Liputan6.com, Jakarta - Bukan kali ini saja dunia menghadapi kelompok radikal, dari berbagai latar belakang. Namun, baru ISIS yang mengklaim memiliki wilayah teritorial -- di Irak dan Suriah. Kelompok tersebut juga punya dukungan finansial yang relatif kuat.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake, Jr, Duta Besar Rusia untuk RI, Mikhail Y. Galuzin sepakat, untuk menghentikan angkara ISIS, salah satu yang harus dilakukan adalah memutus dukungan finansialnya.
"ISIS mendapatkan dana dari pendapatan minyak dan penerapan pajak dari wilayah yang mereka kuasai," kata Dubes Blake dalam diskusi bertajuk 'Evolving Coalition Against ISIS' yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Hotel Borobudur, Selasa (8/12/2015).
Dubes AS menambahkan, strategi memutus dukungan finansial ISIS seperti yang telah dilakukan Prancis, akan efektif melumpuhkan kelompok tersebut.
Dubes Rusia, Mikhail Y. Galuzin mengungkapkan, serangan udara yang dilancarkan Moskow juga mengincar kilang-kilang minyak ISIS.
"Salah satu cara menghentikan ISIS adalah dengan menyetop ekspor minyak dari wilayah yang dikontrolnya," kata dia.
Dari mana ISIS memperoleh pundi-pundi hartanya menjadi tanda tanya.
Baca Juga
Sebab, senjata, kendaraan, gaji yang mereka keluarkan, video propaganda berkualitas HD, dan perjalanan antarnegara yang mereka keluarga membutuhkan dana besar.
David Cohen, dari lembaga intelijen finansial teroris Departemen Keuangan AS menyebut, ISIS 'mungkin adalah organisasi teroris yang punya pendanaan terbaik'.
Kantong tebal itu memungkinkan mereka melakukan teror di Irak, Suriah, dan negara lain.
Seperti dikutip dari Washington Post, tak seperti kelompok teror lain, yang keuangannya disokong donor, ISIS menguasai terotorial yang ukurannya setara Inggris, yang dihuni jutaan orang -- yang memungkinkan mengembangkan diversifikasi penghasilan.
Biasanya, AS berupaya memutus pendanaan terorisme melaui pelacakan dan pemutusan aliran uang lewat sistem keuangan internasional. Namun, cara itu tak mempan untuk ISIS.
12 Sumber Pemasukan
Ladang minyak di wilayah kekuasaan mereka di Suriah dan Irak menjadi sumber utama ISIS. Meski AS dan negara lainnya bisa mencegah ekspor besar-besaran dari teritorialnya, namun tak ada yang kuasa mengawasinya di pasar gelap.
Fosfat, semen, dan belerang atau sulfur juga menjadi sumber daya mineral yang penting untuk mengundang duit.
Pendapatan ISIS juga berasal dari pajak yang dikenakan pada penduduk yang tinggal di wilayahnya. Para militan dan keluarganya bisa hidup sejahtera dengan berbagai fasilitas gratis, sebaliknya, warga biasa dibebani upeti luar biasa.
ISIS juga memperoleh uang dari tebusan sandera. Dan meski tak signifikan, kelompok tersebut juga mendapat sumbangan dari donor kaya.
Perdagangan barang antik -- yang tak mereka hancurkan, hasil rampokan dari bank-bank di Irak, dan penjualan barang jarahan dari rumah atau properti juga menambah pundi-pundi uang mereka.
Dana lainnya mereka peroleh dari sektor real estate -- penjualan rumah-rumah korban yang mereka bunuh atau hasil rampasan.
Uang tunai yang dibawa militan datang dari luar negeri untuk bergabung dengan ISIS juga menjadi tambahan penghasilan.
ISIS juga mengembangkan pertanian. Terutama di kawasan subur yang memproduksi gandum dan barley.
Sumber pemasukan ISI yang lain adalah perdagangan manusia. Termasuk para perempuan Yazidi dan minoritas Tukoman.
Advertisement