Liputan6.com, Bangkok - Sebuah granat dilemparkan ke rumah seorang hakim Mahkamah Konstitusi Thailand. Sehari sebelumnya, sang hakim termasuk dalam majelis yang mengeluarkan keputusan untuk melengserkan Perdana Menteri cantik Yingluck Shinawatra atas dakwaan penyalahgunaan kekuasaan.
"Tidak ada korban, para penyerang sedang berusaha untuk memanaskan situasi agar konflik politik semakin membara. Kantor pusat bank swasta besar Thailand dan pusat penelitian ilmiah juga rusak akibat granat serupa semalam (Rabu 7 Mei malam waktu setempat)," ungkap Kolonel Polisi Kamthorn Auicharoen seperti dimuat Chronicle.com, Kamis (7/5/2014).
Rabu kemarin, pihak mahkamah menyatakan PM cantik Yingluck bersalah karena telah menyalahgunakan kekuasannya dengan memindahkan kepala Dewan Keamanan Nasional pada tahun 2011 ke posisi lain. Perpindahan itu dimaksudkan agar menguntungkan kekuatan politik keluarganya -- tuduhan yang dibantah pihak PM Yingluck.
Baca Juga
Atas keputusan itu, 9 anggota kabinet di bawah kepemiminan PM cantik itu terpaksa mundur. Namun dua lusin lainnya aman, termasuk Wakil Perdana Menteri Niwattumrong Boonsongpaisan --yang diangkat sebagai PM baru.
Advertisement
Yingluck muncul di televisi 2 jam setelah putusan MK, ia mengucapkan terima kasih kepada pendukungnya. Menekankan bahwa ia adalah seorang pemimpin terpilih dan menegaskan dia tidak bersalah.
"Kami berpegang teguh pada prinsip-prinsip kejujuran dalam menjalankan pemerintahan negara, dan tidak pernah bertindak busuk, seperti yang dituduhkan kepada kami," kata PM berusia 46 tahun yang menjabat sebagai PM hampir 3 tahun yang lalu.
Pendukung Yingluck menyerukan unjuk rasa besar hari Sabtu 10 Mei untuk memprotes putusan Mahkamah Konstitusi.
Pemimpin Kaus Merah -- pendukung eks PM Thaksin Shinawatra (kakak Yingluck)-- Jatuporn Prompan mengatakan, demo besar-besaran pada Sabtu akan menunjukkan kekuatan mereka. Upaya lebih lanjut untuk mengusir pemerintah, kata dia, akan bertemu dengan kekuatan pendukungnya.
"Sikap kami sudah jelas," kata Prompan. "Jika ada langkah ilegal ditujukan pada PM, kami akan berjuang. Jika ada kudeta, kami akan melawan."
Sementara pemimpin pengunjuk rasa anti-pemerintah, Suthep Thaugsuban mengatakan kepada pengikutnya bahwa mereka akan menggelar serangan paripurna Jumat 9 Mei. Untuk mencapai tujuan mereka: sepenuhnya mengusir pemerintahan Yingluck. (Ein)