

Meski demikian, perbedaan antara desa dan kota semakin mengabur seiring perkembangan zaman. Banyak desa yang mulai mengadopsi gaya hidup perkotaan, sementara beberapa kota berusaha mengembalikan nilai-nilai tradisional yang hilang. Pemahaman akan perbedaan ini penting dalam merumuskan kebijakan pembangunan yang sesuai untuk masing-masing wilayah.

Tantangan dan Peluang Pembangunan Desa

Pembangunan desa menghadapi berbagai tantangan sekaligus membuka peluang baru. Beberapa tantangan dan peluang dalam pembangunan desa antara lain:

Tantangan:

  • Keterbatasan infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, dan air bersih
  • Rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat terbatasnya akses pendidikan
  • Ketergantungan pada sektor pertanian yang rentan terhadap perubahan iklim
  • Urbanisasi yang menyebabkan berkurangnya tenaga kerja produktif di desa
  • Kesenjangan digital yang menghambat akses informasi dan teknologi
  • Keterbatasan modal untuk pengembangan usaha
  • Degradasi lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam
  • Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan

Peluang:

  • Pengembangan agrowisata dan ekowisata berbasis potensi lokal
  • Pemanfaatan energi terbarukan seperti biogas atau tenaga surya
  • Pengembangan industri kreatif berbasis budaya dan kearifan lokal
  • Peningkatan nilai tambah produk pertanian melalui pengolahan pasca panen
  • Pemberdayaan ekonomi desa melalui BUMDes
  • Pemanfaatan teknologi digital untuk pemasaran produk desa
  • Pengembangan desa mandiri pangan dan energi
  • Revitalisasi kearifan lokal untuk pelestarian lingkungan

Pembangunan desa perlu memperhatikan karakteristik dan potensi lokal agar berkelanjutan. Pendekatan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat menjadi kunci keberhasilan pembangunan desa di era modern.

Kesimpulan

Masyarakat pedesaan memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari masyarakat perkotaan. Ciri-ciri seperti kehidupan yang masih tradisional, ketergantungan pada sektor agraris, kuatnya ikatan sosial, serta masih dijunjungnya nilai-nilai adat istiadat menjadi identitas khas masyarakat desa. Meski menghadapi berbagai tantangan pembangunan, desa juga menyimpan potensi besar untuk dikembangkan.

Seiring perkembangan zaman, banyak aspek kehidupan masyarakat desa yang mulai mengalami perubahan. Modernisasi, kemajuan teknologi, dan program pembangunan pemerintah membawa dampak signifikan bagi kehidupan di pedesaan. Meski demikian, nilai-nilai luhur seperti gotong royong, kebersamaan, dan kearifan lokal tetap dipertahankan sebagai jati diri masyarakat desa.

Memahami karakteristik masyarakat pedesaan menjadi penting dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan yang tepat sasaran. Pembangunan desa ke depan perlu memadukan unsur modernitas dengan kearifan lokal agar tercipta desa yang maju namun tetap berkarakter. Dengan pendekatan yang tepat, desa bisa menjadi pilar penting dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya