Liputan6.com, Den Haag Peter Will, seorang Belanda, menuliskan sebuah surat perpisahan kepada keluarganya dari sebuah kamp konsentrasi tempat ia ditahan. Sebelum eksekusi. Namun, tulisannya itu tidak pernah sampai kepada istri dan anak-anaknya, hingga hari ini.
Will ditahan oleh Nazi dan dieksekusi di kamp konsentrasi di Jerman. Sebelum meninggal, ia menulis surat perpisahan untuk sang istri dan 6 anak laki-lakinya.
Namun, surat-suratnya tak pernah sampai hingga tahu ini ketika salah seorang kerabat keluarga Will iseng mencari arsip barang-barang korban Nazi di internet. Ia menemukan dompet milik will.
Penemuan itu tak hanya dompet saja, tapi ada surat, foto untuk keluarga. Hal itu diungkapkan oleh arsip yang dimiliki International Tracing Service (ITS).
"Benar-benar menguras emosi buat kami. Surat itu bukanlah hal yang kami harapkan," kata salah satu anak Will, Joop Will. Ia baru berusia 10 tahun saat ayahnya ditangkap, seperti dilansir dari The Guardian Jumat (13/11/2015)
"Tidak ada akhir cerita buat kami, ia selalu di pikiran kami," tuturnya lagi.
Keluarga Will sudah tidak lagi mengharapkan kabar ataupun barang-barang ayahnya,setelah injil, cincin kawin dan pena miliknya dikembalikan kepada keluarga di awal 1949.
Bertahun-tahun, adik Joob yang lain, Peter dan Bert telah mencari tahu kehidupan sang ayah dan berencana membuat buku tentangnya.
Mereka tahu bahwa Peter Will, ayah kebanggaan mereka adalah seorang pengawas di pemotongan rumah hewan. Ia membantu seorang pilot sekutu untuk kabur termasuk menyembunyikannya di sebuah gudang tempat ia bekerja.
Baca Juga
"Setelah mempelajari kehidupan ayahnya, anak-anak tertua Will mengingat bagaimana saat perang, ayahnya sering menggunakan binokular di depan teras. Ia melihat serangan udara berlangsung lalu kemudian menghilang. Untuk menyelamatkan pilot yang terluka," kata ITS.
Peter Will lalu ditahan di Nijmegen, Belanda pada Desember 1943. Ia tewas menjelang perang berakhir 1949.
Sayangnya, keluarga tidak mau memberi tahu isi surat itu. (Rie/Rcy)