Liputan6.com, Jakarta - Badai Pam yang memporak-porandakan Vanuatu, sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik bagian selatan, mengundang keprihatinan dari negara-negara di dunia. Salah satunya adalah Indonesia.
Demi meringankan beban dari Vanuatu, pemerintah mengatakan siap mengirimkan bantuan bagi negara Pasifik tersebut. Niatan baik itu sudah disampaikan langsung kepada Menlu Vanuatu Meltek Salto Kilman Livtuvanu.
"Pagi ini, tadi, Ibu Menteri Luar Negeri sudah bicara dengan Menteri Luar Negeri Vanuatu, menyampaikan rasa simpati dan belasungkawa atas terjadinya badai yang sangat dahysat," kata Juru Bicara Kemlu, Arrmanatha Nasir di Kantor Kemlu, Jakarta, Senin (16/3/2015).
"Bapak presiden juga berkeinginan untuk berbicara dengan Perdana Menteri Vanuatu. Namun demikian, sambungan telepon di Vanuatu masih belum bisa jalan, masih rusak, jadi belum bisa berhubungan. Dalam hal ini, Indonesia telah menyampaikan kesiapannya, kesediaannya, untuk membantu pemerintah Vanuatu dan rakyat Vanuatu," tambah dia.
Pria yang kerap disapa Tata itu menambahkan, walau memastikan Indonesia akan mengirim bantuan, dia belum bisa membeberkan bantuan jenis apa yang akan dikirim. Hal ini karena pihak Indonesia masih menunggu instruksi dari Otoritas Vanuatu.
"Kami masih menunggu dari pemerintah Vanuatu, apa yang dibutuhkan. Kami akan memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan pemerintah dan rakyat Vanuatu," ucap dia.
Nasib WNI di Vanuantu
Pada kesempatan yang sama, Tata turut angkat bicara mengenai nasib 9 WNI yang berada di negara itu. Ia mengatakn WNI di sana dalam keadaan aman.
"Setelah dikontak KBRI kita dari Canberra, semuanya aman. Ada 9 WNI yang ada di Vanuatu dan sampai saat ini semuanya selamat dari badai tersebut," tutur dia.
Topan Pam, disebut-sebut sebagai salah satu badai terkuat di kawasan Pasifik Selatan tahun ini.
Menurut keterangan saksi mata, topan kategori 5 itu menciptakan gelombang air laut hingga setinggi 8 meter. Menyebabkan banjir di ibukota Port Villa.
Tak hanya itu, sebagian besar komunikasi di wilayah itu juga terputus. Saat angin kencang masih menghantam Port Villa pada Sabtu waktu setempat.
Juru bicara untuk lembaga bantuan anak PBB, UNICEF, Alice Clements, mengatakan topan itu seperti bahan peledak yang meledak. "Rasanya dunia seperti akan kiamat. Seperti bom yang meledak di tengah kota. Tidak ada listrik dan air," kata Clements kepada Reuters melalui ponsel dari Port Vila.
"Kami mendengar laporan bahwa banyak korban tewas dan terluka. Kami juga mendengar banyak warga yang minta bantuan. Bahkan di Port Vila masih dilanda angin kencang," ujar Clements.
Clements menuturkan, atap-atap rumah beterbangan saat warga mencoba mencari perlindungan. Sebagian terjebak di dalam rumah tak beratap karena angin kencang masih berkecamuk di luar. Sekitar 260 ribu warga di Vanuatu tinggal di rumah beratap rumbia.
Topan Pam adalah yang paling parah mendera di tengah Pasifik itu sejak tahun 1987. Beberapa lembaga bantuan bahkan menyandingkannya dengan kekuatan Topan Haiyan yang menghantam Filipina tahun 2013, di mana lebih dari 6.000 orang tewas. (Tnt/Mut)
[[Baca juga: Seperti 'Bom', 44 Tewas Saat Topan Pam Porakporandakan Vanuatu]](2190948 "")
Advertisement