Liputan6.com, Paris - Jasad Andreas Lubitz telah dievakuasi dari lokasi kecelakaan Germanwings di Pegunungan Alpen. Pria 28 tahun tersebut adalah kopilot sekaligus orang yang diduga bertanggung jawab atas jatuhnya Airbus 320 yang menewaskan 150 orang, termasuk dirinya.
Media Jerman, Bild melaporkan, pemimpin tim forensik, Profesor Michael Tsokos mengatakan, jasad Lubitz termasuk yang sudah dipindahkan dari lokasi kejadian.
Ia mengatakan, timnya bekerja sepanjang waktu untuk mengetes sekitar 600 bagian tubuh yang terpisah dari 150 korban yang tewas.
Tsokos berharap, dalam waktu 3 minggu, 95 persen korban telah teridentrifikasi dan secara resmi dinyatakan meninggal dunia.
Para ahli forensik juga mengatakan, pengujian pada jasad Lubitz bisa memberikan petunjuk soal mengapa ia memutuskan mengunci diri dalam kokpit Penerbangan 9525 dan mengatur sistem autopilot agar pesawat menabrak tebing.
Baca Juga
Evakuasi diperkirakan akan sangat sulit dilakukan dan memakan waktu yang lama. Polisi telah mengumpulkan sampel DNA dari benda-benda milik penumpang Germanwings yang diserahkan pihak keluarga korban.
Advertisement
Seperti dikutip dari News.com.au, Senin (30/3/2015), informasi yang muncul belakangan mengungkap kepanikan dalam kabin pesawat, saat para penumpang berteriak histeris selama lebih dari 5 menit, ketika Lubitz diduga sengaja menjatuhkan pesawat.
'Demi Tuhan, Buka Pintunya!'
'Demi Tuhan, Buka Pintunya!'
Bild juga melaporkan bahwa berdasarkan data dari alat perekam kokpit (CVR), sang kapten berteriak, "Demi Tuhan, buka pintunya!" Sementara itu, jeritan para penumpang menjadi suara latarnya.
Sebelumnya, pihak berwenang Prancis mengatakan, CVR pada kokpit mengindikasikan Andreas Lubitz mengunci diri dalam kokpit Germanwings dan mengarahkan pesawat ke sisi gunung.
Diyakini, pilot Patrick Sondheime berusaha keras membuka pintu kokpit, setelah ia pergi sebentar ke toilet. Juga terekam suara gedoran keras di pintu logam.
Bil melaporkan, sebelum penerbangan nahas, sang kapten menjelaskan pada koleganya, bahwa ia tak punya kesempatan ke toilet sebelum take off atau lepas landas.
Kini, para penyelidik sedang membuat konstruksi terkait Lubitz, dikaitkan dengan semua dugaan motif. Laporan media menyebut, sang kopilot mengalami gangguan pada penglihatan. Sebelumnya, ia dikabarkan mengalami depresi berat.
Jaksa di Jerman yakin, Lubitz menyembunyikan penyakitnya itu dari maskapai penerbangan tempatnya bekerja.
Bild dan New York Times, mengutip dua pejabat yang punya kaitan dengan penyelidikan, yang mengatakan Lubitz berusaha mencari pengobatan untuk menangani masalah penglihatannya.
Mantan kekasihnya, seorang pramugari yang diidentifikasi sebagai Maria W mengatakan, Lubitz mengkhawatirkan kesehatan mental dan matanya -- takut bukan kepalang jika itu membuatnya dinyatakan tak layak menerbangkan pesawat.
Maria mengaku putus dengan Lubitz karena tak tahan dengan temperamennya yang kasar dan sering marah.
"Ketika saya mendengar tentang kecelakaan itu, tiba-tiba terngiang dalam pikiran saya apa yang pernah ia katakan: 'Suatu hari aku akan melakukan sesuatu yang akan mengubah sistem. Semua orang akan tahu namaku dan mengingatku'," kenang dia.
"Aku tidak tahu apa yang ia maksudkan saat itu. Tapi sekarang jelas sudah."
Bild juga melaporkan, kekasih Lubitz -- dengan siapa si kopilot Germanwings tinggal di kota barat Dusseldorf, diyakini hamil. Perempuan itu adalah seorang guru matematika dan bahasa Inggris. (Ein/Tnt)
Advertisement