AS Khawatir Barang Bukti di Lokasi Jatuhnya MH17 Dihilangkan

Kerry juga mendesak Rusia segera mengambil langkah untuk menghentikan arus senjata dan tentara bagi separatis pro-Rusia di Ukraina timur.

oleh Rinaldo diperbarui 20 Jul 2014, 11:04 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2014, 11:04 WIB
Proses Evakuasi Jenazah Korban Pesawat MH 17
Korban yang telah dievakuasi selanjutnya dikumpulkan di pinggir jalan. Tampak seorang pria sedang mendata jumlah jenazah (REUTERS/Maxim Zmeyev)

Liputan6.com, Washington - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan negaranya sangat khawatir tentang laporan bahwa ada puing-puing dan jenazah-jenazah dari pesawat Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh yang telah dipindahkan dari lokasi kejadian di Ukraina timur.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan Kerry berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov lewat telepon pada Sabtu kemarin. Kepada Lavrov, Kerry mengatakan AS juga khawatir karena para pemantau Eropa tidak diberi akses memadai ke lokasi kejadian.

Kerry juga kembali mendesak Rusia segera mengambil langkah untuk menghentikan arus senjata dan tentara bagi separatis pro-Rusia di Ukraina timur.

Seperti dilansir VOA, Minggu (20/7/2014), Lavrov menyatakan setuju bahwa semua bukti fisik, termasuk kotak hitam yang penting, harus bisa diakses pihak penyelidik.

Sementara Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond mengatakan tim penyidik internasional tidak mendapat bantuan memadai dari Rusia untuk mengakses lokasi rongsokan pesawat.

Hammond mengatakan bahwa Rusia tidak menggunakan pengaruh mereka secara efektif agar separatis pro-Rusia yang menguasai kawasan itu membuka akses yang diperlukan. Ia mengatakan dunia akan mengamati untuk melihat peran Rusia.

Dalam sebuah percakapan telepon, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel juga sepakat bahwa sebuah komisi independen pimpinan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional harus diberi akses segera ke lokasi kejadian.

Sebelumnya, sejumlah laporan menyebutkan pemberontak telah memindahkan beberapa jenazah dan bukti lainnya sehingga bisa merusak penyelidikan. Namun, seorang pimpinan kelompok pemberontak membantah melakukan hal itu. (Yus)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya