Bom Mobil Mematikan, Mesir Umumkan Keadaan Darurat di Sinai

Mesir mengumumkan keadaan darurat di Sinai Utara itu pada Jumat 24 Oktober 2014 malam.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 25 Okt 2014, 09:39 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2014, 09:39 WIB
Tentara mesir berjaga di Sinai.
Tentara mesir berjaga di Sinai. (BBC)

Liputan6.com, Sinai - Mesir mengumumkan keadaan darurat pada Jumat 24 Oktober 2014 malam. Peraturan baru itu diberlakukan selama tiga bulan di beberapa bagian wilayah bergolak Sinai Utara.

"Keadaan darurat dinyatakan di utara dan tengah semenanjung Sinai --setelah serangan pemboman mobil bunuh diri menewaskan 30 prajurit, mulai dari pukul 03.00 GMT pada Sabtu," demikian pernyataan presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi seperti dikutip dari BBC, Sabtu (25/10/2014).

Pihak Istana Kepresidenan Mesir menjelaskan, 30 prajurit di semenanjung Sinai tewas pada Jumat siang dalam serangan bom mobil bunuh diri.

Selain itu, Presiden Al-Sisi juga memerintahkan pemberlakukan jam malam di daerah di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza.

"Perbatasan Rafah Mesir untuk menyeberang ke Jalur Gaza juga ditutup," demikian disiarkan televisi pemerintah.



Ledakan mobil mematikan tersebut yang ditujukan ke satu pos pemeriksaan keamanan di kota Sheikh Zuweid pada Jumat siang 24 Oktober, telah menewaskan sedikitnya 30 prajurit dan melukai 28 orang. Sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung-jawab.

Serangan terhadap kelompok militan di Sinai utara kali ini menelan korban jiwa militer terbanyak dalam beberapa dekade.

Akibat insiden yan diduga didalangi kelompok militan, Presiden Abdul Fattah al-Sisi juga menyatakan tiga hari berkabung.

"Sebagai tanda Mesir berduka, televisi pemerintah menyematkan pita hitam di layar," kata wartawan BBC Orla Guerin di Kairo.

"Komunikasi juga diputus, dan helikopter dan pasukan khusus sekarang mencari tempat persembunyian gerilyawan," tambah dia.

Pasukan keamanan telah melancarkan serangan di Sinai utara, menewaskan dan menangkap puluhan orang yang diduga anggota kelompok tersebut.

Serangan terhadap kompleks dan personel keamanan telah meningkat sejak penggulingan presiden Mohamed Moursi dari kubu Ikhwanul Muslimin pada Juli 2013 dan pendukungnya. (Ein)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya