Kesaksian Korban Kecelakaan Helikopter Tewaskan Istri Dubes RI

Dubes dari Malaysia itu menggambarkan bagaimana perjalanan berjalan sesuai rencana sampai titik saat helikopter terjatuh.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 11 Mei 2015, 12:42 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2015, 12:42 WIB
Kesaksian Korban Kecelakaan Helikopter Tewaskan Istri Dubes RI
Dubes Malaysia untuk Pakistan Hasrul Sani Mujtabar. (Pakistan Tribune)

Liputan6.com, Islamabad - Tiga duta besar (dubes) yang selamat dalam musibah kecelakaan helikopter di Pakistan angkat bicara, setelah mendapatkan perawatan dari tim medis. Menurut kesaksian dubes dari Malaysia, Argentina, dan Belanda yang dirilis Angkatan Udara Pakistan (PAF) pada Sabtu 9 Mei 2015, ditegaskan bahwa itu murni kecelakaan dan bukan aksi terorisme.

Dubes Malaysia Hasrul Sani Mujtabar yang terluka dalam kecelakaan itu, menggambarkan bagaimana perjalanan berjalan sesuai rencana sampai titik ketika mereka jatuh.

"Setelah tiba di Bandara Gilgit semuanya berjalan dengan baik, kecuali beberapa menit terakhir ketika helikopter tiba-tiba berputar-putar dan terus berputar, hingga akhirnya jatuh," kata Dubes Hasrul Sani Mujtabar seperti dikutip dari Pakistan Tribune, Senin (11/5/2015).

"Aku melihat pilot dan beberapa orang tewas seketika, dan aku berada di bagian tengah. Kemudian beberapa lainnya berhasil melarikan diri, tapi muncul kobaran api. Asap dengan cepat mengisi helikopter," tutur Dubes Hasrul.

Dubes Belanda, Marcel de Vink juga mengaku beruntung bisa selamat dari maut itu. "Aku merasa sangat beruntung masih bisa hidup, setelah apa yang kulewati," kata dia yang digambarkan Kementerian Luar Negeri Pakistan mengalami luka bakar pada kaki dan wajah.

"Saya ingat betul saat itu helikopter berputar-putar dan aku pun bersiap menghadapi dampaknya ... Saat aku membuka mata, ada asap dan ledakan. Aku sangat beruntung, itu terjadi begitu cepat," ucap de Vink dalam pernyataannya.

Sementara itu, Dubes RI untuk Pakistan Burhan Muhammad dilaporkan tengah dalam perawatan intensif. "Ia mengalami luka bakar 75 persen dan dalam kondisi kritis," ucap Menteri Luar Negeri (Menlu) Pakistan Aizaz Ahmad Chaudhry.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis kantor Perdana Menteri Pakistan, Sabtu 9 Mei, pemulangan jenazah korban kecelakaan itu akan didampingi pejabat pemerintah. 

"Para menteri akan mendampingi jasad pada penerbangan khusus, sebagai tanda hormat dan untuk menunjukkan pentingnya atase Pakistan (untuk) untuk menjaga hubungan ke negara-negara itu," demikian bunyi pernyataan tersebut.

Kotak Hitam Sudah Diamankan

Dalam konferensi pers yang digelar Jumat 8 Mei 2015 waktu setempat, Menlu Ahmad Chaudhry mengatakan alat perekam penerbangan atau kotak hitam helikopter sudah diamankan. "Kotak hitam di helikopter telah diambil," tutur dia.

Kepala Staf Angkatan Udara Pakistan Marsekal Sohail Aman, juga menguatkan pernyataan Kementerian Luar Negeri bahwa helikopter telah kehilangan kendali saat sebelum mendarat karena kesalahan teknis.

"Helikopter MI-17 sedang dalam penerbangan rutin, pilot memiliki kemampuan profesional yang sangat baik. Komandan pangkalan itu sendiri mengamati pendaratan helikopter," kata Marsekal Sohail Aman.

"Komentar dan rumor bahwa ada serangan teroris atau sabotase, saya katakan 99,9 persen tidak benar. Ini murni kecelakaan, benar-benar disayangkan. Akibat kesalahan teknis di pesawat," kata Duta Besar Argentina Rodolfo Martin Saravia.

Kecelakaan helikopter itu merupakan yang terburuk di Pakistan sejak 2012. Sebelumnya, pesawat penumpang Boeing 737 jatuh di Islamabad, menewaskan 130 orang.

Pada 1988, penguasa militer Jenderal Ziaul Haq bersama Duta Besar AS Arnold Raphel tewas ketika pesawat mereka terbang dan meledak di atas Bahawalpur.

Helikopter Rusia MI-17 yang digunakan oleh angkatan udara di seluruh dunia, memiliki catatan keamanan yang baik dalam beberapa tahun terakhir.

Helikopter yang ditumpangi Dubes Indonesia untuk Pakistan Burhan Muhammad bersama sejumlah diplomat negara lain jatuh di pegunungan Gilgit-Baltistan, Pakistan, Jumat 8 Mei 2015. Burhan mengalami luka-luka, sedangkan istrinya yang turut dalam penerbangan itu meninggal.

Rombongan diplomat yang terdiri dari 32 dubes asing itu hendak mengunjungi proyek pariwisata. Rombongan terbagi 4 dengan setiap helikopter rata-rata membawa 17 penumpang. Namun 1 helikopter jatuh dan kabar terakhir diketahui total 7 orang tewas.

Ketujuh korban tewas adalah istri Dubes RI Heri Listyawati, Dubes Norwegia Leif Larsen, Dubes Filipina Domingo Lucenario, dan istri Dubes Malaysia Datin Habibah Mahmud, serta 2 pilot dan satu kru.

Pakistan bahkan menetapkan 1 hari berkabung pada Sabtu 9 Mei, sebagai penghormatan kepada para korban tewas. (Tnt/Sun)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya