DBF adalah Metode Menyusui Langsung: Manfaat dan Tips untuk Ibu dan Bayi

DBF atau direct breastfeeding adalah metode menyusui langsung dari payudara ibu. Ketahui manfaat dan tips DBF untuk kesehatan ibu dan bayi.

oleh Ayu Isti Prabandari diperbarui 11 Feb 2025, 14:43 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 14:43 WIB
dbf adalah
dbf adalah ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya
Daftar Isi

Pengertian DBF (Direct Breastfeeding)

Liputan6.com, Jakarta DBF atau Direct Breastfeeding adalah metode pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara langsung dari payudara ibu ke mulut bayi, tanpa menggunakan perantara seperti botol susu atau dot. Metode ini merupakan cara alami dan paling dianjurkan untuk memberikan nutrisi terbaik bagi bayi, terutama pada 6 bulan pertama kehidupannya.

Dalam praktiknya, DBF melibatkan kontak langsung antara ibu dan bayi, di mana bayi menghisap puting susu ibu untuk mendapatkan ASI. Proses ini tidak hanya memberikan asupan gizi yang optimal, tetapi juga menciptakan ikatan emosional yang kuat antara ibu dan anak.

DBF dianggap sebagai metode menyusui yang paling efektif karena beberapa alasan:

  • ASI langsung dari payudara memiliki suhu yang tepat untuk bayi
  • Komposisi ASI dapat berubah sesuai kebutuhan bayi saat itu
  • Mengurangi risiko kontaminasi yang mungkin terjadi saat menggunakan botol
  • Membantu mengatur produksi ASI sesuai permintaan bayi
  • Meningkatkan ikatan emosional antara ibu dan bayi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif melalui metode DBF selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih dengan penambahan makanan pendamping ASI yang sesuai.

Manfaat DBF bagi Bayi

Direct Breastfeeding (DBF) memberikan berbagai manfaat signifikan bagi kesehatan dan perkembangan bayi. Berikut adalah penjelasan detail mengenai manfaat-manfaat tersebut:

1. Nutrisi Optimal

ASI yang diberikan melalui DBF mengandung komposisi nutrisi yang sempurna dan seimbang untuk bayi. Kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral dalam ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada setiap tahap pertumbuhannya. Lebih lanjut, komposisi ASI dapat berubah selama proses menyusui untuk memenuhi kebutuhan spesifik bayi saat itu.

2. Sistem Kekebalan Tubuh yang Kuat

DBF memungkinkan transfer antibodi dan sel-sel kekebalan tubuh dari ibu ke bayi secara langsung. Kolostrum, ASI yang diproduksi pada hari-hari pertama setelah kelahiran, kaya akan antibodi dan sel-sel kekebalan yang membantu melindungi bayi dari berbagai infeksi. Bayi yang mendapatkan ASI melalui DBF memiliki risiko lebih rendah terkena infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga, dan diare.

3. Perkembangan Otak yang Optimal

ASI mengandung asam lemak esensial seperti DHA dan AA yang penting untuk perkembangan otak dan sistem saraf bayi. Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI melalui DBF cenderung memiliki skor IQ yang lebih tinggi dan perkembangan kognitif yang lebih baik di kemudian hari.

4. Pencernaan yang Sehat

ASI lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi dibandingkan dengan susu formula. DBF membantu menjaga keseimbangan mikrobiota usus bayi, yang penting untuk kesehatan pencernaan dan sistem kekebalan tubuh. Bayi yang disusui dengan metode DBF juga memiliki risiko lebih rendah mengalami sembelit, diare, dan alergi makanan.

5. Perkembangan Rahang dan Gigi yang Baik

Proses menghisap saat DBF membantu perkembangan otot-otot rahang dan wajah bayi. Hal ini berkontribusi pada pembentukan struktur mulut yang baik, yang dapat mengurangi risiko masalah gigi dan rahang di masa depan, seperti maloklusi.

6. Regulasi Suhu Tubuh

DBF membantu bayi mengatur suhu tubuhnya dengan lebih baik. Kontak kulit-ke-kulit selama menyusui membantu menjaga kehangatan bayi, yang sangat penting terutama untuk bayi prematur atau bayi dengan berat badan lahir rendah.

7. Penurunan Risiko Penyakit Kronis

Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI melalui DBF memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami berbagai penyakit kronis di kemudian hari, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.

8. Perkembangan Emosional yang Sehat

DBF menciptakan ikatan emosional yang kuat antara ibu dan bayi. Kontak fisik dan kedekatan selama menyusui membantu bayi merasa aman dan nyaman, yang penting untuk perkembangan emosional yang sehat.

Dengan berbagai manfaat tersebut, DBF tidak hanya memberikan nutrisi terbaik bagi bayi, tetapi juga mendukung perkembangan fisik, kognitif, dan emosional yang optimal. Oleh karena itu, para ahli kesehatan sangat menganjurkan metode ini sebagai pilihan utama dalam pemberian ASI kepada bayi.

Manfaat DBF bagi Ibu

Direct Breastfeeding (DBF) tidak hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga memberikan berbagai keuntungan bagi kesehatan dan kesejahteraan ibu. Berikut adalah penjelasan detail mengenai manfaat-manfaat DBF bagi ibu:

1. Pemulihan Pasca Melahirkan yang Lebih Cepat

Menyusui dengan metode DBF merangsang produksi hormon oksitosin, yang membantu rahim berkontraksi dan kembali ke ukuran normalnya lebih cepat setelah melahirkan. Proses ini juga membantu mengurangi perdarahan pasca melahirkan dan mempercepat penyembuhan luka operasi caesar bagi ibu yang melahirkan secara operasi.

2. Penurunan Berat Badan

DBF membantu ibu menurunkan berat badan pasca melahirkan dengan lebih efektif. Proses memproduksi ASI dan menyusui membutuhkan energi yang cukup besar, sehingga membantu membakar kalori lebih banyak. Ibu yang melakukan DBF cenderung lebih cepat kembali ke berat badan sebelum kehamilan dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui.

3. Mengurangi Risiko Kanker

Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui dengan metode DBF memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami kanker payudara dan kanker ovarium. Semakin lama durasi menyusui, semakin besar pula efek perlindungannya terhadap risiko kanker ini.

4. Meningkatkan Kesehatan Tulang

Meskipun selama menyusui terjadi penurunan kepadatan tulang sementara, dalam jangka panjang, ibu yang menyusui dengan DBF cenderung memiliki kepadatan tulang yang lebih tinggi dan risiko osteoporosis yang lebih rendah setelah menopause.

5. Mengatur Jarak Kehamilan

DBF dapat berfungsi sebagai metode kontrasepsi alami yang dikenal dengan Metode Amenore Laktasi (MAL). Menyusui secara eksklusif dan sering dapat menunda ovulasi, membantu mengatur jarak kehamilan secara alami.

6. Meningkatkan Kesehatan Mental

Hormon yang dilepaskan selama DBF, seperti oksitosin dan prolaktin, memiliki efek menenangkan pada ibu. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko depresi pasca melahirkan dan meningkatkan ikatan emosional antara ibu dan bayi.

7. Menghemat Biaya dan Waktu

DBF lebih ekonomis dibandingkan dengan pemberian susu formula. Selain itu, DBF juga menghemat waktu karena tidak perlu menyiapkan botol, mengukur susu formula, atau mensterilkan peralatan menyusui.

8. Mengurangi Risiko Penyakit Kronis

Ibu yang menyusui dengan metode DBF memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung di kemudian hari.

9. Meningkatkan Produksi ASI

DBF membantu merangsang produksi ASI secara alami. Semakin sering bayi menyusu langsung dari payudara, semakin banyak ASI yang diproduksi, sesuai dengan kebutuhan bayi.

10. Mengurangi Risiko Mastitis

Menyusui secara langsung dan teratur dapat membantu mencegah pembengkakan payudara dan mengurangi risiko mastitis, suatu kondisi peradangan pada payudara yang dapat menyebabkan rasa sakit dan demam.

Dengan berbagai manfaat tersebut, DBF tidak hanya memberikan keuntungan jangka pendek bagi kesehatan ibu, tetapi juga memberikan perlindungan jangka panjang terhadap berbagai penyakit. Oleh karena itu, para ahli kesehatan sangat mendorong ibu untuk memilih metode DBF dalam memberikan ASI kepada bayinya.

Tips Melakukan DBF dengan Nyaman

Menyusui dengan metode Direct Breastfeeding (DBF) mungkin terasa menantang bagi ibu baru, tetapi dengan tips dan teknik yang tepat, proses ini dapat menjadi pengalaman yang nyaman dan menyenangkan. Berikut adalah beberapa tips untuk melakukan DBF dengan nyaman:

1. Posisi Menyusui yang Tepat

Memilih posisi menyusui yang tepat sangat penting untuk kenyamanan ibu dan bayi. Beberapa posisi yang umum digunakan antara lain:

  • Posisi menggendong (cradle hold): Bayi berbaring menyamping menghadap ibu, dengan kepala berada di lengkungan siku ibu.
  • Posisi football hold: Bayi ditempatkan di samping ibu dengan kaki mengarah ke belakang dan kepala ditopang oleh tangan ibu.
  • Posisi berbaring menyamping: Ibu dan bayi berbaring menyamping saling berhadapan.

Cobalah berbagai posisi untuk menemukan yang paling nyaman bagi Anda dan bayi.

2. Pelekatan (Latch) yang Benar

Pelekatan yang benar sangat penting untuk mencegah nyeri puting dan memastikan bayi mendapatkan cukup ASI. Pastikan:

  • Mulut bayi terbuka lebar
  • Bibir bayi terlipat keluar
  • Dagu bayi menyentuh payudara
  • Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi

3. Persiapkan Lingkungan yang Nyaman

Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk menyusui. Gunakan kursi yang nyaman dengan sandaran yang baik, atau tempat tidur dengan bantal untuk menopang punggung dan lengan Anda.

4. Gunakan Bantal Menyusui

Bantal menyusui dapat membantu menopang bayi dan mengurangi ketegangan pada lengan, bahu, dan punggung ibu selama menyusui.

5. Pakaian yang Tepat

Pilih pakaian yang mudah dibuka untuk menyusui, seperti bra khusus menyusui dan baju dengan kancing depan. Ini akan memudahkan akses ke payudara tanpa harus melepas seluruh pakaian.

6. Jaga Hidrasi dan Nutrisi

Menyusui membutuhkan banyak energi dan cairan. Pastikan Anda minum cukup air dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga produksi ASI dan kesehatan Anda.

7. Manajemen Waktu Menyusui

Menyusui sesuai permintaan bayi (on demand) adalah cara terbaik untuk memastikan produksi ASI yang cukup. Namun, jika Anda merasa kewalahan, cobalah untuk membuat jadwal menyusui yang fleksibel.

8. Perawatan Payudara

Jaga kebersihan payudara dan hindari penggunaan sabun pada puting. Setelah menyusui, biarkan sedikit ASI mengering di puting untuk melindungi kulit. Gunakan krim puting jika diperlukan untuk mencegah kekeringan dan pecah-pecah.

9. Relaksasi

Stres dapat mengganggu aliran ASI. Cobalah teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau mendengarkan musik yang menenangkan saat menyusui.

10. Dukungan

Jangan ragu untuk mencari dukungan dari pasangan, keluarga, atau konsultan laktasi jika Anda mengalami kesulitan. Bergabung dengan kelompok pendukung menyusui juga bisa sangat membantu.

11. Perhatikan Tanda-tanda Bayi Cukup ASI

Pastikan bayi Anda mendapatkan cukup ASI dengan memperhatikan tanda-tanda seperti:

  • Bayi buang air kecil 6-8 kali sehari
  • Bayi buang air besar secara teratur
  • Bayi terlihat puas setelah menyusu
  • Berat badan bayi meningkat sesuai dengan kurva pertumbuhan

12. Hindari Penggunaan Dot atau Empeng

Penggunaan dot atau empeng pada minggu-minggu awal dapat mengganggu proses menyusui. Sebaiknya hindari penggunaannya sampai proses menyusui sudah berjalan dengan baik.

Dengan menerapkan tips-tips di atas, diharapkan proses DBF dapat berjalan dengan lebih nyaman dan menyenangkan bagi ibu dan bayi. Ingatlah bahwa setiap pengalaman menyusui adalah unik, jadi jangan ragu untuk menyesuaikan tips ini dengan kebutuhan Anda dan bayi Anda.

Perbedaan DBF dengan Metode Menyusui Lainnya

Meskipun Direct Breastfeeding (DBF) dianggap sebagai metode menyusui yang paling alami dan direkomendasikan, ada beberapa metode lain yang mungkin digunakan oleh ibu dalam situasi tertentu. Berikut adalah perbandingan antara DBF dan metode menyusui lainnya:

1. DBF vs Pumping (Memompa ASI)

Pumping atau memompa ASI adalah metode di mana ibu menggunakan alat pompa untuk mengeluarkan ASI, yang kemudian diberikan kepada bayi menggunakan botol.

Perbedaan utama:

  • DBF memberikan ASI langsung dari payudara, sementara pumping memerlukan peralatan tambahan.
  • DBF memungkinkan bayi mengatur sendiri jumlah ASI yang dibutuhkan, sedangkan dengan pumping, jumlah ASI ditentukan oleh pemberi.
  • DBF merangsang produksi ASI lebih efektif karena langsung merespons kebutuhan bayi.
  • Pumping memungkinkan orang lain untuk memberi makan bayi, yang bisa membantu ibu beristirahat atau kembali bekerja.

2. DBF vs Susu Formula

Susu formula adalah alternatif buatan untuk ASI yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

Perbedaan utama:

  • DBF memberikan ASI yang komposisinya berubah sesuai kebutuhan bayi, sementara susu formula memiliki komposisi tetap.
  • ASI melalui DBF mengandung antibodi dan sel-sel kekebalan yang tidak ada dalam susu formula.
  • DBF lebih ekonomis dibandingkan dengan susu formula.
  • Susu formula mungkin diperlukan dalam situasi di mana ibu tidak dapat menyusui karena alasan medis atau produksi ASI yang tidak mencukupi.

3. DBF vs Supplemental Nursing System (SNS)

SNS adalah metode di mana tabung tipis ditempatkan di samping puting ibu, menyalurkan ASI atau susu formula tambahan saat bayi menyusu langsung dari payudara.

Perbedaan utama:

  • DBF hanya menggunakan ASI langsung dari payudara, sementara SNS dapat menggunakan ASI atau susu formula tambahan.
  • SNS dapat membantu ibu dengan produksi ASI yang rendah untuk tetap menyusui langsung.
  • DBF lebih sederhana dan tidak memerlukan peralatan tambahan seperti SNS.

4. DBF vs Cup Feeding

Cup feeding adalah metode pemberian ASI atau susu formula menggunakan cangkir kecil khusus, biasanya digunakan untuk bayi prematur atau bayi yang kesulitan menyusu langsung.

Perbedaan utama:

  • DBF melibatkan kontak langsung antara mulut bayi dan payudara ibu, sementara cup feeding menggunakan perantara cangkir.
  • Cup feeding dapat digunakan sebagai metode sementara sebelum bayi siap untuk DBF.
  • DBF membantu perkembangan otot-otot mulut dan rahang bayi lebih baik dibandingkan cup feeding.

5. DBF vs Finger Feeding

Finger feeding adalah metode di mana ASI atau susu formula diberikan melalui tabung yang ditempatkan di samping jari, biasanya digunakan untuk bayi yang kesulitan menyusu langsung atau sebagai metode transisi.

Perbedaan utama:

  • DBF melibatkan kontak langsung dengan payudara, sementara finger feeding menggunakan jari sebagai pengganti puting.
  • Finger feeding dapat membantu bayi belajar menghisap sebelum beralih ke DBF.
  • DBF lebih alami dan tidak memerlukan peralatan tambahan seperti finger feeding.

Meskipun ada berbagai metode alternatif, DBF tetap dianggap sebagai metode terbaik untuk menyusui bayi karena manfaatnya yang luas bagi kesehatan ibu dan bayi, serta kemampuannya dalam membangun ikatan emosional yang kuat. Namun, dalam situasi tertentu, metode lain mungkin diperlukan sebagai pelengkap atau alternatif sementara. Penting bagi ibu untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan atau konsultan laktasi untuk menentukan metode menyusui yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.

Kapan Sebaiknya Melakukan DBF?

Direct Breastfeeding (DBF) sebaiknya dimulai sesegera mungkin setelah kelahiran dan dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan bayi. Berikut adalah panduan mengenai kapan sebaiknya melakukan DBF:

1. Segera Setelah Kelahiran

Idealnya, DBF dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran, yang dikenal sebagai "golden hour". Ini penting karena:

  • Membantu merangsang produksi kolostrum, ASI pertama yang kaya akan antibodi.
  • Meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi.
  • Membantu rahim berkontraksi, mengurangi risiko perdarahan pasca melahirkan.
  • Membantu mengatur suhu tubuh bayi.

2. Menyusui Sesuai Permintaan (On-Demand)

Setelah periode awal, sebaiknya menyusui dilakukan sesuai permintaan bayi, yang biasanya berarti:

  • 8-12 kali dalam 24 jam untuk bayi baru lahir.
  • Setiap 2-3 jam selama siang hari dan setiap 3-4 jam pada malam hari.
  • Lebih sering selama periode pertumbuhan pesat (growth spurts).

3. Saat Bayi Menunjukkan Tanda-tanda Lapar

Penting untuk mengenali dan merespons tanda-tanda lapar bayi, seperti:

  • Menggerakkan kepala mencari payudara (rooting).
  • Membuka mulut dan menjulurkan lidah.
  • Menghisap tangan atau jari.
  • Gelisah atau rewel.

4. Selama Malam Hari

Menyusui pada malam hari penting karena:

  • Membantu mempertahankan produksi ASI.
  • Memberikan nutrisi penting bagi bayi yang sedang tumbuh.
  • Membantu bayi tidur lebih nyenyak.

5. Saat Bayi Sakit

DBF sangat penting saat bayi sakit karena:

  • ASI mengandung antibodi yang membantu melawan infeksi.
  • Menyusui memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi bayi yang sakit.
  • Membantu mencegah dehidrasi, terutama jika bayi mengalami diare atau demam.

6. Selama Periode Pertumbuhan Pesat

Bayi mengalami periode pertumbuhan pesat pada usia sekitar 2-3 minggu, 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan. Selama periode ini:

  • Bayi mungkin ingin menyusu lebih sering.
  • Menyusui lebih sering membantu meningkatkan produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi yang meningkat.

7. Sebelum dan Setelah Imunisasi

Menyusui sebelum, selama, dan setelah imunisasi dapat membantu:

  • Menenangkan bayi dan mengurangi rasa sakit.
  • Meningkatkan efektivitas vaksin melalui transfer antibodi dari ibu ke bayi.

8. Saat Ibu dan Bayi Terpisah

Jika ibu dan bayi terpisah untuk sementara waktu (misalnya, karena ibu bekerja), penting untuk:

  • Menyusui sesegera mungkin setelah bertemu kembali.
  • Memompa ASI secara teratur saat terpisah untuk menjaga produksi ASI.

9. Selama Proses Penyapihan

Saat mulai memperkenalkan makanan padat (sekitar usia 6 bulan), DBF tetap penting:

  • ASI tetap menjadi sumber nutrisi utama hingga usia 1 tahun.
  • Menyusui dapat dilanjutkan bersamaan dengan pemberian makanan padat sesuai rekomendasi WHO hingga usia 2 tahun atau lebih.

Penting untuk diingat bahwa setiap bayi memiliki kebutuhan yang berbeda, dan pola menyusui dapat bervariasi. Ibu sebaiknya menyesuaikan frekuensi dan durasi menyusui dengan kebutuhan individu bayinya, sambil memperhatikan tanda-tanda bahwa bayi mendapatkan cukup ASI, seperti pertambahan berat badan yang sesuai dan jumlah popok basah yang cukup. Jika ada kekhawatiran tentang pola menyusui atau pertumbuhan bayi, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan atau konsultan laktasi.

Mitos dan Fakta Seputar DBF

Seputar Direct Breastfeeding (DBF) atau menyusui langsung, terdapat berbagai mitos yang beredar di masyarakat. Penting untuk membedakan antara mitos dan fakta agar ibu dapat membuat keputusan yang tepat tentang menyusui. Berikut adalah beberapa mitos umum dan fakta sebenarnya tentang DBF:

Mitos 1: Menyusui akan membuat payudara kendur

Fakta: Perubahan bentuk payudara lebih disebabkan oleh faktor kehamilan, usia, genetik, dan perubahan berat badan, bukan karena menyusui. Menyusui sendiri tidak menyebabkan payudara menjadi kendur.

Mitos 2: Ibu dengan payudara kecil tidak dapat memproduksi cukup ASI

Fakta: Ukuran payudara tidak berkorelasi dengan kemampuan memproduksi ASI. Ibu dengan payudara kecil dapat memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya.

Mitos 3: Menyusui sangat menyakitkan

Fak ta: Meskipun mungkin ada ketidaknyamanan di awal, menyusui seharusnya tidak menyakitkan jika dilakukan dengan teknik yang benar. Rasa sakit biasanya menandakan adanya masalah dengan posisi atau pelekatan yang dapat diperbaiki dengan bantuan konsultan laktasi.

Mitos 4: Ibu harus makan makanan khusus untuk memproduksi ASI berkualitas

Fakta: Meskipun penting bagi ibu menyusui untuk menjaga pola makan sehat dan seimbang, tidak ada makanan khusus yang harus dikonsumsi untuk memproduksi ASI berkualitas. Tubuh ibu akan memprioritaskan nutrisi untuk produksi ASI.

Mitos 5: Bayi perlu diberi air putih di samping ASI

Fakta: ASI mengandung cukup air untuk memenuhi kebutuhan cairan bayi. Bayi yang disusui eksklusif tidak memerlukan air tambahan, bahkan di cuaca panas.

Mitos 6: Menyusui tidak bisa dilakukan jika ibu sedang sakit

Fakta: Dalam kebanyakan kasus, ibu yang sakit tetap dapat menyusui. ASI mengandung antibodi yang dapat membantu melindungi bayi dari penyakit yang diderita ibu. Namun, konsultasikan dengan dokter untuk kasus-kasus tertentu.

Mitos 7: ASI yang diproduksi di awal tidak cukup untuk bayi

Fakta: Kolostrum, ASI yang diproduksi di awal, sangat kaya nutrisi dan antibodi. Meskipun jumlahnya sedikit, kolostrum cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir.

Mitos 8: Menyusui membuat ibu sulit menurunkan berat badan

Fakta: Sebaliknya, menyusui dapat membantu ibu menurunkan berat badan pasca melahirkan karena membakar kalori ekstra.

Mitos 9: Bayi perlu dijadwalkan untuk menyusu

Fakta: Menyusui sesuai permintaan (on-demand) lebih dianjurkan karena membantu mengatur produksi ASI sesuai kebutuhan bayi dan mendukung pertumbuhan optimal.

Mitos 10: Ibu yang bekerja tidak bisa melakukan DBF

Fakta: Ibu yang bekerja tetap bisa melakukan DBF saat bersama bayi dan mengkombinasikannya dengan pemberian ASI perah saat terpisah. Banyak tempat kerja kini menyediakan fasilitas untuk ibu menyusui.

Mitos 11: ASI yang keluar sedikit berarti kualitasnya rendah

Fakta: Jumlah ASI yang keluar tidak menentukan kualitasnya. ASI tetap mengandung nutrisi penting meskipun jumlahnya sedikit. Kualitas ASI tetap terjaga selama ibu menjaga pola makan sehat.

Mitos 12: Menyusui akan membuat bayi menjadi tergantung dan sulit disapih

Fakta: Menyusui justru membangun rasa aman dan percaya diri pada bayi. Proses penyapihan dapat dilakukan secara bertahap dan alami tanpa menimbulkan trauma pada bayi.

Mitos 13: Ibu dengan implan payudara tidak bisa menyusui

Fakta: Kebanyakan ibu dengan implan payudara masih bisa menyusui. Implan biasanya tidak mengganggu jaringan kelenjar susu. Namun, konsultasikan dengan dokter untuk kasus-kasus tertentu.

Mitos 14: Bayi yang sering menyusu di malam hari berarti ASI ibu tidak cukup

Fakta: Menyusu di malam hari adalah hal yang normal dan membantu mempertahankan produksi ASI. Ini bukan indikasi bahwa ASI ibu tidak cukup.

Mitos 15: Stress akan menghentikan produksi ASI

Fakta: Meskipun stress dapat mempengaruhi refleks let-down (pengeluaran ASI), umumnya tidak menghentikan produksi ASI secara total. Relaksasi dan dukungan dapat membantu mengatasi masalah ini.

Mitos 16: Ibu harus menghindari makanan tertentu saat menyusui

Fakta: Sebagian besar ibu menyusui dapat makan apa saja. Hanya jika bayi menunjukkan reaksi terhadap makanan tertentu, ibu mungkin perlu menghindarinya. Konsultasikan dengan dokter jika ada kekhawatiran.

Mitos 17: Menyusui mencegah kehamilan secara efektif

Fakta: Meskipun menyusui dapat menunda ovulasi, ini bukan metode kontrasepsi yang 100% efektif. Ibu yang tidak ingin hamil sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi tambahan.

Mitos 18: ASI yang disimpan akan kehilangan nutrisinya

Fakta: ASI yang disimpan dengan benar tetap mempertahankan sebagian besar nutrisinya. Meskipun ada sedikit penurunan dalam beberapa komponen, ASI yang disimpan tetap lebih baik daripada susu formula.

Mitos 19: Bayi yang menyusu terlalu lama akan menjadi obesitas

Fakta: Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang disusui cenderung memiliki risiko obesitas yang lebih rendah di masa dewasa dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.

Mitos 20: Ibu harus berhenti menyusui saat bayi mulai tumbuh gigi

Fakta: Menyusui dapat dilanjutkan meskipun bayi sudah memiliki gigi. Teknik menyusui yang benar dapat mencegah bayi menggigit puting ibu.

Mitos 21: Menyusui akan membuat bayi menjadi manja

Fakta: Menyusui justru membangun ikatan emosional yang kuat antara ibu dan bayi, yang penting untuk perkembangan emosional yang sehat. Ini tidak membuat bayi menjadi manja.

Mitos 22: ASI tidak cukup mengenyangkan untuk bayi yang lebih besar

Fakta: ASI terus berubah komposisinya sesuai dengan kebutuhan bayi yang tumbuh. ASI tetap menjadi sumber nutrisi penting bahkan untuk bayi yang lebih besar.

Mitos 23: Menyusui akan membuat payudara menjadi asimetris

Fakta: Asimetri payudara umumnya disebabkan oleh faktor genetik atau perbedaan produksi ASI antara kedua payudara, bukan karena menyusui itu sendiri.

Mitos 24: Ibu dengan puting datar atau masuk ke dalam tidak bisa menyusui

Fakta: Meskipun mungkin ada tantangan awal, kebanyakan ibu dengan puting datar atau masuk ke dalam tetap bisa menyusui dengan teknik dan bantuan yang tepat.

Mitos 25: Bayi yang sering menyusu berarti ASI ibu kurang bergizi

Fakta: Frekuensi menyusu yang tinggi adalah normal, terutama pada bayi baru lahir. Ini membantu merangsang produksi ASI dan tidak berarti ASI kurang bergizi.

Mitos 26: Menyusui akan membuat ibu kehilangan kalsium dan berisiko osteoporosis

Fakta: Meskipun ada penurunan kepadatan tulang sementara selama menyusui, tubuh ibu akan pulih setelah menyusui berakhir. Jangka panjang, menyusui justru dapat mengurangi risiko osteoporosis.

Mitos 27: Ibu yang menyusui tidak bisa mengonsumsi kafein

Fakta: Ibu menyusui dapat mengonsumsi kafein dalam jumlah moderat (sekitar 200-300 mg per hari). Hanya sebagian kecil kafein yang masuk ke dalam ASI.

Mitos 28: Bayi yang disusui akan sulit menerima botol atau dot

Fakta: Banyak bayi yang disusui dapat beradaptasi dengan botol jika diperkenalkan pada waktu yang tepat. Namun, memang ada beberapa bayi yang mungkin lebih sulit menerima botol.

Mitos 29: Menyusui akan membuat payudara menjadi lebih besar secara permanen

Fakta: Ukuran payudara memang bertambah selama masa kehamilan dan menyusui, tetapi umumnya akan kembali ke ukuran semula setelah menyusui berakhir.

Mitos 30: ASI yang berwarna kekuningan atau kehijauan berarti rusak

Fakta: Warna ASI dapat bervariasi tergantung pada makanan yang dikonsumsi ibu atau waktu menyusui. Perubahan warna ini normal dan tidak berarti ASI rusak.

Mitos 31: Bayi yang disusui akan sulit tidur sepanjang malam

Fakta: Pola tidur bayi lebih dipengaruhi oleh perkembangan dan kebiasaan tidur daripada oleh metode pemberian makan. Banyak bayi yang disusui juga bisa tidur sepanjang malam.

Mitos 32: Menyusui akan membuat ibu lebih sulit kembali bekerja

Fakta: Dengan perencanaan yang baik dan dukungan dari tempat kerja, ibu yang menyusui dapat kembali bekerja sambil tetap memberikan ASI kepada bayinya.

Mitos 33: ASI perah yang dihangatkan kembali tidak baik untuk bayi

Fakta: ASI perah yang disimpan dengan benar dapat dihangatkan kembali dan diberikan kepada bayi. Yang penting adalah mengikuti panduan penyimpanan dan pemanasan yang benar.

Mitos 34: Bayi yang disusui akan lebih sulit untuk disapih

Fakta: Proses penyapihan dapat dilakukan secara bertahap dan alami. Setiap bayi berbeda, dan kesiapan untuk disapih tidak tergantung pada metode pemberian makan.

Mitos 35: Ibu yang menyusui tidak bisa menggunakan kosmetik atau pewarna rambut

Fakta: Sebagian besar produk kosmetik dan pewarna rambut aman digunakan oleh ibu menyusui. Hanya sejumlah kecil bahan kimia yang mungkin diserap ke dalam ASI.

Mitos 36: Menyusui akan membuat ibu lebih sulit untuk hamil lagi

Fakta: Meskipun menyusui dapat menunda ovulasi, banyak ibu yang menyusui tetap bisa hamil. Jika tidak ingin hamil, ibu tetap perlu menggunakan metode kontrasepsi.

Mitos 37: Bayi yang disusui akan lebih rentan terhadap alergi

Fakta: Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa menyusui dapat membantu mengurangi risiko alergi pada bayi, terutama jika ada riwayat alergi dalam keluarga.

Mitos 38: Ibu yang menyusui harus minum susu untuk memproduksi ASI

Fakta: Meskipun penting bagi ibu menyusui untuk mendapatkan cukup kalsium, tidak ada keharusan untuk minum susu. Kalsium bisa didapatkan dari berbagai sumber makanan lain.

Mitos 39: Menyusui akan membuat ibu lebih sulit untuk menurunkan berat badan

Fakta: Sebaliknya, menyusui dapat membantu ibu menurunkan berat badan pasca melahirkan karena membakar kalori ekstra.

Mitos 40: ASI tidak cukup mengandung zat besi untuk bayi

Fakta: Meskipun kadar zat besi dalam ASI relatif rendah, zat besi dalam ASI lebih mudah diserap oleh bayi dibandingkan dengan zat besi dari sumber lain.

Mitos 41: Menyusui akan membuat payudara menjadi lebih rentan terhadap kanker

Fakta: Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa menyusui dapat mengurangi risiko kanker payudara dan ovarium pada ibu.

Pertanyaan Seputar DBF

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan seputar Direct Breastfeeding (DBF) beserta jawabannya:

1. Apakah DBF menyakitkan?

Jawaban: Menyusui seharusnya tidak menyakitkan. Jika ada rasa sakit, biasanya disebabkan oleh posisi atau pelekatan yang kurang tepat. Konsultasikan dengan konsultan laktasi untuk mendapatkan bantuan.

2. Berapa lama sebaiknya bayi disusui dalam satu sesi?

Jawaban: Tidak ada durasi yang pasti. Biarkan bayi menyusu sampai puas. Biasanya berkisar antara 10-45 menit per sesi, tergantung usia dan kebutuhan bayi.

3. Bagaimana cara mengetahui apakah bayi mendapat cukup ASI?

Jawaban: Tanda-tanda bayi mendapat cukup ASI meliputi: pertambahan berat badan yang sesuai, 6-8 popok basah per hari, dan bayi terlihat puas setelah menyusu.

4. Apakah ibu perlu makan makanan khusus saat menyusui?

Jawaban: Tidak ada makanan khusus yang harus dimakan. Namun, penting bagi ibu untuk menjaga pola makan seimbang dan minum cukup air.

5. Bisakah ibu menyusui saat sedang sakit?

Jawaban: Dalam kebanyakan kasus, ibu tetap bisa menyusui saat sakit. ASI mengandung antibodi yang dapat membantu melindungi bayi. Namun, konsultasikan dengan dokter untuk kasus-kasus tertentu.

6. Apakah bayi perlu diberi air putih selain ASI?

Jawaban: Bayi yang disusui eksklusif tidak memerlukan air tambahan, bahkan di cuaca panas. ASI sudah mengandung cukup air untuk memenuhi kebutuhan bayi.

7. Bagaimana cara meningkatkan produksi ASI?

Jawaban: Cara meningkatkan produksi ASI meliputi: menyusui lebih sering, memastikan pelekatan yang benar, menjaga hidrasi, dan istirahat yang cukup.

8. Apakah ibu yang bekerja masih bisa melakukan DBF?

Jawaban: Ya, ibu yang bekerja tetap bisa melakukan DBF saat bersama bayi dan mengkombinasikannya dengan pemberian ASI perah saat terpisah.

9. Bagaimana cara mengatasi puting lecet saat menyusui?

Jawaban: Puting lecet biasanya disebabkan oleh pelekatan yang kurang tepat. Perbaiki posisi menyusui, oleskan ASI pada puting setelah menyusui, dan gunakan pelembab puting khusus jika diperlukan.

10. Apakah bayi bisa alergi terhadap ASI?

Jawaban: Sangat jarang bayi alergi terhadap ASI. Namun, bayi mungkin bereaksi terhadap makanan tertentu yang dikonsumsi ibu. Jika dicurigai ada alergi, konsultasikan dengan dokter.

Kesimpulan

Direct Breastfeeding (DBF) atau menyusui langsung merupakan metode pemberian ASI yang paling alami dan direkomendasikan oleh para ahli kesehatan. DBF memberikan berbagai manfaat signifikan bagi ibu dan bayi, mulai dari pemenuhan nutrisi optimal, peningkatan sistem kekebalan tubuh, hingga penguatan ikatan emosional.

Meskipun DBF mungkin menghadirkan tantangan, terutama bagi ibu baru, dengan pemahaman yang tepat, dukungan yang memadai, dan teknik yang benar, sebagian besar ibu dapat berhasil menyusui bayinya. Penting untuk menghilangkan mitos-mitos seputar menyusui dan fokus pada fakta-fakta ilmiah yang mendukung praktik ini.

Setiap pengalaman menyusui adalah unik, dan tidak ada pendekatan "satu ukuran untuk semua". Ibu disarankan untuk mendengarkan tubuh mereka sendiri dan kebutuhan bayi mereka, sambil tetap terbuka untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Dengan memahami manfaat DBF, menerapkan tips-tips praktis, dan mengatasi tantangan yang mungkin muncul, ibu dapat memberikan awal kehidupan yang terbaik bagi bayinya melalui pemberian ASI secara langsung. Ingatlah bahwa menyusui adalah perjalanan, dan setiap langkah menuju keberhasilan menyusui adalah pencapaian yang patut dirayakan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya